Sepulangnya dari sekolah,
dilihatnya anak laki-lakinya melemparkan
tas sekolahnya dengan rasa kesal. Raut mukanya begitu kusut dengan nafas tak
teratur. Sang ayahpun mendekati sang
anak. Dan bertanya apa yang telah terjadi pada hari ini.
Si anak pun menceritakan bahwa ia
sangat marah kepada temannya. Temannya telah melakukan beberapa kesalahan
padanya.
Tahulah sang ayah apa penyebab
kekesalan anak lelakinya itu. Sambil menenangkan si anak, sang ayah berkata
kepada anak nya ,
“Nak, begini saja, kita akan
membuat sebuah permainan untukmu. Jika kamu
marah, pergilah ke pagar halaman depan
rumah kita, satu buah paku untuk tiap satu kemarahanmu yang tak bisa kamu
tahankan. Pakukan lah ke pagar tersebut.” Sambil sang ayah menunjuki pagar kayu
di depan rumah.
Si anak menyetujui permintaan
sang ayah. Esoknya, Sepulang nya si anak dari sekolah, sang ayah segera melihat
pagar rumahnya. Betapa terkejut sang ayah, melihat begitu banyak paku yang
tertancap disitu hanya dalam waktu 1
hari. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, jumlah paku yang tertancap
semakin banyak.
Dipanggilnya kembali sang anak, dan meminta kembali sang anak mendengarkan
permintaannya.
“Nak, sekarang cobalah tahan
amarahmu, dan jika dalam 1 hari kamu bisa menahan amarahmu, cabutlah 1 paku
yang telah tertancap dipagar tersebut."
Esok hari, dengan wajah riang
sambil tergopoh-gopoh sang anak berlari
mendekati sang ayah yang sedang memotong
rumput saat itu.
“Ayah, lihat hari ini aku bisa
menahan amarahku” jawab sang anak dengan bangga sambil menunjukkan sebuah paku
yang telah ia cabuti.
Sang ayah tersenyum tenang, dan
berkata….
“Bagus anakku. Teruskanlah dan
tahan amarahmu, hingga kamu bisa mencabuti paku yang telah kamu tancapkan
disitu”.
Sang anakpun mengangguk setuju. Tiap
hari semakin ia bisa menahan rasa marahnya, dan tiap kali itu pula ia berhasil
mencabuti paku yang tertancap, hingga
paku itu benar-benar tiada tertancap lagi dipagar rumahnya.
“Ayah, lihatlah pagar ini
sekarang benar-benar tiada tersisa satu
pun paku yang tertancap disini lagi,” katanya dengan raut bahagia. Wajahnya kini
tenang dan jarang sekali kesal seperti dulu.
Dielusnya kepala sang anak dengan
lembut dan penuh kasih, sang ayah tahu dan mengerti anaknya tengah begitu
bangga akan usahanya selama ini.
“Nak, ayah tahu kamu bahagia
sekali dan ayah bangga kamu bisa melakukannya. Tapi, nak ingatlah satu hal , coba perhatikan pagar
ini sekarang…”
sang anakpun memperhatikan pagar
tersebut dengan seksama,
“Pagarnya Yah..” gumam sang anak,
ia baru menyadari begitu banyak lubang-lubang bekas tancapan paku dipagar itu.
“ Begitulah Anakku, berhati-hatilah
menjaga lisanmu saat amarahmu datang kepadamu. Karena, tanpa kamu sadari
anakku, amarahmu bisa meninggalkan bekas luka yang sangat menyakitkan di hati
teman-temanmu. Dan luka itu, tidak bisa dihapus kembali anakku.
Sumber :
Tauladan TVONE-Mustafa Daood -
DEBU
critny bgs tuk mengajari qt arti ksbran............
ReplyDeletemakasih teman atas kunjunganmu...^_^
Deletekeren kakaxxx
ReplyDeletetapi,lala blm bca hehehehe