Wednesday, April 24, 2013

Filosofi Rumput





Tanpa rumput,

Maka kita tidak akan pernah merasakan manisnya segelas susu
Lezatnya sepotong daging.

Coba kamu bayangkan, andai di dunia ini tidak di ciptakan rumput, susu dan daging tidak akan ada.
Sapi, domba, kambing, kerbau, tidak akan bisa bertahan hidup.

Rumput sebagian besar memenuhi tiap isi semesta ini.
Ia menjadi tempat bernaung bagi makhluk hidup.


Apakah kamu pernah melihat seekor belalang yang sedang asyik bermain di rerumputan?
Ia bermain, serta memakan rumput – rumput kesukaannya.





Kamu juga pernah melihat bagaimana lahapnya seekor sapi yang mengunyah begitu banyak rumput, bukan? 





 
Rumput menjadi sumber kehidupan.

Terlalu sering kamu menginjakkan kakimu padanya, namun pernahkan kamu belajar juga kepada dirinya?

Belajar jika  dirimu terinjak-injak, kamu akan bisa setegar dirinya.
Perhatikanlah dengan baik, rumput yang terinjak tak akan pernah mati walau berkali-kali, beratus kali, atau mungkin beribu kali ia terinjak, ia akan terus hidup.





Sungguh ajaib Tuhan menciptakannya, ia mempunyai kemampuan bertahan hidup begitu istimewa dibandingkan dengan tanaman lainnya.
Rumput memberi pelajaran tentang kehidupan.
Ia mengajarkan kita apa itu menjadi tegar.

Rumput bisa tumbuh dimana saja. 

Di atas tanah tandus, kering, terjal, di atas bebatuan, bahkan di dalam lautan, rumput bisa hidup.
Bila di bandingkan dengan kita yang setiap saat mengeluh tentang betapa sulitnya menjalani hidup. 

Rumput menerima takdir Tuhan atas penciptaannya,
meski...............................................................
ada yang membencinya sebagai tanaman pengganggu.

Di  musim panas, warna hijaunya akan berubah menjadi kekuning-kuningan, namun dengan sabar dan tabah ia berdoa kepada Tuhan, meminta langit-Nya mencurahkan hujan. Hingga hujan pun turun mengaminkan doanya.

Tidak pernah menyerah!

Ia tak perlu meminta kepada Sang Pencipta untuk mengubahnya menjadi mawar, anggrek, atau esther. Karena ia yakin dirinya sama seistimewa mereka di hadapan-Nya.
Kokoh, tegar, pantang menyerah, kesederhanaan itulah dirinya.





Walau kau bungkam suara azan
Walau kau gusur rumah-rumah Tuhan
Aku rumputan
Takkan berhenti sembahyang
: inna shalaati wa nusuki
Wa mahyaaya wa mamaati
Lillahi rabbil ‘alamin

Topan menyapu luas padang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Akarku yang mengurat bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi

Sembahyangku sembahyang rerumputan
Sembahyang penyerahan jiwa dan badan
Yang rindu berbaring di pangkuan Tuhan
Sembahyangku sembahyang rumputan
Sembahyang habis-habisan

Walau kau tebang aku
Akan tumbuh sebagai rumput baru
Walau kau bakar daun-daunku
Aku bersemi melebihi dulu

Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Di kota-kota di singkirkan
Alam memeliharaku subur di hutan

Aku rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
: sesungguhnya shalatku dan ibadahku
Hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan sekalian alam

Pada kambing dan kerbau
Daun-daun hijau ku persembahkan
Pada tanah akar ku pertahankan
Agar tak kehilangan asal keberadaan
Di bumi terendah aku berada
Tapi zikirku menggema
Menggetar jagat raya
:La illaha illallah muhammadar rasulullah

Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Seluruh gerakku
Adalah sembahyang
                                      ( Sembahyang Rumputan-Ahmadin Yosi Herfanda, 1992 )

Betapa dahsyatnya rumput memberi ilham kepada seorang penyair untuk menghasilkan sebuah puisi yang kita baca tadi, tidak hanya untaian kata-kata indah tetapi bermakna. Lewat  kaca mata sang penyair, rumput bukan hanya di lihat sebagai sebuah tanaman, tetapi  rumput sebagai seorang hamba, tidak berbeda dari diri kita. 

Dengan kerendahan hati, ia tidak lupa akan dimana ia berpijak. Jauh dari rasa keangkuhan.

Di mata sang pelukis, ia mendapatkan tempatnya. Ia adalah sebuah keindahan. Sebuah seni.  Lagi dan lagi, ia sama sekali tak menyesali diri mengapa ia di tempatkan di sebuah tempat yang rendah di bumi ini.

Ah..andai rumput bisa bicara, kita pasti akan banyak belajar darinya.
Namun, kita lupa untuk belajar dari hal-hal kecil di sekitar kita.
dan........
Marilah kita  belajarlah kepada rumput
*****



^^ Lega sekali saya bisa menulis tentang filosofi rumput. Dari dulu saya ingin sekali menulis tentang ini, akhirnya sekarang saya bisa melakukannya. Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Amin.

God bless you my friends and have a nice day ...










12 comments:

  1. Kemare,aku menganggap rumput ssbagai kegagalan. Aku bandingkan dengan bunga, yang selalu jadi simbol perasaan. Tapi, semuanya terbantahkan karna fikiran yang kamu tuliskan.

    Terimakasih banyak. Sukses buat tulisannya gan 😊😊

    ReplyDelete
  2. Subhanallah....alhamdulillah...Allahu Akbar....

    ReplyDelete
  3. Terimakasih sudah menuliskan tulisan ini :)

    ReplyDelete
  4. Ketika aku bermimpi bertemu seseorang yg tak saya kenal, saya disuruh memilih, kamu pilih yg mana? bunga atau rumput, namun tiba tiba saya memilih rumput, entah mengapa saya pilih rumput, sya juga tidak paham, dengan ini saya sangat berterimakasih kepada penulis tentang filosofi rumput yg membuat saya jd penasaran. . Tanks

    ReplyDelete
  5. Diantara pilihan bunga dan rumput

    ReplyDelete
  6. izin Kutif, saya mengucapkan teriamakasih pencerahannya

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.

Dabo Singkep

Welcome To Dabo Singkep Island

Sudah pernahkah kamu   mendengar sebuah pulau   bernama Dabo Singkep? Bagi yang sudah mendengarnya, mereka akan tahu dimana letak pu...