Friday, October 11, 2013

Kisah Dari Maroko : Aisha Gadis Cerdik


Muslimah, cute, violin



H  
asan adalah seorang pandai tembaga yang tinggal di kota tua, Marakesh. Kebahagiaan menyelimuti keluarganya saat istri tercintanya  melahirkan seorang bayi perempuan. Mereka memberinya  nama Aisha.
Sayang, setelah melahirkan istri Hasan sakit parah dan beberapa minggu kemudian meninggal dunia.  


Hasan sangat sedih,  tak tahu apa yang harus dilakukan.  Saat pagi datang dia pergi bekerja seperti biasa, meninggalkan Aisha sendirian di dalam keranjangnya. 

Sore hari, sepulangnya dari bekerja, Hasan menemukan bayinya masih tidur di dalam keranjang namun sudah dimandikan, diberi makan,  dan tampak gembira. Hatinya bahagia melihat bayi itu. Kejadian yang sama terulang keesokan harinya dan hari-hari berikutnya, tapi tak seorangpun dilihatnya.
Beberapa lama sesudahnya dia mulai menyadari  kalau para jin lah ( roh gaib yang berbaik hati ) yang merawat putrinya selama ini. 

Aisha tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Para jin mengajarkannya banyak hal sehingga dirinya berpikir cerdik dan bijaksana. Satu malam, ketika Aisha berusia tujuh belas tahun, Hasan pulang ke rumah dalam kondisi tak karuan.
“Ada apa ayah?” tanya Aisha.
“Sultan telah memutuskan untuk melihat seberapa pandai rakyatnya,” jawab Hasan sambil memegangi kepala dengan kedua tangannya.

“Dia menanyakan setiap orang yang ditemuinya dengan satu pertanyaan. Kalau mereka tidak mampu menjawabnya dengan benar hari berikutnya maka kepala mereka akan dipenggal. Tapi kalau jawabannya benar, dia akan menghadiahkan satu tas berisi emas. Hari ini dia bertanya padaku, “Apa yang dikatakan kincir air padamu saat berputar?” aku tak bisa memikirkan jawabannya.”

“Oh, ayah itu pertanyaan mudah,”Aisha tertawa. “Sekarang dengarkan aku baik-baik dan lakukan tepaat seperti yang kukatakan.” Diajarkannya Hasan sebuah pantun dan memintanya untuk berulang kali sampai Hasan berulang kali hafal di luar kepala. 

Saat Hasan berangkat menemui sultan keesokan harinya, dia berpura-pura mendengarkan kincir angin sejenak dan berpantun,
“aku adalah sebuah buah, aku adalah sebatang pohon, sultan sakit hati, dan dia menebangku.”

Sultan sangat terkejut mendengar jawaban Hasan. Bertahun-tahun yang lalu, saat sultan sedang berjalan di taman, kepalanya terantuk pada sebatang pohon buah. Dia sangat marah dengan pohon tersebut, lalu dia menitahkan untuk ditebang, kemudian kayunya dibuat kincir air. Sultan sangat kejam dan tidak mau memberi Hasan sebuah tas berisi emas atas jawabannya yang benar. Dia justru memberinya sebuah teka-teki lagi.

Lagi-lagi Hasan pulang ke rumah menemui Aisha dengan putus asa. “Apa yang sebaiknya kulakukan?” tangisnya. “Sultan bersabda kalau aku harus pergi ke istananya besok dengan berkendaraan dan berjalan kaki, tertawa sekaligus menangis, semua dilakukan dalam waktu yang sama.” Bagaimana mungkin aku melakukannya?” Aisha tertawa.

“Itu hal yang mudah, ayah,” dan dia memberitahunya apa yang harus dilakukan.

Keesokan paginya, Hasan pergi ke istana raja sambil menunggangi seekor keledai yang sangat kecil. Begitu kecilnya sehingga  kaki Hasan menapak di tanah. Jadi dia telah berkendaraan dan juga berjalan kaki. Merasa dirinya tampak sangat lucu, dia tertawa terbahak-bahak. Aisha memberinya sepotong bawang kupas yang dipegangnya dekat mata sehingga air matanya mengalir deras. 

Dia tertawa sekaligus menangis pada waktu yang bersamaan. Saat tiba di istana, seluruh penghuni istana menertawakannya. Sultan tidak senang, namun dia terpaksa tertawa juga. 

“Hasan, kau telah membuktikan bahwa kau cerdik. Kau pantas menerima hadiah satu tas berisi emas.”
Hasan turun dari atas keledai dan berlutut serendah-rendahnya.
“Baginda, aku orang yang jujur dan ku akui putrikulah, Aisha, yang memberitahu jawabannya.”
Sultan mengerutkan dahinya sejenak dan bertitah, “Putrimu sepatutnya berhak menerima tas berisi emas. Bawa dia ke istanaku.”

Mengenakan baju terbaiknya, Aisha berjalan bersama Hasan ke istana. Hasan sangat ketakutan namun Aisha tidak sedikitpun merasa takut. Dia tersenyum pada sultan dan tertawa saat sultan berkata dengan geram padanya. 

Sultan terpikat hatinya pada gadis cerdik dan cantik yang ada dihadapannya, dan memutuskan untuk menikah dengannya. Tahun berjalan, dirinya berubah dari laki-laki jahat dan pemarah menjadi sultan terbaik yang pernah dimiliki oleh rakyatnya.

Sumber :
Amery, Heather.2003.Kisah-Kisah Dunia.Jakarta : Dian Rakyat    


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.

Dabo Singkep

Welcome To Dabo Singkep Island

Sudah pernahkah kamu   mendengar sebuah pulau   bernama Dabo Singkep? Bagi yang sudah mendengarnya, mereka akan tahu dimana letak pu...