Monday, July 24, 2017

Jin : Penciptaan, Bentuk, dan Kehidupannya Bagian 1






“Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada ( pula ) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”
(QS. Al - Jin : 11 )

Membicarakan tentang jin, kita tentu mengingat kisah Nabi Sulaiman as. yang memiliki anak buah dari kalangan manusia maupun jin. Selain itu, tak banyak kisah yang benar-benar mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan jin yang kita temukan didalam kisah para nabi. Mungkin ada beberapa kisah yang kita dengar, namun biasanya kita mendapati kisah bagaimana para nabi dan rasul melawan godaan iblis. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim as yang digoda untuk membatalkan tindakannya untuk menyembelih anak satu-satunya, Nabi Ismail as. atau kisah Hawa yang digoda iblis untuk memakan buah terlarang yang terdapat di surga.


Berawal dari sebuah buku lama yang judulnya sangat menarik bagi saya, akhirnya saya ingin menuliskan kembali kisah apa saja yang terdapat didalam buku tersebut. Memang, kalau dipikirkan secara logika, hal yang tak masuk akal ketika saya mendapati bahwa penulis buku tersebut menuangkan pengalamannya berbicara dengan seorang jin. Apalagi di zaman sekarang yang serba canggih ini. Namun, tak hanya pengalamannya saja yang menjadi bahan tulisannya melainkan juga bukti-bukti yang terdapat didalam Al-Qur’an dan hadis.

 Terlepas dari berbagai tanggapan orang-orang yang telah membaca buku tersebut, kita semua memiliki pendapat masing-masing dalam memandang suatu hal di dunia ini. Kita boleh mempercayainya, mencari tahu, atau tidak mempercayainya. Semuanya kembali kepada diri kita.  Sama seperti kita ditanya apakah kita percaya jin itu benar-benar ada?
Sebelum anda semua menjawabnya, terlebih dahulu kita sama-sama mengetahui apa dan siapa itu jin.


Makna Jin Dalam Bahasa Arab
Jika para sarjana antropologi dan kebudayaan kuno menegaskan bahwa bahasa yang tercatat paling tua adalah bahasa Sumeria, maka bahasa Arab adalah bahasa induk bagi bahasa-bahasa umat manusia seluruhnya.  Kata  “Jinn” adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah “Jiniy”, yang artinya “Yang Tersembunyi”, “Yang Tertutup”, atau “Yang Tak Terlihat”. Kata “Jiniy” biasanya diucapkan oleh orang-orang Arab dahulu dan juga dipergunakan oleh Al-Qur’an sebagai makhluk berakal yang tersembunyi ( tidak terlihat ). Kemudian bahasa-bahasa Eropa mengadopsinya dari bahasa Arab, lalu melafalkannya dengan “Genie” ( Inggris ), yang artinya “roh setan”.

 


  Awal Penciptaan Jin & Materi Asal Penciptaan Jin

“Allah swt berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud ( kepada Adam )
di waktu Aku menyuruhmu?
Berkata Iblis, “Aku lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau menciptakan dia dari tanah.”
( QS. Al-A’raf: 12 )

Jauh sebelum manusia diciptakan, terlebih dahulu Allah swt menciptakan jin. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an,
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering ( yang berasal ) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dan Kami telah menciptakan jin, sebelum itu, dari api yang sangat panas.”
( QS. Al – Hijr : 26-27)

Kalimat “sebelum itu” dalam ayat diatas mengisyaratkan bahwa jin telah menghuni muka bumi ini sangat lama sebelum manusia. Yang menjadi pertanyaan adalah berapa lama selisih waktu antara jin dan sebelum Nabi Adam as diciptakan?  Dikatakan bahwa selisih waktu tersebut adalah 40 tahun ( Al-Marjan fi Ghara’ib Al-Akhbar wa Ahkam Al-Jan, Muhammad Ali Shabih, Kairo, hlm.9 ), ada pula yang mengatakan 6000 tahun, dan dalam sebuah riwayat  yang dinisbatkan kepada Abdullah bin ‘Amr ibn Al-‘Ash , jin diciptakan Allah swt 2000 tahun sebelum Adam. Sayangnya, riwayat ini diragukan kebenarannya.

Jika materi penciptaan manusia berupa tanah, materi penciptaan malaikat adalah cahaya, maka api adalah materi penciptaan jin. Namun, api yang bagaimanakah yang menjadi materi penciptaan jin?  Dalam Al-Qur’an dan Sunah hanya menegaskan bahwa asal penciptaan jin yaitu “nyala api”, dan pada lain kali disebutkan dengan “api yang sangat panas”.

Imam An-Nawawi menafsirkan berkenaan dengan al-marij ( nyala api ) yaitu jilatan api ( al-lahab ) yang bercampur dengan hitamnya api. Sementara itu, Ath-Thabari mengatakan,  al-marij ialah sesuatu yang bercampur satu sama lain, antara merah, kuning, dan biru ( nyala api dan lidah api ). Dalam Tafsir Al-Qurthubi dari Ibn ‘Abbas  disebutkan  al-marij adalah al-lahab ( nyala api ) / lidah api yang berada di puncak  manakala api tersebut menyala. Al-Jauhari dalam Al-Shihah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan marij min nar adalah api yang tidak berasap, yang dari itu jin diciptakan. 


 Ketika  Allah swt menciptakan Adam dari tanah, kemudian menjadi tanah liat yang dikenal dengan nama ath-thin. Dari tanah liat menjadi hama’ masnun, yaitu tanah liat hitam yang sudah berubah baunya karena lama terendam dalam air. Kemudian tanah liat hitam dan basah itu berubah menjadi tanah liat kering ( shalshal ) dan keras, yang apabila diketuk, dapat mengeluarkan bunyi. Sesudah itu ditiupkan ruh, sehingga jadilah Adam sebagai seorang manusia atas kekuasaan Allah swt.

Sebagaimana halnya dengan jasad manusia yang tidak lagi berbentuk tanah bila dicampur dengan air menjadi luluh, maka seperti itu pula dengan jin. Nyala api pun berubah menjadi benda yang terkumpul didalamnya sifat basah dan kering. Lalu ditiupkan kepadanya ruh, sehingga berubahlah ia menjadi makhluk yang bernama jin atas kehendak dan kekuasaan-Nya pula.
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu
apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya,
“Jadilah”, maka jadilah ia.”
( QS. An – Nahl: 40 )


Bentuk & Sosok Jin
Bentuk dan sosok jin mungkin adalah bagian yang paling menarik untuk kita ketahui. Meski Al-Qur’an tidak terlalu dalam membahas bagaimana sosok jin itu sebenarnya, kita dapat menemukan berbagai kisah yang menjelaskan sosok jin didalam hadis-hadis. Juga terdapat beberapa penjelasan dari sang penulis buku ini yang menuangkan pengalaman spritualnya tentang jin yang selama ini yang selalu diajaknya untuk berbicara. Berikut beberapa penjelasan mengenai bentuk dan sosok  jin :

Ular , Anjing, dan Kucing Hitam
Pada beberapa hadis disebutkan bahwa ular adalah salah satu bentuk dari jelmaan jin. Didalam  sebuah shahih Muslim,  dikisahkan bahwa Abu as– Sa’ib menuturkan sebuah cerita kepada Abu Sa’id Al-Khudri tentang sebuah rumah yang ditempati seorang pemuda yang baru menikah dimasuki seekor ular. Ular besar itu melingkar dibawah tempat tidurnya.  Sang pemuda lalu membidikkan tombaknya ke arah ular tersebut, dan mengenainya. Lalu membiarkan ular yang terluka itu tetap berada di kamar. Tiba-tiba ular itu menyerang, dan membelitnya. Mereka bergulat, dan entah siapa yang akan segera mati. Pemuda itu  ataukah ular.
Lalu kemudian kami mendatangi Nabi saw. dan menyampaikan berita tentang pemuda itu. Nabi saw. berkata, “Sebaiknya kalian mohonkan ampunan kepada Allah untuk dia. Di Madinah terdapat jin yang menyatakan diri telah masuk islam. Kalau kalian melihat gelagat yang tidak baik dari mereka ( jin-jin lain ), maka panggilah dia selama tiga hari. Kalau sesudah itu ternyata membangkang, maka bunuhlah dia. Sebab, dia adalah setan. 





“Rasulullah saw. bersabda, “ Bunuhlah ular,
bunuhlah dzu athifyatayn ( ular yang memiliki 2 garis putih di punggungnya ), dan
 al-abtar ( ular buntung—tidak berekor ), sebab ke dua binatang itu menyembur mata dan menggugurkan kandungan wanita hamil.”
( HR. Al-Bukhari )
Dalam beberapa kisah, disebutkan bahwa ular putih adalah jelmaan jin muslim dan dianjurkan agar tidak membunuh ular tersebut. Selain ular, jin dan setan menjelma menjadi anjing dan kucing hitam. Bahkan dalam beberapa hadis dikisahkan bahwa Rasulullah saw dan para sahabat bertemu dengan jin dan setan dengan berbagai wujud. Seperti : gajah, binatang melata ( seperti lipan ),  anjing hitam legam yang memiliki titik putih diatas kedua matanya, bahkan orang tua renta.

“Jin bisa menampakkan diri dalam wujud ular, anjing, dan kucing hitam.
 Sebab, warna hitam dapat menghimpun kekuatan setan
dibandingkan warna lainnya, termasuk didalamnya kekuatan panas.”
( Imam Ibn Taimiyyah )

Seorang Pemuda
Bentuk jin yang menjelma menjadi seorang pemuda bagi saya ini menarik sekali. Sebab, para malaikat  juga mendatangi para nabi dan rasul dengan sosok seorang lelaki yang masih muda. Kita dapat menemukannya pada kisah Nabi Luth as  yang kedatangan dua orang pemuda ke rumahnya, atau pada peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad saw semasa kecil yang diajak oleh tiga orang pemuda ke sebuah gunung. 



Ibn Az-Zubair meriwayatkan bahwa suatu hari dia melihat seorang laki-laki mengenakan pakaian yang biasa digunakan untuk bepergian. Tingginya satu jengkal. Lalu, Ibn Az-Zubair bertanya, “Siapakah engkau ini?” Makhluk itu menjawab, “Aku ‘Izib.” Ibn Az-Zubair berkata, “Appa ‘Izib itu?” Makhluk itu menjawab, “ ‘Izib, ya ‘Izib.” Karenanya Ibn Az-Zubair memukulnya dengan tongkat sampai makhluk itu lari terbirit-birit.

Memiliki 2 Tanduk
“Janganlah kalian mendekatkan shalat kalian
dengan waktu terbit dan tenggelamnya matahari.
Sebab, ia terbit diantara dua tanduk setan,
dan tenggelam diantara dua tanduk setan pula.”
( H.R Bukhari )

Apakah setan dan sejenisnya benar-benar memiliki dua tanduk ?
Tentang pengertian “dua tanduk setan” ini, Imam An-Nawawi mengatakan, “Para ulama berpendapat tentang pengertian lahiriah dan hakiki lafal tersebut. Yang dimaksudkan adalah bahwa setan mengikutinya dengan kedua tanduknya ketika matahari terbenam. Demikian pula ketika matahari terbit. Sebab, itu adalah waktu dimana orang-orang kafir bersujud kepada matahari, padahal sesungguhnya mereka bersujud kepada setan.
 

Ada pula yang mengatakan kata “tanduk” mengandung kiasan yang menunjukkan sifat iblis seperti kehebatan, kesombongan, kekuasaan, kemampuan, dan sebagainya. Sedangkan menurut penulis buku ini berdasarkan pembicaraannya dengan jin muslim tersebut, setiap jin memiliki 2 tanduk. Akan tetapi, ukuran tanduk tersebut sangat kecil seperti huruf “Nun”. Besar dan kecil ukuran tanduk pada seorang jin tergantung ukuran tubuh mereka.

Memakai 1 Terompah di Kaki Kirinya
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi saw. melarang berjalan dengan satu terompah ( alas kaki ) bila terompah yang satunya lagi putus, sampai ia diperbaiki.
Kenapa demikian?
Karena setan mengenakan satu terompah di kaki kirinya, sedangkan kaki kanannya dibiarkan telanjang.
Rasulullah saw bersabda,
”Janganlah salah seorang diantaramu berjalan dengan satu terompah ( alas kaki ),
Sebab setan berjalan dengan satu terompah pula.”
( H.R Abu Hurairah )

Demikian pula yang disampaikan oleh penulis, jin sama seperti setan menggunakan satu terompah di kaki kirinya. Tetapi, jika jin tersebut adalah muslim, ia akan mengenakan sepasang terompah pada kakinya. Terompah yang dikenankan bangsa jin terbuat dari daun papirus, daun yang pada masa Fir’aun digunakan sebagai alat tulis.

 Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kiri
Nabi saw. bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian makan,
maka makanlah dengan tangan kanannya,
jika minum, minumla dengan tangan kanan pula.
Sebab, setan makan dan minum dengan tangan kirinya.
( H.R Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi )
Begitu juga halnya dengan bangsa jin yang menggunakan tangan kiri ketika makan dan minum.

Jin Tidak Memiliki Ekor
Penulis disini mengatakan bahwa jin sama sekali tidak memiliki ekor, sedangkan iblis dan anak cucunya memiliki ekor. Namun, ekor setan tidaklah sepanjang ekor kucing atau binatang lainnya, sebagaimana yang selama ini digambarkan oleh manusia.



Menyukai Warna Merah, Kuning, & Hitam
Sebagian besar jin menyukai warna merah, kuning, dan hitam, ini apa yang dikatakan oleh penulis. Bangsa jin senang mengenakan pakaian yang berbeda-beda dan indah-indah sama seperti manusia. Sedangkan warna kulit mereka tak berbeda dari warna kulit manusia. Akan tetapi, jika kulit manusia berwarna hitam, maka jin yang memiliki kulit berwarna hitam warna kulitnya jauh lebih pekat dan gelap.

Organ-organ tubuh yang mereka miliki sama seperti manusia pula. Sekalipun, mereka tidak membutuhkan oksigen untuk bernafas sebanyak manusia membutuhkannya. Sisa-sisa pencernaan mereka keluar dari lubang-lubang pencernaan. Bedanya, kotoran bangsa jin tidak berbentuk kasar, melainkan lebih mirip dengan uap yang sangat pekat. Sedangkan air kencing mereka berbentuk gas yang sangat kuat tekanannya tetapi sangat ringan.

 Tempat Hidup Jin
“Sesungguhnya dia dan pengikut-pengikutnya
 melihat kamu dari satu tempat
Yang kamu tidak dapat melihat mereka”
( QS. Al-A’raf : 27  )
Jin lebih dahulu diciptakan dari manusia, ini berarti jin sudah lama menjadi penghuni di bumi ini sebelum manusia itu sendiri. Seperti kita ketahui bumi terdiri dari 72 % lautan dan sisanya berupa daratan. Konon, sebagian besar kota-kota serta pusat pemerintahan bangsa jin berada di atas air. Akan tetapi, selain di air dimanakah tempat bangsa jin lainnya tinggal ?
Berikut  beberapa tempat yang menjadi tempat tinggal bangsa jin :

Tempat Tidur
Setiap tempat tidur yang ditinggalkan berarti disodorkan kepada setan untuk mereka tiduri. Rasulullah saw. mengatakan, “Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tempat tidurnya, lalu hendak tidur lagi diatasnya, hendaknya ia terlebih dahulu membersihkannya dengan sarungnya tiga kali. Sebab, ia tidak tahu secara pasti apa yang terjadi di atasnya sesudah ditinggalkan.”

 Patung / Gambar Makhluk Bernyawa
Malaikat jibril as. pernah menolak untuk masuk ke rumah Rasulullah saw. karena adanya patung kecil di rumah beliau. Hingga Jibril as. meminta Rasulullah saw untuk memotong kepala patung itu sehingga bentuknya menjadi seperti tunggul pohon.
Penulis buku ini pun mengatakan bahwa sahabatnya jin muslim itu membenarkan ucapan Rasulullah saw. Patung-patung dan gambar bernyawa akan menarik setan-setan seperti magnet menarik besi. Bahkan setan-setan itu mengendusnya sebagaimana manusia mengendus suatu aroma harum/makanan lezat.





Tempat-Tempat Kotor
Setan dan jin sangat menyukai tempat-tempat yang penuh dengan kotoran dan najis. Salah satunya adalah di lubang-lubang pembuangan kotoran / WC.
Dari Zaid bin Arqam, dari Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya semak-semak ( yang dijadikan tempat buang hajat ) ada penghuninya. Jadi, kalau seseorang diantara kalian ke kamar kecil ( WC ), maka bacalah, “Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan laki-laki dan setan betina.”
 Kita dianjurkan pula tidak membuang air panas di lubang-lubang WC tanpa menyebut dan memohon perlindungan kepada Allah swt. Dikarenakan, air tersebut dapat mematikan setan dan jin yang menghuni lubang WC, sehingga keluarga mereka melakukan balas dendam terhadap kita.

Selain tempat-tempat kotor, jin dan setan juga bertempat tinggal di sumur, di tempat-tempat hiburan, di jalanan, di pasar, bahkan di kemaluan dan rahim para penzina, pelacur dan kaum homoseks maupun lesbi.
“Dan sesungguhnya kami mengetahui,
 bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri ( dari kekuasaan ) Allah di muka bumi
dan tidak pula dapat melepaskan diri dari-Nya dengan lari.”
(QS. Al - Jin : 12 )

***
Sekian dulu postingan saya, pada postingan selanjutnya saya akan menulis tentang kehidupan jin, jenis-jenis jin, kemampuan jin, apakah kita mempunyai jin pendamping?, perbedaan jin, iblis, dan setan, apakah manusia dapat melakukan kontrak / kerja sama dengan jin, dan sebagainya. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat serta ilmu kepada kita semua. Juga menambah keimanan kita atas kekuasaan Allah swt., menjadi peringatan kepada kita agar selalu di jalan yang benar. Aamiin.  

Sumber :
Dawud, Muhammad ‘Isa.1996. Berdialog Dengan Jin, Pengalaman Spritual ( Hiwar Shahafiy ma’a Jiniy Muslim ). Bandung : Pustaka Hidayah













No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.

Dabo Singkep

Welcome To Dabo Singkep Island

Sudah pernahkah kamu   mendengar sebuah pulau   bernama Dabo Singkep? Bagi yang sudah mendengarnya, mereka akan tahu dimana letak pu...