Bulan ramadhan memang sudah
berlalu bagi kita semua, namun saya
ingin sedikit berbagi cerita tentang perayaan bulan Ramadhan yang terdapat di tanah kelahiran saya, yaitu
Dabo Singkep.
Memang bulan Ramadhan sangat
identik dengan berbagai pernak-pernik dalam merayakannya. Di seluruh penjuru dunia punya berbagai
tradisi berbeda-beda dalam merayakannya. Begitu juga dengan tanah kelahiran
saya ini.
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan dan menyita banyak perhatian adalah tradisi Tujuh Liko. Tradisi tujuh liko adalah sebuah
tradisi yang dimiliki oleh suku Melayu, dimana masyarakat
melayu akan memasang lampu-lampu pelita, maupun
lampu tanglung di setiap pojok rumah dan kampung. Pemasangan lampu
pelita dimulai setiap tanggal 21 Ramadahan dan puncak perayaannya terjadi pada
tanggal 27 ramadhan.
Setiap kampung akan mulai berbenah-benah membuat sebuah
pintu gerbang ketika memasuki pertengahan bulan Ramadhan. Umumnya, pintu
gerbang tersebut dibuat dengan bahan kayu maupun bambu, yang dibentuk menyerupai kubah mesjid
diatas dengan berbagai hiasan di
sekelilingnya, baik berupa kaligrafi, potongan ayat Al-Qur’an sampai
ukiran-ukiran.
Di dalam kerangka pintu gerbang
akan di letakkan lampu pelita sebagai
penerangan yang bagian luar kerangka
tersebut telah ditutupi dengan kertas berwarna-warni. Warna kertas yang
membalut kerangka gerbang dan cahaya
lampu pelita yang dinyalakan di belakangnya akan menghasilkan efek warna cahaya
yang begitu indah pada pintu gerbang.
Secara serentak pintu gerbang yang telah dihiasi ratusan cahaya pelita akan dinyalakan tepat
pada malam ke 27 bulan ramadhan. Inilah moment
yang paling ditunggu-tunggu oleh semua
warga Dabo Singkep. Semua berbaur jadi satu-padu.
Jalan-jalan dipenuhi oleh
keramaian warga untuk melihat keindahan pintu gerbang yang tersebar di setiap
kampung. Di halaman depan rumah-rumah warga pun tak ketinggalan memasang
beberapa buah pelita sebagai penanda puncak bulan ramadhan.
Uniknya,selain penyambutan
puncak bulan Ramadhan ditandai dengan adanya tradisi Tujuh Liko, masih dapat kita temukan di beberapa kampung
sebuah tradisi yang masih dilestarikan. Setiap penduduk tak ketinggalan juga akan memasak hidangan lezat dan membuat
kue-kue basah. Lalu, mereka akan saling
kunjung-mengunjungi dan saling berbagi makanan kepada tetangga di sekitarnya.
Tradisi ini masih bisa kita jumpai
seperti di kampung Berindat,
kampung Persing, Kampung Lanjut, Kampung
Sedamai, Kampung Nerakak, Kampung Batu Putih dan Kampung Kute.
Kamu bisa membayangkan bagaimana
kemeriahan dan semarak malam 27 bulan Ramadhan di tanah kelahiran saya. Suasana
keceriaan, kebahagiaan, serta gemerlap bulan Ramadhan benar-benar
membius semua warga Dabo Singkep. ^^
Ramadhan selalu penuh warna bagi
semua orang-orang di penjuru dunia. Ia
ibarat kekasih hati, ditunggu kedatangannya, dicintai ketika ia telah datang,
lalu dirindukan kala ia telah pergi. >.< aduh..kenapa saya yang jadi malu ...:D
Sebagai bingkisan manis untuk
teman-teman semua, saya ingin memberikan beberapa buah foto cantik keindahan pintu gerbang tujuh liko di
tanah kelahiran saya, Dabo Singkep ;)
Selamat menikmati hadiah dari saya ;)
Spesial thanks :
My friends : Patrick star atas
sumbangan foto-fotonya, maaf ya terkadang saya merepotkan..:D terima kasih
banyak...siap menampung sumbangan foto berikutnya..:D
Hello dear Anisa.Very interesting :)
ReplyDelete