H
|
Sayang, setelah melahirkan istri
Hasan sakit parah dan beberapa minggu kemudian meninggal dunia.
Hasan
sangat sedih, tak tahu apa yang harus
dilakukan. Saat pagi datang dia pergi
bekerja seperti biasa, meninggalkan Aisha sendirian di dalam keranjangnya.
Sore
hari, sepulangnya dari bekerja, Hasan menemukan bayinya masih tidur di dalam
keranjang namun sudah dimandikan, diberi makan,
dan tampak gembira. Hatinya bahagia melihat bayi itu. Kejadian yang sama
terulang keesokan harinya dan hari-hari berikutnya, tapi tak seorangpun
dilihatnya.
Beberapa
lama sesudahnya dia mulai menyadari
kalau para jin lah ( roh gaib yang berbaik hati ) yang merawat putrinya
selama ini.
Aisha
tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Para jin mengajarkannya banyak hal
sehingga dirinya berpikir cerdik dan bijaksana. Satu malam, ketika Aisha
berusia tujuh belas tahun, Hasan pulang ke rumah dalam kondisi tak karuan.
“Ada
apa ayah?” tanya Aisha.
“Sultan
telah memutuskan untuk melihat seberapa pandai rakyatnya,” jawab Hasan sambil
memegangi kepala dengan kedua tangannya.
“Dia
menanyakan setiap orang yang ditemuinya dengan satu pertanyaan. Kalau mereka
tidak mampu menjawabnya dengan benar hari berikutnya maka kepala mereka akan
dipenggal. Tapi kalau jawabannya benar, dia akan menghadiahkan satu tas berisi
emas. Hari ini dia bertanya padaku, “Apa yang dikatakan kincir air padamu saat
berputar?” aku tak bisa memikirkan jawabannya.”
“Oh,
ayah itu pertanyaan mudah,”Aisha tertawa. “Sekarang dengarkan aku baik-baik dan
lakukan tepaat seperti yang kukatakan.” Diajarkannya Hasan sebuah pantun dan
memintanya untuk berulang kali sampai Hasan berulang kali hafal di luar kepala.
Saat
Hasan berangkat menemui sultan keesokan harinya, dia berpura-pura mendengarkan
kincir angin sejenak dan berpantun,
“aku
adalah sebuah buah, aku adalah sebatang pohon, sultan sakit hati, dan dia
menebangku.”
Sultan
sangat terkejut mendengar jawaban Hasan. Bertahun-tahun yang lalu, saat sultan
sedang berjalan di taman, kepalanya terantuk pada sebatang pohon buah. Dia sangat
marah dengan pohon tersebut, lalu dia menitahkan untuk ditebang, kemudian
kayunya dibuat kincir air. Sultan sangat kejam dan tidak mau memberi Hasan
sebuah tas berisi emas atas jawabannya yang benar. Dia justru memberinya sebuah
teka-teki lagi.
Lagi-lagi
Hasan pulang ke rumah menemui Aisha dengan putus asa. “Apa yang sebaiknya
kulakukan?” tangisnya. “Sultan bersabda kalau aku harus pergi ke istananya
besok dengan berkendaraan dan berjalan kaki, tertawa sekaligus menangis, semua
dilakukan dalam waktu yang sama.” Bagaimana mungkin aku melakukannya?” Aisha
tertawa.
“Itu
hal yang mudah, ayah,” dan dia memberitahunya apa yang harus dilakukan.
Keesokan
paginya, Hasan pergi ke istana raja sambil menunggangi seekor keledai yang
sangat kecil. Begitu kecilnya sehingga kaki
Hasan menapak di tanah. Jadi dia telah berkendaraan dan juga berjalan kaki. Merasa
dirinya tampak sangat lucu, dia tertawa terbahak-bahak. Aisha memberinya
sepotong bawang kupas yang dipegangnya dekat mata sehingga air matanya mengalir
deras.
Dia
tertawa sekaligus menangis pada waktu yang bersamaan. Saat tiba di istana,
seluruh penghuni istana menertawakannya. Sultan tidak senang, namun dia
terpaksa tertawa juga.
“Hasan,
kau telah membuktikan bahwa kau cerdik. Kau pantas menerima hadiah satu tas
berisi emas.”
Hasan
turun dari atas keledai dan berlutut serendah-rendahnya.
“Baginda,
aku orang yang jujur dan ku akui putrikulah, Aisha, yang memberitahu
jawabannya.”
Sultan
mengerutkan dahinya sejenak dan bertitah, “Putrimu sepatutnya berhak menerima
tas berisi emas. Bawa dia ke istanaku.”
Mengenakan
baju terbaiknya, Aisha berjalan bersama Hasan ke istana. Hasan sangat ketakutan
namun Aisha tidak sedikitpun merasa takut. Dia tersenyum pada sultan dan
tertawa saat sultan berkata dengan geram padanya.
Sultan
terpikat hatinya pada gadis cerdik dan cantik yang ada dihadapannya, dan
memutuskan untuk menikah dengannya. Tahun berjalan, dirinya berubah dari
laki-laki jahat dan pemarah menjadi sultan terbaik yang pernah dimiliki oleh
rakyatnya.
Sumber
:
Amery,
Heather.2003.Kisah-Kisah Dunia.Jakarta : Dian Rakyat
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.