Sialan—
Makinya dalam hati
sambil menatap kesal pada sepasang sepatu di kedua kakinya. Keringatnya
mengucur deras, seirama dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
“Dasar payah!”
umpat seorang gadis di pojokan sana, sambil tertawa. Tawanya begitu renyah. Pertanda
ia kembali berhasil memenangkan permainan itu.
“Aku mau kita
ulangi lagi...” tantang bocah laki-laki itu.
“TIDAK MAU—KAMU
SUDAH KALAH.....” ditekannya kata “ kalah” tersebut sedalam mungkin.
“ehm..coba
kuingat-ingat telah berapa kali kamu kalah....” tawa sang gadis ketika mulai
menghitung pada jari-jemarinya. Mimik wajahnya dibuat-buat bagai seorang yang
pikun. Atau bak bocah yang baru pandai menghitung.
“Sudah selesai
menghitungnya—ini tidak lucu!” jawabnya ketus.
“Aku rasa belum...”
balas sang gadis dengan santainya.
Ia menghela nafas.
Frustasi. Bagaimana tidak! Ia dikalahkan oleh seorang gadis. Ini memalukan
untuk dirinya. Harga dirikah? Ia mulai melangkah menghampiri gadis itu yang
tengah menatapnya.
Wajah itu. Tawa
itu. Ejekan itu. Apakah itu yang membuatnya tersiksa selama ini? berulang kali
ia bertanding dengan gadis itu, berulang kali ia tak pernah menjadi pemenang.
Apakah itu sumber
kekalutannya? Rasa itu lebih besar dari pada sebuah rasa kalut. Rasa yang luar
biasa menderitanya kini ia rasakan.
“Jika bukan rasa
kalut, LALU APA......?
Teriak hatinya yang
lain.
Ia ingin mencari
tahunya. Tinggal selangkah lagi ia menuju gadis itu. Tiba-tiba hujan mulai
mengguyur mereka. Terjebak bersama gadis itu dibawah deretan bangunan kota,
tempat mereka bermain seperti biasa.
“Emm..hujan” bibir
sang gadis seperti merapalkannya dengan hati-hati.
“tidak suka?” tanya
lelaki itu, ada sedikit nada khawatir yang ia tangkap dari nya.
“Suka—“Jika hari
hujan, dan kamu punya sebuah keinginan, maka ucapkanlah dengan tulus
keinginanmu tersebut. keinginanmu pasti akan terwujud.”
“Konyol...” balas
lelaki itu. Cuek.
Sudut mata mereka
berpaut satu sama lain.
Ada rasa. Hanya masing-masing sebuah senyum telah menghias di sudut bibir.
Namun, diam-diam
hatinya mempercayai apa yang dikatakan gadis itu. Ia mulai mengucapkan
keinginannya. Hanya satu.
Akhirnya ia mengerti apa yang menjerat dirinya selama ini.Bukan kekalahan pertandingan ini.
Tapi.......
gadis ini.
Ia ingin jadi
pemenang. Bukan di pertandingan itu.
Tapi di hati gadis
di hadapannya kini.
*************************
^^ fuuuhhhh kelar juga saya buat cerpen, semoga teman-teman menyukainya. Hmm walau judul sama gambarnya tidak cocok satu sama lain -_- harap dimaklumi.
Saran dan kritik sangat dibutuhkan, terutama yang membangun ^^ * tidak menerima saran dan kritik yang menghancurkan perasaan saya xD
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.