Alf Lailah wa Lailah ( Arabian Nights )
Siapa yang belum pernah mendengar
cerita 1001 malam? Hmm...saya rasa kita semua pernah mendengar cerita dari
negeri arab yang sangat terkenal ini. kita akan langsung mengaitkannya dengan Kisah
Aladin dan Lampu Ajaib, Ali Baba dan 40 Penyamun, serta kisah-kisah lainnya.
Namun, bagaimanakah sejarah dari
penulisan cerita ini bermula hingga menyebar ke penjuru dunia? Sebelumnya, marilah kita
terlebih dahulu mencari tahu bagaimana awal cerita kisah 1001 malam ini
bermula.
Awal Kisah 1001 Malam
Kisah 1001 malam ( Alf Lailah wa Lailah ) sesungguhnya berasal dari sebuah kisah
nyata. Kisah tentang dua orang raja kakak adik yang bernama Syahriyar dan Syahzaman dengan kerajaannya masing-masing. Selama 20 tahun masa
pemerintahan, mereka memerintah kerajaan tersebut dengan adil dan bijaksana.
Pada suatu hari, raja Syahriyar
berniat akan pergi berburu, maka ia pun bersiap-siap untuk berburu dengan
membawa serta beberapa orang pengawal. Ia meninggalkan istana untuk sementara
waktu dan seorang istrinya yang sangat ia cintai, tanpa pernah mencurigai akan
kesetiaan cinta istrinya tersebut.
Di saat sang raja tengah dalam
perjalanan, tiba-tiba raja teringat bahwa salah satu perlengkapannya untuk
berburu tertinggal di istana. Raja pun segera memacu kudanya untuk mengambilnya.
Sesampai di istana, sang raja pun pergi mengambil barang tersebut. alih-alih
mengambil barangnya, sang raja tanpa sengaja memergoki istri yang ia cintai
sedang berselingkuh dengan budak istananya.
Betapa murka dan sakit hatinya sang
raja, hingga akhirnya ia menjatuhi hukuman agar sang istri dan budak kulit
hitam itu dibunuh.
Untuk sesaat, sang Raja, sangat sedih
juga terluka hatinya mengenang pengkhianatan istri yang sangat ia cintai. Untuk
menghibur hatinya yang sedang bersedih, ia lalu memutuskan untuk pergi
mengunjungi istana adiknya, Syahzaman.
Perjalanan yang harus ia tempuh cukup jauh dan melelahkan. Namun, ia sampai juga akhirnya di istana
Syahzaman. Sayang, sang adik rupanya sedang tidak ada di istana,karena ada beberapa
urusan yang ia harus selesaikan.
Sambil menunggu kepulangan sang adik
tercinta, Syahriyar berkeliling istana untuk melihat keindahan-keindahan yang
ada. Bukan pemandangan indah yang ia harapkan untuk dilihat, melainkan
sebuah pemandangan mengerikan ia lihat
kini dihadapannya. Di dapatinya istri adiknya sedang bemesraan dengan seorang
budak istana.
Sang adikpun tak lama kemudian telah
pulang dari urusannya. Mendengar penuturan dari sang kakak tentang
perselingkuhan sang istri, Syahzaman pun menjadi berang. Syahzaman pun memerintahkan
pada pengawal istananya untuk membunuh istri dan budak istana itu.
Peristiwa sama yang sedang menimpa
kedua raja kakak adik ini, membuat jiwa mereka sangat tergoncang. Syahriyar dan
Syahzaman diliputi kelukaan dan kesedihan yang mendalam dihati. Oleh karena luka hati yang mendalam
serta kesetiaan mereka yang ternodai oleh pengkhianatan orang yang mereka
cintai. Hingga, akhirnya menimbulkan ketidakpercayaan lagi terhadap wanita.
Sejak itu, negara yang semula
dipimpin oleh raja yang bijaksana, kini menjadi raja yang kejam yang acap kali
membunuh wanita yang telah ia nikahi. Raja menikahi wanita tersebut hanya untuk
satu malam. Dan keesokan paginya wanita tersebut akan di penggal kepalanya oleh
algojo istana.
Kebiasaan sang raja Syahriyar yang hanya
menikah untuk satu malam lalu membunuh wanita yang ia nikahi keesokan pagi,
berlangsung terus-menerus selama 3 tahun. Penduduk negeri tersebut di cekam
ketakutan, dan para gadis di negeri tersebut banyak melarikan diri ke negeri-negeri
lain untuk menyelamatkan diri.
Hingga hanya tersisa beberapa orang
gadis saja yang masih hidup dan menunggu giliran mereka untuk menjadi korban
sang raja. Demi menyelamatkan nyawa gadis-gadis lain, seorang gadis bernama Syahrizad memohon kepada ayahnya, agar
ia dinikahkan dengan sang raja. Syahrizad adalah seorang putri wasir.
Permohonan Syahrizad, akhirnya
dikabulkan oleh ayahnya walau dengan berat hati. Namun, Syahrizad bukanlah
seorang gadis biasa. Ia gadis yang sangat cerdik dan pintar. Ia telah menyusun
sebuah rencana, agar sang raja tidak bisa membunuhnya.
Dengan ditemani oleh adiknya, Dunyazad, Syahrizad pun menikah dan
tinggal di istana sang raja. Ketika malam tiba, Syahrizad tidak lantas menuruti
sang Raja agar langsung tidur. Akan tetapi, Syahrizad meminta sang raja untuk
mendengarkan cerita yang akan ia sampaikan kepada raja.
Rajapun mendengarkan cerita yang
dibawakan oleh Syahrizad dengan sangat antusias. Syahrazad mampu membawakan
cerita yang disampaikan kepada sang raja dengan sangat menarik. Syahrazad
sangat menyukai membaca buku-buku cerita, hikayat, dan kisah-kisah terdahulu . Cerita
tersebut ia ceritakan dengan cara bersambung, hingga raja tertidur lelap.
Dengan demikian, sang raja senantiasa menunggu kelanjutan cerita dari
Syahrazad.
Malam-malam pun berlalu, dan tidak
terasa telah memasuki 1001 malam Syahrazad bercerita untuk sang raja. Raja
Syahriyar sadar apa yang telah ia lakukan selama ini berkat kecerdikan
Syahrizad.
Raja Syahriyar dan Syahrazad pun kini
bisa hidup berbahagia dan saling mencintai.
Mula Penulisan Cerita
Sebagian ahli sastra berpendapat
bahwa kisah 1001 malam ( Alf Lailah wa Lailah ) tidak ditulis satu orang,
tetapi oleh banyak orang pada periode yang berbeda. Seorang kritikus sastra
bernama Nabia Abbot menyatakan bahwa
ada 6 bentuk kumpulan cerita 1001 malam :
Bentuk Pertama,
terjemahan secara harfiah dari “Hazar
Afsanak” pada abad ke-8 M. Kumpulan cerita diperkirakan berjudul “ Alf Khurafat” ( 1000 cerita yang
dibuat-buat ).
Bentuk Kedua, adalah
versi islam dari “Hazar Afsanak”yang
berjudul “ Alf Lailah” ( 1000 Malam
) yang disusun sebagian / mungkin sudah lengkap pada abad ke-8 M.
Bentuk Ketiga,
adalah “Alf Lailah” yang berisi
cerita-cerita Arab dan Persia yang dibuat pada abad ke-9 M.
Bentuk Keempat,
adalah susunan “Al-Jassyari” yang
dibuat pada abad ke-10 M, yang mencangkup Alf Lailah dan cerita-cerita lain.
Pada bentuk keempat ini ada kemungkinan cerita-cerita yang termuat dalam Alf
Lailah mengalami beberapa perubahan.
Bentuk Kelima,
merupakan kumpulan yang diperluas dari susunan “Al-Jassyari”
dengan tambahan cerita dari Asia dan Mesir. Kumpulan ini diperkirakan dibuat
pada abad ke-12M. Pada periode inilah perubahan judul menjadi “ Alf Lailah wa
Lailah” kemungkinan dilakukan.
Bentuk Keenam,
adalah “Alf Lailah wa Lailah” yang
berisi tambahan cerita-cerita kepahlawanan islam pada dinasti Mamluk. Bentuk
ini merupakan bentuk terakhir yang tidak ditambah lagi, karena pada awal abad
ke-16 M Dinasti Mamluk di Suriah dan Mesir ditaklukkan oleh Turki Usmani (
Turki Ottoman ) dibawah Sultan Salim I ( 1512 -1520 ).
Penerjemahan Alf Lailah wa Lailah
Di daratan eropa, alf lailah wa
lailah dikenal dengan nama “the arabian nights”. Kisah ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang sarjana prancis yang bernama “Jean Antoine Galland”
( 1646-1715).
Jean Antoinne Galland
Galland memperoleh naskah alf lailah
wa lailah ketika dia bertugas sebagai sekretaris kedutaan prancis di timur
tengah. Dengan latar belakang sebagai kolektor benda-benda untuk museum, ia
tertarik dengan naskah alf lailah wa lailah. Dengan memanfaatkan penugasannya
ke timur tengah untuk mencari benda-benda kuno. Alf lailah wa lailah adalah
penemuannya yang paling bernilai.
Alf Lailah wa Lailah yang diterjemahkan oleh Galland ke dalam bahasa prancis
menjadi "Les Mille et Une Nuit"
Galland menerjemahkan Alf Lailah wa Lailah ke dalam bahasa
Prancis, dan menerbitkannya sebanyak 12 jilid :
Jilid 1 terbit pada tahun 1704
Jilid 2-7 terbit pada tahun 1706
Jilid 8 terbit pada tahun 1709
Jilid 9-10 terbit pada tahun 1712
Penerjemahan Alf Lailah wa Lailah ke dalam bahasa inggris
dilakukan oleh R.Heron dari edisi
yang diterbitkan oleh Galland. Lalu William
Beloe menerjemahkan sebanyak 4 jilid pada tahun 1795 M.
Penerjemahan juga dilakukan oleh beberapa orang orientalis lainnya, seperti : Denis Chavis, Jonathan Scott, Caussin de
Perceval, dan Edouard Gauttier.
Penerbitan Alf Lailah wa Lailah
Penerbitan Alf Lailah wa Lailah
Alf Lailah wa Lailah dalam bahasa arab pertama kali diterbitkan
di Calcutta oleh The College of Fort William dan di edit
oleh Syekh Ahmad bin M.Syirawani al
Yamani. Pada edisi ini, diterbitkan sebanyak 2 jilid. Jilid 1 diterbitkan
pada tahun 1814, dan Jilid 2 diterbitkan pada tahun 1818. Cerita yang
ditampilkan hanya berisi 200 malam yang pertama dan kisah Sinbad si Pelaut.
Penerbitan dalam edisi bahasa arab yang lengkap adalah edisi Bulaq
yang pertama kali dicetak pada tahun 1835 di percetakan negara Bulaq, dekat
Kairo.
yang dicetak
pada tahun 1835 di Percetakan negara Kairo. Penerbitan edisi ini berasal dari
naskah yang didapatkan di Mesir. Setelah
itu terbit pula edisi kedua dari Calcutta
yang sudah lengkap, sebanyak 4 jilid pada tahun 1839-1842, yang diedit oleh W.H Macnaghten.
Kemudian ada
pula edisi Breslau yang diedit oleh Dr.Maximilian Habicht, yang diakuinya
berasal dari manuskrip Tunisia. Pada edisi Breslau ini banyak terdapat
kesalahan tata bahasa dan dialek.
Dari sekian
banyak edisi Alf Lailah wa Lailah, edisi yang berulangkali dicetak adalah edisi
Bulaq, yang pada garis besarnya sama
isinya dengan edisi Calcutta yang kedua.
Edisi ini
berasal dari resensi naskah Mesir yang ditemukan Zotenberg dan merupakan hasil komplikasi yang dibuat oleh seorang
syekh pada abad ke-18.
Edisi Bulaq
ini dicetak pada tahun 1896 oleh Darasy-Sya’b,
Kairo sebanyak 2 jilid:
Jild 1
berisi sebanyak 782 halaman
Jild 2
berisi sebanyak 764 halaman
Edisi ini
diedit oleh Rusydi Salih dan diberi
gambar oleh Husain Biykar.
Dari edisi
Bulaq ini kemudian terbit terjemahan ke dalam berbagai bahasa barat, seperti
Spanyol, Inggris, Polandia, Jerman, Denmark, Rusia, dan Italia.
*****
Sumber : Antonio, Muhammad Syafii dan Tim TAZKIA.Ensiklopedia Peradaban Islam Jilid 5 : Baghdad.2012.Jakarta : TAZKIA Publishing
kereennnn,..:)
ReplyDelete