Ia
tanya, “Kenapa?”
Tunggu
dulu......., ini sudah ketiga kalinya. Waktu pertama kali kusematkan cincin di
jari manisnya,
Ia
juga bertanya hal yang sama.
“Kenapa?”
Mengapa
ia tidak bertanya “Siapa?” tentu akan mudah ku jawab pertanyaannya. Bagaimana mungkin
bahasa hati harus ku ubah ke dalam sebuah kata-kata untuknya. Pun jika bisa ku ubah, tak akan pernah cukup
menjelaskan bagaimana wujud sebuah rasa sebenarnya.
Besok...
Aku
akan kembali menulis untuknya, mungkin
cukup untuk menjawab tanyanya
“Kenapa?”