Alkisah, seorang pemuda
mengembara mencari arti kebahagiaan. Dalam pencariannya, ia menemui seorang
pertapa di sebuah puri kuno di puncak bukit. Bertanyalah ia kepada Sang
Pertapa, apa arti kebahagiaan.
“Sebelum menjawab pertanyaanmu,
silahkan melihat-lihat rumahku dulu. Tak usah terburu-buru.” Sang Pertapa lalu
memberinya sebuah sendok makan berisi beberapa tetes minyak.
“Bawalah ini sambil berjalan. Awas,
jangan sampai minyaknya tumpah.”
Si pemuda menuruti perintah. Ia keluar masuk kompleks puri abad pertengahan
yang indah tersebut. Namun,lantaran konsentrasinya terpaku pada sendok berisi
minyak tersebut, ia tidak bisa menikmati apa yang bisa di lihat.
Beberapa jam kemudian Sang
pertapa bertanya,
“Apakah kamu sudah masuk ruang
perpustakaanku? Di sana mestinya kamu lihat sebuah relief dinding berisi cerita menarik. Kamu menyukainya?”
Pemuda tersebut mengaku, ia tak
sempat menyaksikan benda yang di maksud.
“Kalau begitu, kamu harus
melihatnya lagi. Cobalah nikmati pemandangan di puri ini.”
Kali ini si pemuda betul-betul
menikmati pemandangan yang di lihatnya. Beberapa jam kemudian, ia melaporkan
banyak hal menarik kepada sang pertapa.
“Baiklah, tapi apa yang terjadi
dengan sendok itu? Mengapa kosong? Apakah kamu menumpahkan minyaknya?” tanya
sang pertapa
Sang pemuda kaget, tak dapat
menyembunyikan rasa malunya.
Dengan bijak sang pertapa lalu
mengelus-elus pundak pemuda tersebut seraya berkata,
“Kamu masih mau mengetahui rahasia
arti kebahagiaan?”
“Ya, tentu saja.”
“Sesungguhnya kamu telah
menjawabnya sendiri,”ujar Sang Pertapa.
“Kebahagiaan adalah kemampuan
untuk menikmati dan menghargai segala keindahan yang kamu temui di dunia, tanpa
melupakan sesuatu yang paling dekat denganmu.”
Sumber :
Majalah Intisari N0.525 April
2007, All The Marvels Of The World-Paulo Coelho
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.