Pengarang :
James Bowen
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta
Tahun : 2012, cet.1
James Bowen, seorang pengamen
dan tuna wisma, mendapati seekor kucing yang entah dari mana asalnya sedang
bergelung di lantai koridor tempat
pondokannya ketika ia pulang dari
mengamen.
Berpikir bahwa kucing tersebut
adalah milik salah satu dari pemilik pondokan di tempat tinggalnya, James
mengacuhkan kucing itu. James sempat membelainya, dan sedikit tertarik pada
kucing tersebut. Namun ia menyadari
kucing itu bukanlah miliknya.
Keesokan paginya, ia masih
mendapati kucing tersebut masih duduk bergelung di keset pintu pondokan
tersebut. James pun tergerak untuk mengetuk salah satu pintu pondokan itu dan
mencari tahu siapa pemilik kucing tersebut. Akan tetapi, pemilik pondokan
bukanlah pemilik dari kucing itu.
Terdorong oleh rasa kasihan, James
pun memutuskan untuk merawat dan memelihara kucing tersebut. Meski, ia tahu betapa merepotkan memelihara
seekor kucing ditambah dengan kehidupannya yang terbelit dengan obat-obatan
terlarang.
Ia pun menamai kucing tersebut “Bob”.
Beban hidup James pun bertambah dengan memelihara Bob. Mulai dari makanan
hingga kesehatan Bob. Ia harus dua kali
giat bekerja untuk membiayai kebutuhan dirinya dan Bob.
James yang biasanya mencari
nafkah di stasiun kereta bawah tanah kota London dengan mengamen, suatu hari
menyadari bahwa Bob mulai membuntutinya kemana pun ia pergi. Khawatir Bob akan
tersesat, James menyuruh dan mengusir Bob agar kembali ke rumah.
Lagi, dan lagi
kejadian itu berulang kembali, James pun menyerah dan mengajak Bob untuk pergi
bekerja bersamanya.
Bob yang melingkar di bahu
James menjadi sebuah pemandangan unik bagi warga kota London. Orang-orang mulai
memperhatikan James dan Bob. Dampaknya, pendapatan James sebagai seorang
pengamen menjadi lebih banyak, tak
seperti biasa.
Awalnya hanya sesekali saja James membawa Bob, tapi Bob sering
kali mengikuti James saat ia mengamen. Dan orang-orang mulai melemparkan banyak
koin untuk mereka. Mereka menyukai Bob.
Disisi lain, James tak ingin
terlalu mengeksploitasi Bob, baginya Bob bukan lah sekedar kucing tapi seorang teman yang telah lama tak dimilikinya,
juga seorang anak bagi James. James dan Bob mulai akrab satu sama lain.
Rasa kesepian dan kesedihan di
hati James, sedikit demi sedikit terobati
oleh kehadiran Bob. Perasaan kesepian dari
keluarga yang tak pernah ia hubungi selama 10 tahun akhir, kesepian akan teman-teman
yang bisa diajak bicara, dan pandangan orang-orang betapa hina pekerjaannya. Bob
mampu mengisi hatinya dengan penuh cinta. Bukan hanya itu saja, Bob
mengajarinya kembali arti cinta dan kasih sayang terhadap sesama. Cara orang-orang
memandang james pun sekarang lebih ramah.
James pun mulai memperhatikan
dirinya lebih baik lagi. Ia kembali
untuk menuntaskan tahap akhir rehabilitasinya terhadap kecanduan obat-obatan. Ia juga lebih memperhatikan penampilannya dan
berusaha kembali membangun hubungan dengan keluarganya yang telah lama tidak ia
kabari.
Hidup di jalanan bukanlah
sebuah tempat yang aman bagi Bob dan James. Beberapa kali, mereka harus
berhadapan dengan pengamen-pengamen jalanan yang berkuasa, belum lagi
orang-orang yang begitu jahil mengganggu Bob.
Berhasilkah mereka melalui
semuanya? Dan mampukah James bangkit dari ketergantungannya pada obat-obatan
terlarang?
*****
Kisah
yang menyentuh dan membuat saya meneteskan air mata!
Itu kesan pertama saya setelah membaca
novel non fiksi tersebut. Kisah yang
begitu menggugah hati untuk menyelami bagaimana sebuah pelajaran kehidupan itu
bisa kita ambil dari seekor hewan, tak terkecuali seekor kucing. Kasih sayang seekor kucing yang mampu
menyelamatkan seseorang dari penderitaan hidup dan mengajari bagaimana
memandang hidup ini menjadi lebih indah. ^^
“Setiap orang berhak dimaklumi,
setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua....”
James Bowen
Mengharukan..... Binatang juga punya rasa cinta & terimakasih, hendaknya kita hormati & sayangi mereka bukannya disiksa seoerti kasus kucing di Sidoarjo....
ReplyDelete