Ia tumbuh, bak bunga bakung
Terkena tetesan embun subuh
Ia muda, bak kijang lincah
Berkelana
di tiap sudut rimba
Sambil menguyah roti
Sarapan paginya,
ku duduk
Di hadapannya,
Matanya sedikit bengkak
Tanda
mimpinya semalam belumlah tuntas
Ia mulai mengeluh tentang begitu memuakkan--
Belajar..belajar..belajar....
Katanya,
kenapa ia harus menjejalkan semua
Pelajaran yang entah berguna atau di lempar ke tong sampah
nantinya?
Dihempaskan buku yang tengah dipegangnya
pada meja
BRAAKKK
pada meja
BRAAKKK
Kesal.
Marah.
Wajahnya masam.
Marah.
Wajahnya masam.
Namun....ia tidak bisa protes akan keadaannya.
Ku hampiri ia,
Ku kecup puncak kepala gadis kecilku yang beranjak
dewasa
Di mataku ia masih kecil adanya.
“Jika ayah seorang malaikat,
Ayah akan meminta pada Tuhan agar ilmu yang kamu
pelajari
Tak akan sia-sia,”
Dan andai sekalipun
ayah adalah seekor ikan,
Emm..misalnya seekor paus di lautan,
Ayah akan mendoakan ilmu itu akan berguna.”
Ia tertawa mendengar kalimat-kalimatku,
Seraya mengaminkan doa-doaku
Terdengar di luar sana sebuah teriakan
Memanggil namanya,
Ia menyambar segera tas punggungnya,
Dan berdiri tegap,
Seraya menoleh kepadaku,
“Doakan soalnya mudah ya, yah...”
Senyumnya merekah, dan aku mengangguk kecil
Atas permintaannya
Gadis kecilku berlari,
Tergopoh menghampiri temannya
Suatu hari nanti kau akan mengerti
Ilmu akan menjagamu,nak
Seperti ayah yang selalu melindungimu
semoga pagi ini memperoleh keberkahan dan rizki yang berlimpah
ReplyDelete