Pemandangan menarik
yang saya temui tiap kali pulang dari bekerja adalah melihat pagar-pagar kawat
berduri yang mengelilingi sebuah sekolah. Bukan pagar kawatnya yang menarik
mata saya, akan tetapi di halaman belakang sekolah tersebut tumbuh dua batang pohon
Akasia.
Bukan pohon Akasia
yang tumbuh subur dengan daun-daun hijaunya. Akan tetapi, pohon Akasia
yang sama sekali tidak mempunyai daun.
Satu helai pun daun. Hanya cabang-cabang serta ranting yang menyusunnya.
Jika waktu pulang
tiba, saya sering memperhatikan dua batang pohon tersebut. pemandangan kecil
yang indah bagi saya sekaligus menghibur akan rasa lelah saya berjalan kaki
untuk pulang ke rumah.
Sesering saya
melewatinya, sesering pula saya memikirkan tentang akasia tersebut. Saya heran
serta takjub memikirkan bagaimana Akasia tersebut masih bisa terus hidup meski
ia hanya tinggal cabang dan ranting saja.
Bagaimana sesuatu yang
hampir mendekati ajal-hampir mati, dapat terus hidup bahkan berdiri dengan
indah?
Terkadang, saya
menjadi iri dengan semangat dan keberanian yang ia miliki.
Rantingnya terus
tumbuh menjulang ke langit. Terus tumbuh dari hari ke hari dengan gagah dan
berani. Meski, keadaannya tidak muda lagi. Ia tidak peduli--betapa rapuh dan
tuanya diri, ia akan tumbuh selagi ia mampu terus tumbuh dan hidup.
Ah, saya membayangkan
Akasia adalah seorang manusia. Manusia yang telah begitu tua dan papa. Entah
bagaimana, ia masih mempunyai banyak harapan—impian—cita.
Pernahkah kita memberi
batas waktu dalam mewujudkan mimpi-mimpi yang kita miliki di hidup ini?
Jawabannya adalah TIDAK.
Kita tidak pernah
memberi batas waktu. Kita terus berharap dan berusaha mewujudkannya, meski hari
telah berganti menjadi minggu. Minggu berganti menjadi bulan, dan bulan menjadi
tahun.
Dari rambut kita masih
berwarna hitam hingga memutih, tiap orang berharap satu dari sekian banyak
mimpi dalam hidupnya akan menjadi nyata. Benar—jadi nyata. Satu dari sekian
banyak impian dalam hidup kita.
Apakah sesuatu yang
memalukan, jika menjadi tua namun masih ingin mewujudkan sebuah impian dalam
hidup?
Apakah menjadi tua itu
hanya cukup untuk menjadi tua saja?
Kalau di dunia ini
orang yang telah tua hanya diberi tugas bertambah tua lalu mati, cobalah
belajar merenungi bagaimana Akasia tua itu mampu berdiri sampai detik ini.
*******
“Setiap
detik umur kita semakin bertambah,
Lalu
apakah kebijaksanaan kita
Bertambah
setiap detiknya.”
It's beautiful dear Anisa :) Have a very nice week :)
ReplyDelete