“UWAAA..AAAHH..ITU
PUNYAKU KIO,KEMBALIKAN!!!”kata Akou kepada adiknya dengan sangat marah.
“TIDAK—ini
punyaku. Semangka ini punyaku dan aku akan memakannya.” bantah Akio, sambil
menjauhkan sepotong semangka dari hadapan Akuo.
“TIDAK.
ITU PUNYAKU. KEMBALIKAN. JANGAN BERBOHONG....!!!” bentak Akuo pada adiknya,
wajahnya cemberut,tanda ia sedang menahan marah.
“Hm...aku
tidak berbohong. Semangka ini kutemukan diatas meja itu.”
Akio menunjukkan ke
sebuah meja makan yang berwarna coklat di hadapan Akuo.
“
Dan tentu ini adalah punyaku.” Tambah Akio dengan sangat yakin.
“KAU
BILANG KAU MENEMUKANNYA KAN??? BERARTI SEMANGKA ITU BUKAN MILIKMU.” Tangan Akou
mulai bergetar.
Ia tak sabar ingin merebut sepotong semangka merah yang begitu
lezat itu dari tangan adiknya.
“Tentu
saja milikku. Karena aku yang menemukannya.” Jawab Akio tanpa rasa bersalah.
“KU
BILANG KEMBALIKAN SEMANGKA ITU PADAKU, AKIO!!” perintah Akuo pada adiknya.
Akio
tahu kalau kakaknya sedang benar-benar marah, namun ia hanya tenang-tenang
saja.
“ TIDAK
MAU. Aku akan memakannya.” Tiba-tiba Akio membuka mulutnya lebar-lebar dan siap
melahap semangka lezat ditangannya.
Melihat
buah kesukaannya itu akan dimakan oleh Akio, Akuo langsung menarik baju tidur
Akio, dan berteriak
“KEMBALIKAN
AKIO, ITU SEMANGKA KU.....” wajah Akuo terlihat akan menangis, hidungnya telah
berwarna merah seperti tomat. Matanya
mengerjap-ngerjap menahan air mata yang akan keluar.
“Itu
punyaku...kembalikan...” suara Akuo terdengar lemah karena menahan tangisnya,
tangannya masih mencengkeram baju Akio. Tapi cengkeramannya kini melemah.
Akio
pun menghentikan niatnya untuk melahap semangka tersebut. Dipandangi wajah
sedih kakaknya dengan perasaan bersalah.
“Apa
yang terjadi disini Akio?” tiba-tiba ibu datang dari arah pintu dapur.
Tangan
kanannya tengah memegang sebuah buku berwarna merah tua.
“Astaga....Akio
apa yang kau lakukan pada kakakmu?” tanya Ibu lalu memeluk Akuo sambil
menepuk-nepuk lembut punggung Akuo.
“Akio
merebut semangka milikku bu...” adu Akuo. Kepalanya dijatuhkan pada bahu ibu.
Lalu membenamkan wajahnya dalam-dalam.
“Benar
apa yang dikatakan kakakmu, Akio?” tanya ibu menatap lekat-lekat ke dalam mata
Akuo.
“Iya,
bu..” kata Akio dengan perasaan malu dan menundukkan wajahnya.
“Akio
sudah mendapatkan bagian semangka punya Akio kan?” tanya ibu lagi.
Akio
mengangguk pelan.
“Lalu
kenapa Akio merebut semangka milik Akuo?” selidik ibu
“Itu
karena ......” Akio melirik sebentar kearah Akuo. Akuo melepaskan pelukan ibu dan menatap Akio dengan
rasa penasaran. Apa mungkin Akio ingin membalas kejadian kemarin, gara-gara aku
memakan biskuitnya tanpa seizinnya? Eh, tapi itu tidak mungkin—Akio tidak
pernah pelit kepadaku. Begitu pikir Akuo.
“Jadi,
karena apa...?” ibu mengulangi ucapan Akio.
“itu
karena........” Akio sepertinya takut untuk melanjutkan kalimatnya. Sementara
Akuo tidak sabar mendengar kelanjutan kalimat itu.
“karena
apa?” tanya ibu lagi, suaranya terdengar lebih tegas.
“Kalau
Akio bilang alasannya, ibu jangan marah ya sama Akio?” kata Akio dengan wajah
cemas dan ragu-ragu.
“Iya,
ibu tidak akan marah, tapi Akio harus mengatakannya dengan jujur” kata Ibu
sambil tersenyum kepada Akio.
Akio
menghela nafas. Beberapa detik kemudian ia terdiam. Ia terlihat seperti
mengumpulkan keberaniannya di dalam hati.
“Itu
karena Akio suka sekali melihat wajah Akuo yang lagi cemberut dan sedang
menangis..” kata Akio akhirnya. Ibu terlihat bingung sekali atas ucapan Akio.
Begitu juga Akuo, ia hanya diam dan terpaku.
“Wajah
Akuo yang terlihat menangis dan cemberut itu sangat lucu bu, mirip si putih
peliharaan kita....” jelas Akio lagi.
Sontak
ibu tertawa geli sambil memegangi perutnya. Ibu mengerti sekarang maksud ucapan
Akio.
“HAAA....jadi
kamu sengaja menjahiliku, dan menurutmu wajah ku ini seperti si putih?” kata
Akuo tak percaya.
Sementara si Putih yang sedang bergelung tidur di sudut
lemari makan, tiba-tiba terbangun mendengar ada yang menyebut namanya. Dengan
mata setengah mengantuk si Putih mengeong lemah dan menatap ke arah Akuo.
“Aku
tidak berbicara padamu putih....” kata Akuo bersungut-sungut kesal melihat Akio
yang sedang tersenyum jahil. Si Putih sepertinya mengerti bukan ia yang jadi
masalahnya, tidur kembali dengan pulas.
“Kamu
pikir lucu?” tambah Akuo sambil memeloti Akio. Yang dipelototi bertambah
senang.
“Sudah,
ayo Akio cepat minta maaf sama kakakmu?”perintah ibu pada Akio.
Akio
lalu mengulurkan tangannya kepada Akuo,
“Maafkan
aku ya kak, aku tidak ingin merebut semangkamu. Ini ku kembalikan.” Kata Akuo
dengan sungguh-sungguh dan memberikan semangka yang hendak dimakannya kepada
pemilik sebenarnya.
Akuo
masih tampak kesal. Ia tidak mau menoleh kepada Akio.
“Minta
maaf tidak cukup!” kata Akuo dengan sengitnya.
“Baiklah...”
kata Akio mengerti lalu seketika itu juga ia langsung menubruk kan badannya ke
arah Akuo, dan memeluknya erat-erat. Akuo yang kehilangan keseimbangan karena
ditubruk Akio secara spontan tak mampu mengimbangi. Akibatnya mereka terjatuh
bersama-sama di lantai. Akio jatuh tepat diatas tubuh Akuo. Sontak, mereka tertawa bersama-sama. Ibu pun
ikut tertawa melihat tingkah mereka.
“Akio
sayang kakak...” kata Akio sambil mencium pipi kanan Akuo. Kedua pipi Akuo
memerah, akibat ciuman dari Akio.
“Aku
juga tidak marah lagi...” balas Akuo tertawa senang.
“Kalau
gitu, selesai Akuo makan semangkanya, ibu akan mendongeng untuk kalian” kata
ibu lalu menunjukkan sebuah buku bewarna merah tadi yang ia pegangi.
“HOREE...!!!”
sorak Akio dan Akuo kompak.
Akhirnya
merekapun berbaikan. Akio memang suka menjahili dan menggoda kakaknya, Akuo. Meskipun
begitu ia adalah seorang adik yang baik, yang sangat mencintai Akuo, sang
kakak. Begitupun sebaliknya Akuo menyayangi Akio.
Hello dear Anisa.Nice story andilustration :) Have a nice weekend :)
ReplyDeletesilahkan kunjungi wap.naruchigo.com
ReplyDelete