Tersebutlah
seorang pemuda bernama Ibrahim bin Adam.
Ia sangat gemar berburu binatang. Dia tak kenal lelah keluar masuk hutan untuk
memburu berbagai binatang. Memanggul busur
dan anak panah.
Suatu
hari dia sangat lelah. Dia menggelar tikar. Beristirahat di bawah pohon rindang
di dalam hutan. Lalu mengeluarkan
sepotong roti. Bekal yang dibawanya di rumah.
Saat
istirahat itulah Ibrahim melihat seekor burung gagak hinggap di dahan. Tepat berada
di depannya. Kali ini Ibrahim tak mengambil panah. Tak dihiraukannya binatang
tersebut. ibrahim merasa sangat lelah.
Tiba-tiba
si gagak terbang ke arah Ibrahim. Menyambar roti yang dipegangnya. Ibrahim tersentak
kaget. Burung itu lalu terbang. Menggondol roti milik Ibrahim.
“Burung
tak tahu diri!” umpat Ibrahim. Dia merasa kaget bercampur marah.
Ibrahim
merasa diledek burung gagak. Dia lalu menyiapkan senjatanya. Mengejar si gagak.
Cukup lama Ibrahim membututi burung itu sampailah di lereng gunung yang sangat
sepi.
Ibrahim
sangat terkejut. Dihadapannya, seorang laki-laki tergolek lemah. Kedua kaki dan
tangannya terikat. Tanpa pikir panjang, Ibrahim melepaskan ikatan yang membelit
tubuh laki-laki tersebut.
“Apa
yang menimpa dirimu? Sehingga kau terikat di tempat sepi ini?” tanya Ibrahim.
“Aku
seorang pedagang yang sial,” jawab laki-laki itu setelah ikatannya terlepas.
Laki-laki
itu meneruskan ceritanya,
“Beberapa
perampok merampas harta bendaku. Kedua kaki dan tanganku diikat. Aku tak
berkutik. Tujuh hari tujuh malam aku tergolek di tempat ini. Tanpa bisa berbuat
apa-apa kecuali pertolongan Allah swt. Berharap
ada orang yang lewat.”
“Lalu
siapa yang memberimu makan? Hingga kau bisa bertahan selama itu?” tanya
Ibrahim.
“Ada
burung gagak yang menolongku. Aku heran bagaimana burung itu mendapatkan
sepotong roti dan diberikannya kepadaku,” ujar si laki-laki.
“Burung
gagak?” tanya Ibrahim meyakinkan.
“Ya,
burung gagak. Allah swt tidak menyia-nyiakan hamba-Nya menjadi tak berdaya dan
mati kelaparan. Dengan Kuasa-Nya pula kau dikirim disini.” jawab si laki-laki.
Ibrahim
lalu mengajak si laki-laki ke tempat dia menggelar tikar dan beristirahat. Diceritakannya
tentang seekor burung gagak yang mencuri sepotong rotinya. Ternyata diberikan
kepada laki-laki itu.
Peristiwa
itu sungguh membekas dalam hati Ibrahim bin Adam. Seolah itu menyindir dirinya
yang selama ini kikir. Tak pernah mau memperhatikan orang lain.
“Seekor
burung gagak saja memiliki naluri menolong orang yang sengsara. Mengapa diriku
seorang manusia tidak bisa berbuat baik?” kata Ibrahim bin Adam dalam hati.
Sejak
saat itu Ibrahim bin Adam menyadari kesalahannya selama ini. Dia lalu berangkat
ke Makkah. Semua harta benda miliknya ditinggal. Diserahkan kepada kaum fakir
miskin. Dia berangkat tanpa membawa bekal sedikitpun.
Selama
perjalanan, Ibrahim tak pernah merasa lapar dan haus sedikitpun. Hingga akhirnya
dia sampai di Makkah. Menyatakan syukur kepada Allah swt.
*****
Sumber :
Thobroni, M.2009.Kumpulan Dongeng Teladan Islami.Yogyakarta
: Wahana Totalita Publisher.
Beautiful :) Have a nice daay dear Anisa :)
ReplyDelete