Membaca
novel bergenre misteri ( detektif ), pembaca biasanya menjumpai isi cerita
tentang metode penyelidikan, motif dan cara pembunuhan. Umumnya, orang-orang
akan menilai novel bergenre misteri ( detektif ) identik dengan kekerasan dan
darah. Apakah seperti itu? Padahal, novel bergenre tersebut tidak selalu berisi
hal-hal menyeramkan--mengerikan.
Sebaliknya, bisa menjadi sebuah kisah menarik
yang bukan hanya mengisahkan tentang kejahatan tetapi juga menampilkan sisi lain
dari berbagai tindak kejahatan.
Novel
detektif yang menjadi favorite saya adalah semua karya dari Sir Arthur Conan
Doyle. Sebagai penggemar karya Sir Arthur Conan Doyle, saya selalu dibuat
kecanduan kisah-kisahnya. Juga sedapat
mungkin mengkoleksi buku-bukunya. Terlebih dulu saya mengenal karya-karyanya
lewat tokoh “Sherlock Holmes,” detektif jenius dan rendah hati namun tak
menyukai bersosialisasi.
Kisah-kisah
di dalamnya membuat saya takjub, dengan menuturkan cerita yang tak hanya berisi
kejahatan melulu tetapi juga berbagai hal. Bagaimana pembaca bisa dibuat
bersimpati atas seorang pembunuh, terkadang tersentuh oleh pengakuan jujur
seorang yang telah bergelimang dalam pekatnya kejahatan, atau dibuat serba
salah bagaimana seseorang yang baik akhirnya menjadi jahat bukan karena ia
menginginkannya.
Kali ini saya akan menulis sebuah sinopsis
novel karya Sir Arthur Conan Doyle yang tak kalah menyentuhnya untuk dibaca.
Lewat novel “Tales of Terror and Mystery”, kita akan mendengarkan “dongeng-dongeng”
pendek tentang teror dan misteri dari berbagai peristiwa kehidupan.
Di
novel Tales of Terror and Mystery terdapat dua belas cerita pendek yang terbagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama berjudul “Kisah-Kisah Teror” berisi enam buah cerita pendek, dan bagian
kedua berjudul “ Kisah-Kisah Misteri” juga berisi enam buah cerita pendek.
Pada
bagian pertama “Kisah-Kisah Teror” dibuka dengan kisah yang berjudul “ Corong Kulit.” Lionel Dacre baru saja
membeli sebuah barang antik berupa sebuah corong yang terbuat dari kulit
binatang. Dacre adalah seorang kolektor barang-barang antik—bahkan bernilai
magis, seseorang yang menghabiskan seluruh hidup serta kekayaannya hanya untuk
mempelajari serta mengkoleksi barang-barang tersebut.
Suatu
hari, ia meminta temannya yang kebetulan menginap dirumahnya untuk tidur dengan
corong kulit yang baru dibelinya. Menurut Dacre, sebuah barang—barang kuno
memiliki jiwa di dalamnya yang menyangkut pemiliknya maupun peristiwa yang
berhubungan erat dengan barang tersebut.
Intinya, saat ia akan tidur ia selalu meletakkan setiap barang yang baru
dibelinya untuk melihat barang tersebut hadir di dalam mimpinya dan peristiwa
apa yang terjadi.
Akhirnya,
sang teman pun menyetujui permintaannya meski dalam hati kecil sang teman agak
ragu ia akan mengalami mimpi yang berhubungan dengan corong kulit tersebut.
Malam telah tiba, sang teman tidur di
sofa. Sendiri dan hanya ditemai cahaya
temaram lilin. Rasa kantuk mulai menyerangnya, hingga ia bermimpi melihat
sebuah adegan penyiksaan yang mengerikan menggunakan corong kulit itu.
Ada
juga sebuah cerita yang berjudul “Kasus
Lady Sannox,” pembaca akan dibuat terperangah bagaimana pembalasan dari
sang suami atas perselingkuhan yang
dilakukan oleh istrinya. Dari “Kasus
Lady Sannox,” pembaca akan bertemu dengan “Kucing Brazil” sebuah kisah menegangkan. Seorang pemuda
yang harus tidur selama satu malam di kandang hewan buas bahkan hampir
menjadi santapan hewan itu akibat tipu daya sepupunya.
Sedangkan
pada bagian berjudul “ Kisah-Kisah Misteri,” kisah dibuka
dengan rencana menghilangkan nyawa seseorang atas suruhan pihak-pihak yang tak
menginginkan kedatangannya ke London. Lalu disusunlah strategi bagaimana cara
melenyapkan orang tersebut tanpa menimbulkan kecurigaan dan perhatian khalayak
ramai. Kisah tersebut terangkum dalam “Hilangnya
Kereta Khusus.”
pembaca
akan dibuat tersenyum mendapati seorang
dokter yang pada awalnya melamar sebuah pekerjaan menjadi penyelamat rumah
tangga sebuah keluarga pada kisah “Si
Pemburu Kumbang.” Nah, sampailah kita pada kisah favorit saya diantara
kedua belas cerita pendek ini. kisah itu berjudul “Misteri Kotak Berhias.”
Apakah
teman-teman ingat cover depan novel ini yang telah dilihat paling awal tadi?
Sebuah cover yang begitu menawan dengan gambar sebuah kotak berhias
disampingnya tergeletak sekuntum mawar. Awalnya saya juga heran—novel detektif
tapi mempunyai cover yang begitu membuat saya jatuh hati. Ada apa dibaliknya?
Terjawab
sudah rasa heran saya ketika membaca
cerita “Misteri Kotak Berhias.” Cerita yang luar biasa, romantis, serta
menyentuh bagi saya. Bagaimana
perjuangan seorang suami yang bertahan agar tak mengulangi perbuatan di
masa lalunya dengan mendengarkan fonograf. Fonograf yang berisi pesan sang
istri sebelum meninggal. ^_^ mata saya sempat berkaca-kaca membaca kisah ini.
Lalu,
pertanyaannya untuk teman-teman semua,
“Masihkan
novel detektif identik dengan kekerasan dan darah?” ^_^
*****
“Dukun pada hari kemarin adalah
profesor pada hari esok. Bahkan, hal-hal yang aneh dan sukar dipahami seperti
mimpi, pada waktunya akan berubah kadarnya menjadi sistem dan pengaturan.”
( Tales of Terror and Mystery-
halaman 12)
“Menurut teoriku, benda apa pun
yang berhubungan erat dengan serangan emosi manusia yang meledak-ledak, entah
itu kegembiraan atau kesakitan, akan menyimpan atmosfer atau hubungan tertentu
sehingga benda itu mampu berkomunikasi dengan pikiran yang peka. Aku tidak
bermaksud mengatakan bahwa pikiran yang peka disini adalah pikiran yang tidak
normal, malah pikiran yang terlatih dan terdidik seperti yang kau dan aku
miliki.”
( Tales of Terror and Mystery –
halaman 15)
“Aku
tersenyum pada rasa iri, dan tidak memedulikan rasa benci, tapi rasa belas kasihan lebih daripada apa
yang mampu kuhadapi.”
( Tales of Terror and Mystery –
halaman 271 )
Detail Buku
Judul
: Tales of Terror and Mystery
Pengarang
: Sir Arthur Conan Doyle
Penerbit:
Bukune
Tahun
: 2012
Jumlah
Halaman : 340 halaman
ISBN
: 602-220-067-9
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.