Ritual adalah serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis.
Suatu ritual jarang memiliki simbol khusus, karena sebuah simbol terdapat didalam ritual itu
sendiri, sebagai tindakan atau serangkaian tindakan. Ritual dapat dilakukan
oleh satu orang saja, atau lebih dari
satu orang yang diawasi oleh orang lain,
sebuah
kelompok bersama, maupun dalam bebagai kombinasi. Sikap, ucapan, kostum,
atau pose yang penuh gaya memberikan sedikit makna kepada pengamat yang tidak mengetahui
akan arti sebenarnya.
Ritual
dilaksanakan berdasarkan suatu agama
atau berdasarkan tradisi
dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam
ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan
secara sembarangan. Peserta yang mengikuti sebuah ritual harus tahu terlebih dahulu tentang apa
itu semua. Ada kebutuhan untuk mengenali makna ritual di luar apa yang
diketahui oleh budaya kita saat ini. Simbol wanita masih kita jumpai didalam
berbagai bentuk ritual yang dilakukan pada masyarakat modern pada hari ini tanpa kita menyadarinya. Berikut ini
beberapa contoh simbol wanita yang terdapat dalam berbagai ritual :
Agape
Agape atau
dikenal dengan nama “Pesta Cinta” ( love
feast ) merupakan sebuah upacara kaum kristen primitif, yang diadaptasi dari ibadah seksual
kaum pagan. Nama lain dari Agape adalah Synesaktism,
yaitu tiruan dari Shaktism yang berarti
sejenis pesta cinta tantra yang melibatkan pertukaran seksual dari
cairan alat kelamin laki-laki dan perempuan dan rasa penyatuan
transenden yang ditarik darinya. Pada awalnya bapa gereja yang begitu ortodok
mendeskripsikan jenis penyembahan ini dan menentangnya. Beberapa waktu sebelum
abad ke-7, Agape dinyatakan sebagai bid’ah.
Blessing
( Pemberkatan )
Dalam bahasa Inggris
kuno itu dinamakan “bleadswean”, atau
“memberkati” yang berarti
menyucikan/menguduskan
menggunakan darah. Altar-altar
tempat ibadah biasanya diberkati atau disucikan menggunakan darah hewan
atau darah para tawanan perang.
Altar-altar dapat diberkati atau disucikan dengan menaburkan garam sebagai ganti dari darah sebagai sebuah
medium magis yang universal dan memiliki
rasa yang sama seperti darah, yaitu asin. Dan keduanya diidentifikasi dengan
“Ibu Utama” yaitu lautan.
Memercikkan
darah dari korban-korban yang suci pada sekumpulan orang-orang, dahulunya itu
adalah sebuah cara untuk memberkati mereka. Para pengikut dari dewi Cybele maupun Mithra
memiliki kebiasaan untuk mandi menggunakan darah seekor lembu jantan yang
dikorbankan sebagai sebuah perintah untuk terlahir kembali dalam sebuah kehidupan
baru yang penuh kebaikan. Pada umat kristen awal, mereka bersikeras bahwa
mereka dimandikan dalam darah Anak Domba (Yesus).
Sekte
kristen Mandean mengklaim bahwa “ Yohanes Sang Pembaptis “ adalah juru selamat yang sesungguhnya, dan bukan Yesus. Jadi,
klaim mereka adalah bahwa darah suci Yohanes telah "mengantar" para ibu dan
anak-anak Yerusalem sebagai jimat fruktifikasi dan perlindungan. Sesungguhnya, sebuah ritual serupa dinyatakan sebagai
pemberkatakan diulangi didalam Gospel yang berhubungan dengan pengorbanan
Yesus,
“His
blood be on us, and on our children"
( “Darah-Nya ada didalam kita dan
anak-anak kita )
Matius
27:25
Ini
merupakan salah-satu frasa dalam tradisi alkitab yang sangat buruk, karena hal
itu ditafsirkan ulang oleh orang-orang
kristen Eropa sepanjang sejarah untuk menandakan bahwa orang Yahudi
secara sukarela menanggung kesalahan darah atas kematian Yesus atas nama semua
keturunan mereka, dan mereka menderita dan dianiaya sebagai "Pembunuh-Kristus," meskipun faktanya bahwa pembunuhan itu dianggap telah
ditetapkan oleh Tuhan.
Kini, isyarat pemberkatan yang dipraktekkan di
gereja-gereja bukanlah sesuatu yang nyata,
melainkan dengan gerakan tangan di udara seolah-olah seperti melakukan
beberapa percikan.
Candlemas
Nama kuno dari festival ini adalah Imbolg, yang berarti “mengelilingi perut” atau “ disekitar perut” dalam tradisi kaum pagan Irish kuno, hal ini
menunjukkan rahim Ibu bumi seperti tanah atau daratan. Dalam kalender kaum
pagan Celtik, festival Imbolg dilaksanakan
pada awal Februari di musim semi, yang pada umat kristen itu diperingati
sebagai Hari Saint Brigit, setelah Brigit mengubahnya dari dewi agung kaum pagan celtik dan
berpura-pura menjadi seorang tokoh kristen
yang suci.
Candlemas juga merupakan upacara suci
bagi masing-masing dewi agung dari berbagai versi. Dalam kepercayaan Roma, upacara itu ditujukan
untuk dewi Juno Februata sebagai “Ibu Perawan dari Mars.” Para penulis
kekristenan mencatat bahwa kaum-kaum pagan menyalakan lilin sebagai bentuk
penghormatan kepada sang dewi tersebut. Pope Sergius lalu mengubah nama
festival itu dengan nama “ Festival Pemurnian
Perawan,” untuk melepaskan kebiasaan kotor dan buruk dari penyembahan
kepada para dewi dan mengubahnya menjadi peribadatan kepada Tuhan dan Sang
Perawan Suci, Maria. Namun demikian, Candlemas
tetap menjadi hari yang istimewa bagi para
wanita dan dewi cinta daripada Maria.
"Pemurnian"
dikemudian hari adalah apa yang disebut
otoritas Kristen "Churching" ( membawa seorang wanita yang baru saja
melahirkan ke gereja untuk layanan
ucapan syukur ) berdasarkan pada pemikiran bahwa setiap ibu harus dimurnikan di
gereja setelah empat puluh hari melahirkan, termasuk ibunda Kristus, Maria. Beberapa
pihak berwenang keberatan dengan penjelasan ini -dari Candlemas, dengan alasan
bahwa sementara semua wanita lain diberikan secara ritual tidak murni oleh sang
ibu, Maria akan dibebaskan dari "polusi" ini. Namun demikian, gereja
- akhirnya menyatakan bahkan Maria sekali pun membutuhkan pelayanan pembersihannya.
Kiss
( Ciuman )
Berciuman
tampaknya telah dimulai di Asia Tenggara, di mana istilah Sanskrit adalah “cusati,” "dia mengisap,"
berasal dari kebiasaan para ibu memberikan makanan kepada bayi mereka dari
mulut ke mulut. Ciuman orang dewasa berevolusi dengan teori Tantrik bahwa, “Pria membutuhkan cairan wanita untuk
mempertahankan vitalitasnya.” Dalam versi Cina, Tao, menyebutkan, air liur perempuan sebagai "obat yang
hebat," bersama dua cairan Ilahi
lainnya, air susu ibu dan darah menstruasi.
Kekuatan kuratif dari saliva ( air ludah ) perempuan dikutip pada tablet
tanah liat Asyur: “Penyakit mata bisa
disembuhkan oleh air liur dan air susu dari pelajur kuil.”
Baik
Muhammad maupun Yesus menyalin sihir perempuan ini dengan menyembuhkan orang
buta dengan air liur (Markus 8:23).
Pahlawan-pahlawan penyembah berhala Eropa kadang-kadang melakukan hal yang
sama, sehingga para bapa gereja harus mengklaim bahwa ini adalah bakat khusus dari
Antikristus.
Orang-orang
Romawi pagan percaya bahwa kebutaan
dapat disembuhkan oleh air liur seorang ibu dari anak laki-laki — keyakinan
yang masih umum di kalangan petani Italia pada abad ke-19. Orang Kristen
mula-mula mempraktekkan "ciuman kedamaian" di antara manusia, namun
mereka masih memiliki jalan lain menuju simbolisme wanita. Mereka mengklaim
bahwa seseorang dapat menghamili satu sama lain ( secara spritual ) dengan berciuman:
"Karena ciuman menciptakan
benih dan memberikan kelahiran, kita
menerima pemikiran itu sebagai cara untuk menunjukkan kasih sayang satu sama
lain.
Dance
( Menari )
Menari
menjadi sebuah komponen penting yang
digunakan dalam semua ritual keagamaan. Gerakan yang berulang dan ritmis
dianggap penting untuk membangun sebuah perasaaan penyatuan yang penuh kegembiraan
dengan dewa, sama seperti gerakan ritmik seksual hingga mencapai
orgasme ( puncak nafsu ); dalam banyak hal keduanya saling berhubungan.
Salah satu tujuan dari tarian seremonial
adalah sama dengan seks seremonial :
untuk meniru proses penciptaan kosmik, untuk memperbarui dunia dengan dipengaruhi
kekuatan Ilahi untuk membuat benih, pembuahan, mengandung hingga melahirkan. Para
pemuja dewi-dewi kuno mengaitkannya dengan penciptaan awal alam semesta melalui
tarian ajaibnya “kekacauan air” ( Waters of Chaos ), atau “kedalaman yang
hebat ( Great Deep ) (Hebrew tehom).
Dengan
gerakan ritmik, ia menyusun unsur-unsur yang belum terbentuk, membuat pola-pola
teratur yang disebut orang Yunani dengan nama “Diakosmos/ Ordering Goddess.” Sosoknya masih ditemukan bahkan di
dalam Alkitab, sebagai “ roh yang bergerak (menari) “ di wajah kedalaman sebelum Tuhan
datang untuk berbicara tentang jagat raya. Sang Dewi tidak berbicara. Dia, yang
menari agar dunia lahir, berasal dari
abad-abad yang begitu jauh ketika peran
laki-laki dalam reproduksi tidak diketahui, dan hanya perempuan yang dipercaya
dengan kekuatan kreatif.
Banyak
orang dahulu kala mengira wanita bisa
mengocok atau mengayunkan darah bulan
magis ( darah menstruasi ) melalui gerakan berirama didalam rahim mereka, sehingga menyebabkan darah mengental dan
membentuk janin. Oleh karena itu, tarian para wanita primitif digunakan dan
masih menggunakan banyak gerakan pinggul dan gerakan perut sebagai sihir untuk
menciptakan bayi. Ritme dari tarian wanita pada dasarnya adalah sama dan terus menerus terdengar oleh
setiap janin dalam rahim, yaitu irama detak jantung yang mendasari hampir semua
musik manusia. Dan secara otomatis tampaknya merupakan iringan yang paling
memuaskan untuk menari.
Tradisi
tantra menyebut ritme ini sebagai “ Nada”,
Suara Kekuatan atau Detak Jantung Mutlak, yang dimanifestasikan dalam detak
jantung manusia, yang dapat dipahami oleh seorang “Yogi” ketika ia "terjun jauh kedalam dirinya sendiri.”
Para mistikus timur mengatakan bahwa,
”Diri sejati identik dengan dewa yang sedang menari didalam
kekekalan, bersemayam di Gua Hati (Chidambaram).”
Konsep
tersebut mirip dengan istilah “ab” pada suku Mesir kuno , "hati-jiwa," merupakan salah satu yang paling penting dari
tujuh jiwa seseorang menurut kepercayaan mereka. Ab adalah jiwa yang diberikan oleh Ilahi, kehidupannya
berasal dari darah jantung seorang ibu, yang hinggap didalam rahim seorang
wanita sebelum jiwa tersebut lahir ke dunia. Ab yang sama adalah jiwa yang akan
ditimbang dalam keseimbangan setelah kematian oleh Sang Ibu Kebenaran, Dewi
Maat. Dalam sebuah Hieroglif, Ab
ditunjukkan oleh sesosok
kecil yang sedang menari .
Jadi, bangsa Mesir adalah yang pertama-tama menghasilkan doktrin kekuatan darah berasal dari “ hati yang suci”, sesungguhnya itu adalah darah dari seorang ibu yang pertama kali menciptakan " ikatan darah" dari klan dan keluarga, yang diturunkan dari generasi ke generasi di garis perempuan. Para Perempuan merayakan ide itu melalui tarian, menghubungkan tangan atau lengan untuk menandakan menghubungkan hati mereka dalam kelompok. Tarian seperti itu pada awalnya disangka memiliki kekuatan untuk mengandung seorang bayi.
Dalam Injil
Gnostik pada Acts of John ( Kisah
Yohanes ), disebutkan bahkan Yesus menari dan berkata kepada murid-muridnya,
"Alam
Semesta adalah milik para penari. Dia yang tidak menari tidak akan mengetahui
apa yang terjadi. Sekarang, jika engkau
mengikuti tarianku, lihatlah dirimu
didalam Aku."
Gereja-gereja
Kristen mula-mula menjalankan tarian liturgi meniru kaum pagan sezaman mereka;
tetapi gelombang baru dari para pendeta didalam gereja kira-kira abad ke-6 atau ke-7 melarang tarian
tersebut, karena terlalu sensual dan terlalu dinikmati oleh wanita.
Selanjutnya,
tarian religius terbatas pada sisa-sisa yang tersembunyi dari "kepercayaan
lama," festival dan karnaval semi-Kristen mereka, dimana hal
tersebut dimasukkan kedalam drama-drama dan tradisi-tradisi misteri yang menentang
permusuhan kepada para pendeta. Salah
satu hal yang selalu dikatakan para inkuisitor abad pertengahan tentang para penyihir
dan penyembah setan adalah mereka yang
suka menari.
***
Sekian
postingan dari saya, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.
Sampai
jumpa di postingan berikutnya ^^
Sumber :
Walker, Barbara G.1988.The Woman Dictionary of
Symbols and Sacred Objects.New York : HarperOne
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.