Wednesday, December 5, 2018

Simbol Wanita Dalam Berbagai Ritual





Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Suatu ritual jarang memiliki simbol khusus, karena  sebuah simbol terdapat didalam ritual itu sendiri, sebagai tindakan atau serangkaian tindakan. Ritual dapat dilakukan oleh satu orang saja, atau lebih  dari satu  orang yang diawasi oleh orang lain,  sebuah  kelompok bersama, maupun dalam bebagai kombinasi. Sikap, ucapan, kostum, atau pose yang penuh gaya memberikan sedikit makna kepada pengamat yang tidak mengetahui akan arti sebenarnya.

Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau  berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan. Peserta yang mengikuti sebuah  ritual harus tahu terlebih dahulu tentang apa itu semua. Ada kebutuhan untuk mengenali makna ritual di luar apa yang diketahui oleh budaya kita saat ini. Simbol wanita masih kita jumpai didalam berbagai bentuk ritual yang dilakukan pada masyarakat modern pada  hari ini tanpa kita menyadarinya. Berikut ini beberapa contoh simbol wanita yang terdapat dalam berbagai ritual :

Agape
Agape atau dikenal dengan nama “Pesta Cinta” ( love feast ) merupakan sebuah upacara kaum kristen  primitif, yang diadaptasi dari ibadah seksual kaum pagan. Nama lain dari Agape adalah Synesaktism, yaitu  tiruan dari Shaktism yang berarti sejenis pesta cinta tantra yang melibatkan pertukaran  seksual dari  cairan alat kelamin laki-laki dan perempuan dan rasa penyatuan transenden yang ditarik darinya. Pada awalnya bapa gereja yang begitu ortodok mendeskripsikan jenis penyembahan ini dan menentangnya. Beberapa waktu sebelum abad ke-7, Agape  dinyatakan sebagai  bid’ah.

Blessing ( Pemberkatan )
Dalam bahasa Inggris kuno itu dinamakan “bleadswean”, atau “memberkati”  yang berarti  menyucikan/menguduskan  menggunakan darah. Altar-altar  tempat ibadah biasanya diberkati atau disucikan menggunakan darah hewan atau darah para tawanan perang.  Altar-altar dapat diberkati atau disucikan dengan menaburkan  garam sebagai ganti dari darah sebagai sebuah medium  magis yang universal dan memiliki rasa yang sama seperti darah, yaitu asin. Dan keduanya diidentifikasi dengan “Ibu Utama” yaitu lautan.

Memercikkan darah dari korban-korban yang suci pada sekumpulan orang-orang, dahulunya itu adalah sebuah cara untuk memberkati mereka. Para  pengikut dari dewi Cybele maupun Mithra memiliki kebiasaan untuk mandi menggunakan darah seekor lembu jantan yang dikorbankan  sebagai sebuah perintah  untuk terlahir kembali dalam sebuah kehidupan baru yang penuh kebaikan. Pada umat kristen awal, mereka bersikeras bahwa mereka dimandikan dalam darah Anak Domba (Yesus). 

Sekte kristen Mandean mengklaim bahwa “ Yohanes Sang Pembaptis “  adalah juru selamat   yang sesungguhnya, dan bukan Yesus. Jadi, klaim mereka adalah bahwa darah suci Yohanes telah "mengantar" para  ibu dan anak-anak Yerusalem sebagai jimat fruktifikasi dan perlindungan. Sesungguhnya, sebuah ritual serupa dinyatakan sebagai pemberkatakan diulangi didalam Gospel yang berhubungan dengan pengorbanan Yesus,
“His blood be on us, and on our children"
( “Darah-Nya ada didalam kita dan anak-anak kita )
Matius 27:25

Ini merupakan salah-satu frasa dalam tradisi alkitab yang sangat buruk, karena hal itu ditafsirkan ulang oleh orang-orang  kristen Eropa sepanjang sejarah untuk menandakan bahwa orang Yahudi secara sukarela menanggung kesalahan darah atas kematian Yesus atas nama semua keturunan mereka, dan mereka menderita dan dianiaya sebagai "Pembunuh-Kristus,"  meskipun faktanya  bahwa pembunuhan itu dianggap telah ditetapkan oleh Tuhan.

 Kini, isyarat pemberkatan yang dipraktekkan di gereja-gereja bukanlah sesuatu yang nyata,  melainkan dengan gerakan tangan di udara seolah-olah seperti melakukan beberapa percikan.


Candlemas
Nama kuno dari  festival ini adalah Imbolg, yang berarti “mengelilingi perut” atau “ disekitar perut”  dalam tradisi kaum pagan Irish kuno, hal ini menunjukkan rahim Ibu bumi seperti tanah atau daratan. Dalam kalender kaum pagan Celtik, festival Imbolg  dilaksanakan pada awal Februari di musim semi, yang pada umat kristen itu diperingati sebagai Hari Saint Brigit, setelah Brigit mengubahnya  dari dewi agung kaum pagan celtik dan berpura-pura menjadi seorang  tokoh kristen yang suci.

Candlemas juga merupakan upacara suci bagi masing-masing dewi agung dari berbagai versi.  Dalam kepercayaan Roma, upacara itu ditujukan untuk dewi Juno Februata sebagai “Ibu Perawan dari Mars.” Para penulis kekristenan mencatat bahwa kaum-kaum pagan menyalakan lilin sebagai bentuk penghormatan kepada sang dewi tersebut. Pope Sergius lalu mengubah nama festival itu dengan nama “ Festival Pemurnian Perawan,” untuk melepaskan kebiasaan kotor dan buruk dari penyembahan kepada para dewi dan mengubahnya menjadi peribadatan kepada Tuhan dan Sang Perawan Suci, Maria. Namun demikian, Candlemas tetap menjadi hari yang istimewa bagi para  wanita dan dewi cinta daripada Maria.

"Pemurnian" dikemudian hari  adalah apa yang disebut otoritas Kristen "Churching"  ( membawa seorang wanita yang baru saja melahirkan  ke gereja untuk layanan ucapan syukur ) berdasarkan pada pemikiran bahwa setiap ibu harus dimurnikan di gereja setelah empat puluh hari melahirkan, termasuk ibunda Kristus, Maria. Beberapa pihak berwenang keberatan dengan penjelasan ini -dari Candlemas, dengan alasan bahwa sementara semua wanita lain diberikan secara ritual tidak murni oleh sang ibu, Maria akan dibebaskan dari "polusi" ini. Namun demikian, gereja - akhirnya menyatakan bahkan Maria sekali pun membutuhkan pelayanan pembersihannya.

Kiss ( Ciuman )
Berciuman tampaknya telah dimulai di Asia Tenggara, di mana istilah Sanskrit adalah “cusati,” "dia mengisap," berasal dari kebiasaan para ibu memberikan makanan kepada bayi mereka dari mulut ke mulut. Ciuman orang dewasa berevolusi dengan teori Tantrik bahwa, “Pria membutuhkan cairan wanita untuk mempertahankan vitalitasnya.” Dalam versi  Cina, Tao, menyebutkan,  air liur perempuan sebagai "obat yang hebat," bersama dua cairan  Ilahi lainnya, air susu ibu dan darah menstruasi.

 Kekuatan kuratif dari saliva  ( air ludah ) perempuan dikutip pada tablet tanah liat Asyur: “Penyakit mata bisa disembuhkan oleh air liur dan air susu dari pelajur  kuil.
Baik Muhammad maupun Yesus menyalin sihir perempuan ini dengan menyembuhkan orang buta dengan air liur (Markus 8:23). Pahlawan-pahlawan penyembah berhala Eropa kadang-kadang melakukan hal yang sama, sehingga para bapa gereja harus mengklaim bahwa ini adalah bakat khusus dari Antikristus.

Orang-orang Romawi pagan  percaya bahwa kebutaan dapat disembuhkan oleh air liur seorang ibu dari anak laki-laki — keyakinan yang masih umum di kalangan petani Italia pada abad ke-19. Orang Kristen mula-mula mempraktekkan "ciuman kedamaian" di antara manusia, namun mereka masih memiliki jalan lain menuju simbolisme wanita. Mereka mengklaim bahwa seseorang dapat menghamili satu sama lain ( secara spritual ) dengan berciuman: "Karena  ciuman menciptakan benih  dan memberikan kelahiran, kita menerima pemikiran itu sebagai cara untuk menunjukkan kasih sayang satu sama lain.



Dance ( Menari )
Menari  menjadi sebuah komponen penting yang digunakan dalam semua ritual keagamaan. Gerakan yang berulang dan ritmis dianggap penting untuk membangun sebuah perasaaan penyatuan yang penuh kegembiraan dengan dewa, sama seperti  gerakan ritmik seksual hingga mencapai orgasme ( puncak nafsu ); dalam banyak hal keduanya saling berhubungan.

Salah satu tujuan dari tarian seremonial adalah sama dengan seks  seremonial : untuk meniru proses penciptaan kosmik, untuk memperbarui dunia dengan dipengaruhi kekuatan Ilahi untuk membuat benih, pembuahan, mengandung hingga melahirkan. Para pemuja dewi-dewi kuno  mengaitkannya  dengan penciptaan awal alam semesta melalui tarian ajaibnya  “kekacauan air” ( Waters of Chaos ), atau “kedalaman yang hebat ( Great Deep ) (Hebrew tehom).

Dengan gerakan ritmik, ia menyusun unsur-unsur yang belum terbentuk, membuat pola-pola teratur yang disebut orang Yunani dengan nama “Diakosmos/ Ordering Goddess.” Sosoknya masih ditemukan bahkan di dalam Alkitab, sebagai “ roh yang bergerak  (menari) “ di wajah kedalaman sebelum Tuhan datang untuk berbicara tentang jagat raya. Sang Dewi tidak berbicara. Dia, yang menari  agar dunia lahir, berasal dari abad-abad yang begitu jauh  ketika peran laki-laki dalam reproduksi tidak diketahui, dan hanya perempuan yang dipercaya dengan kekuatan kreatif.

Banyak orang dahulu kala  mengira wanita bisa mengocok atau mengayunkan darah  bulan magis ( darah menstruasi ) melalui gerakan berirama didalam rahim mereka,  sehingga menyebabkan darah mengental dan membentuk janin. Oleh karena itu, tarian para wanita primitif digunakan dan masih menggunakan banyak gerakan pinggul dan gerakan perut sebagai sihir untuk menciptakan bayi. Ritme dari tarian wanita pada dasarnya  adalah sama dan terus menerus terdengar oleh setiap janin dalam rahim, yaitu irama detak jantung yang mendasari hampir semua musik manusia. Dan secara otomatis tampaknya merupakan iringan yang paling memuaskan untuk menari.

Tradisi tantra menyebut ritme ini sebagai “ Nada”, Suara Kekuatan atau Detak Jantung Mutlak, yang dimanifestasikan dalam detak jantung manusia, yang dapat dipahami oleh seorang “Yogi” ketika ia "terjun jauh kedalam dirinya sendiri.” Para mistikus timur mengatakan  bahwa,
”Diri sejati  identik dengan dewa yang sedang menari didalam kekekalan, bersemayam di Gua Hati (Chidambaram).”

Konsep tersebut  mirip dengan istilah “ab” pada suku  Mesir kuno , "hati-jiwa," merupakan salah satu yang paling penting dari tujuh jiwa seseorang menurut kepercayaan mereka.   Ab adalah jiwa yang diberikan oleh Ilahi, kehidupannya berasal dari darah jantung seorang ibu, yang hinggap didalam rahim seorang wanita sebelum jiwa tersebut lahir ke dunia. Ab yang sama adalah jiwa yang akan ditimbang dalam keseimbangan setelah kematian oleh Sang Ibu Kebenaran, Dewi Maat. Dalam sebuah Hieroglif, Ab  ditunjukkan oleh sesosok  kecil  yang sedang menari .

Jadi,  bangsa  Mesir adalah  yang  pertama-tama menghasilkan doktrin kekuatan darah berasal dari “ hati yang suci”, sesungguhnya  itu adalah darah dari seorang ibu yang pertama kali menciptakan " ikatan darah" dari klan dan keluarga, yang diturunkan dari generasi ke generasi di garis perempuan. Para Perempuan merayakan ide itu  melalui tarian, menghubungkan tangan atau lengan untuk menandakan menghubungkan hati mereka dalam  kelompok. Tarian seperti itu pada awalnya disangka  memiliki kekuatan untuk mengandung seorang bayi.

Dalam Injil Gnostik pada Acts of John  ( Kisah Yohanes ), disebutkan bahkan Yesus menari dan berkata kepada murid-muridnya,
"Alam Semesta adalah milik para penari. Dia yang tidak menari tidak akan mengetahui apa yang terjadi. Sekarang, jika engkau  mengikuti tarianku, lihatlah dirimu  didalam Aku."

Gereja-gereja Kristen mula-mula menjalankan tarian liturgi meniru kaum pagan sezaman mereka; tetapi gelombang baru dari para pendeta didalam gereja  kira-kira abad ke-6 atau ke-7 melarang tarian tersebut, karena terlalu sensual dan terlalu dinikmati oleh wanita.

Selanjutnya, tarian religius terbatas pada sisa-sisa yang tersembunyi dari "kepercayaan lama,"  festival dan  karnaval semi-Kristen mereka, dimana hal tersebut  dimasukkan kedalam drama-drama  dan tradisi-tradisi misteri yang menentang permusuhan kepada  para pendeta. Salah satu hal yang selalu dikatakan para inkuisitor abad pertengahan tentang para penyihir dan penyembah setan  adalah mereka yang suka menari.

***
Sekian postingan dari saya, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.
Sampai jumpa di postingan berikutnya ^^

Sumber :
Walker, Barbara G.1988.The Woman Dictionary of Symbols and Sacred Objects.New York : HarperOne


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.

Dabo Singkep

Welcome To Dabo Singkep Island

Sudah pernahkah kamu   mendengar sebuah pulau   bernama Dabo Singkep? Bagi yang sudah mendengarnya, mereka akan tahu dimana letak pu...