Cura Si Manjakini (Chura Si Manjakini / Curik Man-Dakini )merupakan nama sebuah pedang yang diceritakan dalam sejarah melayu. Pedang ini dimiliki oleh Sang Sapurba / Sang Nila Utama, raja Palembang dari Bukit Siguntang Mahameru serta menjadi nenek moyang raja - raja melayu.
Cura Si Manjakini pernah digunakan untuk membunuh ular naga sakti bernama Saktimuna yang sedang mengancam penduduk Minangkabau.
(John Leyden's, Malay Annals).
Diyakini nama asli pedang ini adalah Cureka Si Manjakini, berasal dari bahasa sansekerta. Curik berarti mata besi, pemotong, penebas. Man berarti mantera. Dakini yaitu nama iblis wanita yang memakan daging & darah manusia. Versi lain, Cureka berasal dari kata Churika yang berarti mata pisau. Mandakini, sebuah anak sungai dari sungai Gangga, India.
Sumber lain menyebutkan, Cura Si Manjakini mirip dengan Pedang Kuasa yang digunakan oleh Raja Suran. Ia memantrai pedang tersebut dan memanggil iblis Dakini. Karena Raja Suran & tentaranya akan menyerang kerajaan Sriwijaya yang terjadi pada tahun 1025-1028 SM.
Menurut YM Raja Razman bin Raja Abdul Hamid pada wawancara Straits Times, pedang ini dikenal dengan nama Chorek Manja Kenen. Ia menyatakan, tidak ada satu pun pelantikan raja yang dibuat tanpa pedang ini.
Selama ratusan tahun, pedang ini menjadi simbol kedaulatan & kekuasaan dalam budaya melayu, diwariskan kepada Sang Nila Utama, pengasas kerajaan Singapura lama. Kemudian kepada Parameswara, pemerintah pertama kesultanan Melaka. Lalu Sultan Mahmud Shah, raja terakhir kesultanan Melaka. Ketika Portugis menyerang (1511), Sultan Mahmud melarikan diri ke Sumatra dan menjadi sultan Kampar. Ia mangkat di Kampar tahun 1530.
Sebelum sang sultan mangkat, ia telah mengantarkan putranya Muzaffar Shah I menjadi Sultan kerajaan Perak pertama. Sekarang, pedang tersebut menjadi bagian dari pusaka kebesaran kerajaan Perak
*Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.