Serindit : Burung Khas Provinsi Kepulauan Riau

 

Burung Serindit

🎶Serindit putih di dahan manggis

Kemana pergi burung kenari (ayum-ayum)

Kemana pergi burung kenari

Langit merintih awan menagis

Lukanya hati tanggung sendiri (ayum-ayum)

Lukanya hati tanggung sendiri 🎶

Burung Serindit Melayu merupakan burung yang hidup berkelompok. Bentuknya seperti burung parkit, tetapi ekornya pendek. Bulu sayapnya berwarna hijau tua, dan pada ujungnya terdapat warna merah dan hitam. Burung ini relatif bertubuh kecil, sifatnya lincah dan pemberani, terutama yang jantannya. Burung yang memiliki nama latin Loriculus Galgulus ini lebih suka memanjat & berjalan dibandingkan terbang. Kicauan merdunya bisa menghilangkan stres. Serindit Melayu banyak ditemui di negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Makanannya sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian, dan aneka serangga kecil. Di kampung-kampung di Riau, orang melayu yang memelihara Serindit biasanya memberi makan nasi basah (nasi yang direndam dalam air).

Penetapan burung serindit melayu sebagai burung khas atau fauna identitas Riau tidak terlepas dari budaya masyarakat Riau terkait burung tersebut. Bagi orang melayu Riau, Serindit sudah lama dimitoskan bahkan diabadikan dalam berbagai cerita rakyat. Serindit dianggap sebagai burung cinta, karena menandai kehadiran cinta pada tokoh-tokoh utamanya. Misalnya dalam sastra melayu Syair Ken Tambuhan dan Hikayat Andaken Penurat. Serindit juga dipakai dalam sampiran pantun yang menjadi lirik lagu melayu.

Maskot PON XVIII Riau Tahun 2012

Burung yang kerap dijuluki “lovebird lokal Indonesia” ini tak lepas dari mitos dan hal-hal yang berbau mistik.
Di dalam cerita-cerita rakyat Riau, terutama kisah mengenai dunia hewan, burung serindit disebut dengan gelar "Panglima Hijau" yang banyak membantu pasukan memenangkan perang saat itu sebagai informan yang handal. Ada juga yang mengenal burung ini dengan mitos sebagai penolak bala atau penolak musibah buruk yang akan terjadi. Sehingga tidak heran jika kita melihat ada rumah yang menggantung burung serindit atau lambang seperti gambar di samping pintu masuk atau bagian depan rumah. Penempatan ini dikaitkan pula dengan adanya kepercayaan, bahwa Serindit dapat menolak "sihir," penyakit ayan dan sebagainya.

Bahkan dulu, konon pada tiap-tiap teritis rumah rakyat Melayu Riau tak jauh dari ambang pintu muka, tergantung sangkar burung serindit yang menjadi penanda kearifan, kerendahan hati sang empunya, serta penolak bala. Serindit menjadi penanda waktu. Saat matahari naik, kawanan serindit suka bermain di mayang kelapa. Di kalangan orang Melayu di Rokan Hulu, Serindit dipercaya bagus jika dipelihara beternak ayam karena akan membuat ayam cepat berkembang biak.

Beragamnya lambang dan mitos yang berkaitan dengan serindit, menyebabkan unsur burung ini dimasukkan pula ke dalam lambang Provinsi Kepulauan Riau, yakni pada "Hulu Keris" yang disebut "Hulu Keris Kepala Serindit. Lambang Kepulauan Riau terdiri dari perisai dan bintang berwarna kuning, 32 mata rantai, perahu berwarna kuning dengan layar berwarna putih, 24 butir padi dengan 9 kuntum kapas, sebilah keris berlekuk 7 berhulu kepala Burung Serindit, tepak sirih berwarna merah lekuk 5, dan gelombang laut 7 lapis.

Lambang Provinsi Kepulauan Riau

Orang Riau juga memiliki pakaian tradisional lengkap dengan simbol burung serindit yang menggambarkan kegagahan. Selain menjadi inspirasi sastra dalam bentuk kisahan dan pantun, serindit juga dipakai sebagai inspirasi senibina Bandara Sultan Syarif Kasim II, nama salah satu ruang pertemuan di gedung daerah (Balai Serindit).

Gedung Serindit Pekan Baru, Riau

Provinsi Kepulauan Riau yang selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki populasi serindit yang terbesar, sampai kini tetap dianggap pemilik sah satwa identitas Bumi Lancang Kuning tersebut.

Sumber :
https://pleci.id/mitos-burung-serindit/
https://kilasriau.blogspot.com/2013/04/serindit-melayu.html
Berbagai sumber lainnya