Tanpa rumput,
Maka kita tidak akan
pernah merasakan manisnya segelas susu
Lezatnya sepotong daging.
Coba kamu bayangkan, andai
di dunia ini tidak di ciptakan rumput, susu dan daging tidak akan ada.
Sapi, domba, kambing,
kerbau, tidak akan bisa bertahan hidup.
Rumput sebagian besar
memenuhi tiap isi semesta ini.
Ia menjadi tempat bernaung bagi makhluk hidup.
Apakah kamu pernah melihat
seekor belalang yang sedang asyik bermain di rerumputan?
Ia bermain, serta memakan
rumput – rumput kesukaannya.
Kamu juga pernah melihat
bagaimana lahapnya seekor sapi yang mengunyah begitu banyak rumput, bukan?
Rumput menjadi sumber
kehidupan.
Terlalu sering kamu
menginjakkan kakimu padanya, namun pernahkan kamu belajar juga kepada dirinya?
Belajar jika dirimu terinjak-injak, kamu akan bisa setegar
dirinya.
Perhatikanlah dengan baik,
rumput yang terinjak tak akan pernah mati walau berkali-kali, beratus kali,
atau mungkin beribu kali ia terinjak, ia akan terus hidup.
Sungguh ajaib Tuhan
menciptakannya, ia mempunyai kemampuan bertahan hidup begitu istimewa
dibandingkan dengan tanaman lainnya.
Rumput memberi pelajaran
tentang kehidupan.
Ia mengajarkan kita apa
itu menjadi tegar.
Rumput bisa tumbuh dimana
saja.
Di atas tanah tandus,
kering, terjal, di atas bebatuan, bahkan di dalam lautan, rumput bisa hidup.
Bila di bandingkan dengan
kita yang setiap saat mengeluh tentang betapa sulitnya menjalani hidup.
Rumput menerima takdir
Tuhan atas penciptaannya,
meski...............................................................
ada yang membencinya
sebagai tanaman pengganggu.
Di musim panas, warna hijaunya akan berubah
menjadi kekuning-kuningan, namun dengan sabar dan tabah ia berdoa kepada Tuhan,
meminta langit-Nya mencurahkan hujan. Hingga hujan pun turun mengaminkan
doanya.
Tidak pernah menyerah!
Ia tak perlu meminta
kepada Sang Pencipta untuk mengubahnya menjadi mawar, anggrek, atau esther.
Karena ia yakin dirinya sama seistimewa mereka di hadapan-Nya.
Kokoh, tegar, pantang
menyerah, kesederhanaan itulah dirinya.
Walau kau bungkam suara
azan
Walau kau gusur
rumah-rumah Tuhan
Aku rumputan
Takkan berhenti sembahyang
: inna shalaati wa nusuki
Wa mahyaaya wa mamaati
Lillahi rabbil ‘alamin
Topan menyapu luas padang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam
sembahyang
Akarku yang mengurat bumi
Tak berhenti mengucap
shalawat nabi
Sembahyangku sembahyang
rerumputan
Sembahyang penyerahan jiwa
dan badan
Yang rindu berbaring di
pangkuan Tuhan
Sembahyangku sembahyang
rumputan
Sembahyang habis-habisan
Walau kau tebang aku
Akan tumbuh sebagai rumput
baru
Walau kau bakar
daun-daunku
Aku bersemi melebihi dulu
Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Di kota-kota di singkirkan
Alam memeliharaku subur di
hutan
Aku rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
: sesungguhnya shalatku
dan ibadahku
Hidupku dan matiku
hanyalah bagi Allah Tuhan sekalian alam
Pada kambing dan kerbau
Daun-daun hijau ku
persembahkan
Pada tanah akar ku
pertahankan
Agar tak kehilangan asal
keberadaan
Di bumi terendah aku
berada
Tapi zikirku menggema
Menggetar jagat raya
:La illaha illallah
muhammadar rasulullah
Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Seluruh gerakku
Adalah sembahyang
(
Sembahyang Rumputan-Ahmadin Yosi Herfanda, 1992 )
Betapa dahsyatnya rumput
memberi ilham kepada seorang penyair untuk menghasilkan sebuah puisi yang kita
baca tadi, tidak hanya untaian kata-kata indah tetapi bermakna. Lewat kaca mata sang penyair, rumput bukan hanya di
lihat sebagai sebuah tanaman, tetapi
rumput sebagai seorang hamba, tidak berbeda dari diri kita.
Dengan kerendahan hati, ia
tidak lupa akan dimana ia berpijak. Jauh dari rasa keangkuhan.
Di mata sang pelukis, ia
mendapatkan tempatnya. Ia adalah sebuah keindahan. Sebuah seni. Lagi dan lagi, ia sama sekali tak menyesali
diri mengapa ia di tempatkan di sebuah tempat yang rendah di bumi ini.
Ah..andai rumput bisa
bicara, kita pasti akan banyak belajar darinya.
Namun, kita lupa untuk
belajar dari hal-hal kecil di sekitar kita.
dan........
Marilah kita belajarlah kepada rumput
*****
^^ Lega sekali saya bisa
menulis tentang filosofi rumput. Dari dulu saya ingin sekali menulis tentang
ini, akhirnya sekarang saya bisa melakukannya. Semoga tulisan saya ini bisa
bermanfaat untuk kita semua. Amin.
God bless you my friends
and have a nice day ...
ijin kutip ya kak ^_^
ReplyDeleteKemare,aku menganggap rumput ssbagai kegagalan. Aku bandingkan dengan bunga, yang selalu jadi simbol perasaan. Tapi, semuanya terbantahkan karna fikiran yang kamu tuliskan.
ReplyDeleteTerimakasih banyak. Sukses buat tulisannya gan 😊😊
Subhanallah....alhamdulillah...Allahu Akbar....
ReplyDeleteTerimakasih sudah menuliskan tulisan ini :)
ReplyDeleteKetika aku bermimpi bertemu seseorang yg tak saya kenal, saya disuruh memilih, kamu pilih yg mana? bunga atau rumput, namun tiba tiba saya memilih rumput, entah mengapa saya pilih rumput, sya juga tidak paham, dengan ini saya sangat berterimakasih kepada penulis tentang filosofi rumput yg membuat saya jd penasaran. . Tanks
ReplyDeleteDiantara pilihan bunga dan rumput
ReplyDeleteijin copas min :) thank
ReplyDeleteIjin share....
ReplyDeleteIjin copas min
ReplyDeleteizin Kutif, saya mengucapkan teriamakasih pencerahannya
ReplyDeleteIZIN COPAS MIN, SALAM HORMAT
ReplyDeleteIZIN COPAS MIN, SALAM HORMAT
ReplyDelete