Kebiasaan
seseorang terkadang menjadi sesuatu yang melekat pada diri seseorang. Entah itu
kebiasaan baik atau buruk. Kebiasaan tertentu pada manusia mungkin atau sering
kali menimbulkan dampak negatif maupun positif bagi orang-orang disekitarnya.
Lalu,
bagaimana dengan kebiasaan “aneh” yang melekat pada diri seorang detektif? Ada
yang mengatakan bahwa seorang detektif bukanlah manusia normal. Heeeee???
Tunggu dulu, tidak normal disini maksudnya kebiasaan yang mereka miliki. Bukan
mereka berubah menjadi alien atau sejenisnya. Hmm...coba saya pikir-pikir dan
ingat-ingat, emmmm....sebagai penggemar bacaan bergenre misteri lebih tepatnya
kisah-kisah detektif, selalu para author membuat diri mereka memiliki
keistimewaan tersendiri untuk membedakan mereka dari yang lain.
Kita
lihat Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle, sang detektif jenius ini memiliki
kebiasaan berdiam diri tanpa bicara selama bermenit-menit hingga berjam-jam
ketika mencari penyelesaian suatu kasus. Selanjutnya ada Chevalier Auguste
Dupin atau yang lebih dikenal dengan nama Dupin, detektif asal Prancis karya Edgar
Allan Poe.
Ketika
Holmes tak menyukai bersosialisasi, maka Dupin adalah pribadi yang tertutup.
Bisa dikatakan Dupin adalah gabungan sosok pendiam, pemurung, tertutup, dan
penuh rahasia. Saya sempat jatuh cinta dengan sosok Dupin sebelum bertemu Holmes
:D he..he.... Kebiasaan Dupin yang
begitu saya ingat ialah ia tidak terlalu sering keluar di pagi atau siang hari.
Ia sangat menyukai berjalan-jalan sendiri dimalam hari, terutama saat akan
menyelesaikan suatu kasus. Satu lagi, ia mampu mengatakan apa yang kamu
pikirkan hanya dengan memperhatikan mimik wajahmu. Wow....menakjubkan bukan!!!
^_^
Tiba-tiba
muncullah Mr. Monk. Siapakah ia? Saya sempat bertanya-tanya bagaimanakah sosok Mr.Monk
ini, apakah ia sejenius Holmes? atau menakjubkan seperti Dupin? Sosok Mr.Monk
dalam novel “Mr.Monk Goes to Fire House” karya Lee Goldberg adalah sosok yang membuat para pembaca meringis, menangis, dan
mengernyitkan dahi karena kebiasaannya.
Tidak
percaya? Percayalah—percayalah dalam beberapa menit jika anda membaca novel ini
kamu akan mengalami tiga hal tersebut ditambah bonus tertawa ( saya serius )
titik.
Cerita
dibuka dengan seorang wanita yang memperkenalkan dirinya bernama Natalie
Teeger. Wanita biasa dengan kehidupan biasa. Seorang single parent, memiliki seorang putri bernama
Julie yang masih duduk si sekolah dasar dan tinggal di San Fransisco. Natalie
mempunyai seorang atasan yang bernama Adrian Monk atau lebih sering dipanggil
Mr.Monk. Mr.Monk berprofesi sebagai detektif swasta—detektif swasta hebat dan
ahli memecahkan berbagai kasus pembunuhan yang membingungkan polisi. Sederhananya,Natalie
adalah asisten Mr.Monk.
Jangan
membayangkan pekerjaan Natalie itu seperti mengeluarkan kecerdasaannya untuk
membantu memecahkan suatu kasus atau berhadapan dengan para penjahat—menghajar
mereka layaknya wonder woman. Pekerjaan Natalie hanya, sekali lagi HANYALAH
“merawat Mr.Monk.”
Masalah
pertama mulai muncul untuk Natalie saat dinding apartemen Mr.Monk dilubangi oleh rayap. Mr.Monk langsung
memanggil Natalie untuk membantunya mencarikan hotel dengan tujuan ia akan
menginap selama seminggu setelah apartemennya diasapi untuk mengusir rayap
tersebut. Normalnya, orang biasa akan tinggal di hotel mana saja, yang
terpenting hotel itu aman, bagus, serta bersih. Tapi itu tidak berlaku untuk
Mr.Monk yang menyukai segala keteraturan segala kebersihan, dan segala sesuatu
berangka genap.
Kunjungan
Mr.Monk dan Natalie ke beberapa hotel untuk mencari hotel yang tepat memakan
waktu berjam-jam. Mr.Monk mulai mengeluhkan bagaimana perabot hotel itu tidak
disusun rapi. Di hotel yang lain ia
mengeluhkan bagaimana sambungan gambar kertas tembok berlainan satu sama lain.
Manajer hotel dan Natalie harus dibuat stres oleh ulah Mr.Monk. Dan jangan lupa
Mr.Monk hanya ingin menginap di kamar hotel bernomor genap.
Setelah
kesana-kemari dan menghabiskan waktu dengan mengunjungi sekitar sepuluh hotel
yang pada akhirnya Mr.Monk belum juga menemukan hotel yang cocok. Natalie pun
dengan terpaksa menawarkan untuk sementara waktu Mr.Monk bisa tinggal di
rumahnya. Akhirnya, Mr.Monk setuju. Mr.Monk diperkenalkan dengan Julie, anak
perempuan Natalie yang saat itu tengah menangis sedih gara-gara seekor
anjing milik pemadam kebakaran yang
bernama “Sparky” tewas. Sparky tewas dengan cara bagian kepalanya dihantam
seseorang dengan benda keras. Julie menyewa Mr.Monk untuk mengusut kasus itu.
Mr.Monk berjanji untuk menemukan siapa pembunuh anjing tersebut.
Awalnya,
Natalie berpikir itu adalah kasus biasa yang tak ada hubungan dengan kasus
lainnya. esoknya, Mr.Monk dan Natalie melakukan penyelidikan dimulai dari
tempat kerja pemadam kebakaran. Diketahui bahwa salah satu handuk pemadam
kebakaran telah menghilang. Pada malam kejadian itu tidak ada seorangpun yang
berada di tempat kerja pemadam kebakaran. Hanya Sparky. Para petugas kebakaran semuanya pergi ke
lokasi kebakaran.
Kematian
Sparky terlihat tidak ada kaitannya sama sekali dengan kebakaran sebuah flat
pada malam kejadian tersebut. Namun, satu persatu fakta-fakta mulai terungkap.
Kematian seekor anjing dan kebakaran
sebuah flat yang menewaskan seorang wanita tua terlihat jelas kaitannya.
Apalagi diketahui bahwa Esther Stoval, wanita itu menolak menjual flatnya kepada
kontraktror sebuah perusahaan besar. Berhasilkah Mr. Monk mengungkapkan kasus
ini? Sementara ada pihak-pihak tertentu yang mulai mengawasi gerak-gerik
Mr.Monk dan Natalie.
***
Detail Buku
Judul
Buku : Mr.Monk Goes to Fire House, Pembunuhan
dan Harta Terpendam San Fransisco
Pengarang : Lee
Goldberg
Jumlah
halaman : 424 halaman
Tahun
: 2007
Penerbit
: Dastan Books
ISBN:
978-979-3972-31-2
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.