“Dan sesungguhnya
diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada ( pula ) yang
tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”
(QS. Al - Jin : 11 )
Membicarakan tentang jin, kita tentu mengingat kisah Nabi Sulaiman as.
yang memiliki anak buah dari kalangan manusia maupun jin. Selain itu, tak
banyak kisah yang benar-benar mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan jin yang kita temukan didalam kisah para nabi. Mungkin ada beberapa
kisah yang kita dengar, namun biasanya kita mendapati kisah bagaimana para nabi
dan rasul melawan godaan iblis. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim as yang digoda
untuk membatalkan tindakannya untuk menyembelih anak satu-satunya, Nabi Ismail
as. atau kisah Hawa yang digoda iblis untuk memakan buah terlarang yang
terdapat di surga.
Berawal dari sebuah buku lama yang judulnya sangat menarik bagi saya,
akhirnya saya ingin menuliskan kembali kisah apa saja yang terdapat didalam
buku tersebut. Memang, kalau dipikirkan secara logika, hal yang tak masuk akal
ketika saya mendapati bahwa penulis buku tersebut menuangkan pengalamannya
berbicara dengan seorang jin. Apalagi di zaman sekarang yang serba canggih ini.
Namun, tak hanya pengalamannya saja yang menjadi bahan tulisannya melainkan
juga bukti-bukti yang terdapat didalam Al-Qur’an dan hadis.
Terlepas dari berbagai tanggapan
orang-orang yang telah membaca buku tersebut, kita semua memiliki pendapat
masing-masing dalam memandang suatu hal di dunia ini. Kita boleh
mempercayainya, mencari tahu, atau tidak mempercayainya. Semuanya kembali
kepada diri kita. Sama seperti kita
ditanya apakah kita percaya jin itu benar-benar ada?
Sebelum anda semua menjawabnya, terlebih dahulu kita sama-sama
mengetahui apa dan siapa itu jin.
Makna Jin Dalam Bahasa Arab
Jika para sarjana antropologi dan kebudayaan kuno menegaskan bahwa
bahasa yang tercatat paling tua adalah bahasa Sumeria, maka bahasa Arab adalah
bahasa induk bagi bahasa-bahasa umat manusia seluruhnya. Kata “Jinn”
adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah “Jiniy”, yang artinya “Yang
Tersembunyi”, “Yang Tertutup”, atau “Yang Tak Terlihat”. Kata “Jiniy” biasanya
diucapkan oleh orang-orang Arab dahulu dan juga dipergunakan oleh Al-Qur’an
sebagai makhluk berakal yang tersembunyi ( tidak terlihat ). Kemudian
bahasa-bahasa Eropa mengadopsinya dari bahasa Arab, lalu melafalkannya dengan
“Genie” ( Inggris ), yang artinya “roh setan”.
Awal Penciptaan Jin &
Materi Asal Penciptaan Jin
“Allah swt berfirman,
“Apakah yang menghalangimu untuk bersujud ( kepada Adam )
di waktu Aku
menyuruhmu?
Berkata Iblis, “Aku
lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan aku
dari api sedang Engkau menciptakan dia dari tanah.”
( QS. Al-A’raf: 12 )
Jauh sebelum manusia diciptakan, terlebih dahulu Allah swt menciptakan
jin. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an,
“Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering ( yang berasal ) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dan Kami telah menciptakan
jin, sebelum itu, dari api yang
sangat panas.”
( QS. Al – Hijr :
26-27)
Kalimat “sebelum itu” dalam
ayat diatas mengisyaratkan bahwa jin telah menghuni muka bumi ini sangat lama
sebelum manusia. Yang menjadi pertanyaan adalah berapa lama selisih waktu
antara jin dan sebelum Nabi Adam as diciptakan? Dikatakan bahwa selisih waktu tersebut adalah
40 tahun ( Al-Marjan fi Ghara’ib Al-Akhbar wa
Ahkam Al-Jan, Muhammad Ali Shabih, Kairo, hlm.9 ), ada
pula yang mengatakan 6000 tahun, dan dalam sebuah riwayat yang dinisbatkan kepada Abdullah bin ‘Amr ibn
Al-‘Ash , jin diciptakan Allah swt 2000 tahun sebelum Adam. Sayangnya, riwayat
ini diragukan kebenarannya.
Jika materi penciptaan manusia berupa tanah, materi penciptaan malaikat
adalah cahaya, maka api adalah materi penciptaan jin. Namun, api yang
bagaimanakah yang menjadi materi penciptaan jin? Dalam Al-Qur’an dan Sunah hanya menegaskan
bahwa asal penciptaan jin yaitu “nyala api”, dan pada lain kali disebutkan
dengan “api yang sangat panas”.
Imam An-Nawawi menafsirkan berkenaan dengan al-marij
( nyala api ) yaitu jilatan api ( al-lahab
) yang bercampur dengan hitamnya api. Sementara itu, Ath-Thabari mengatakan, al-marij ialah sesuatu yang bercampur
satu sama lain, antara merah, kuning, dan biru ( nyala api dan lidah api ).
Dalam Tafsir Al-Qurthubi dari Ibn ‘Abbas disebutkan
al-marij adalah al-lahab ( nyala api ) / lidah api yang
berada di puncak manakala api tersebut
menyala. Al-Jauhari dalam Al-Shihah
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan marij
min nar adalah api yang tidak berasap, yang dari itu jin diciptakan.
Ketika Allah swt menciptakan
Adam dari tanah, kemudian menjadi tanah liat yang dikenal dengan nama ath-thin. Dari tanah liat menjadi hama’ masnun, yaitu tanah liat hitam
yang sudah berubah baunya karena lama terendam dalam air. Kemudian tanah liat
hitam dan basah itu berubah menjadi tanah liat kering ( shalshal ) dan keras, yang apabila diketuk, dapat mengeluarkan
bunyi. Sesudah itu ditiupkan ruh, sehingga jadilah Adam sebagai seorang manusia
atas kekuasaan Allah swt.
Sebagaimana halnya dengan jasad manusia yang tidak lagi berbentuk tanah
bila dicampur dengan air menjadi luluh, maka seperti itu pula dengan jin. Nyala
api pun berubah menjadi benda yang terkumpul didalamnya sifat basah dan kering.
Lalu ditiupkan kepadanya ruh, sehingga berubahlah ia menjadi makhluk yang
bernama jin atas kehendak dan kekuasaan-Nya pula.
“Sesungguhnya
perkataan Kami terhadap sesuatu
apabila Kami
menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya,
“Jadilah”, maka
jadilah ia.”
( QS. An – Nahl: 40 )
Bentuk & Sosok Jin
Bentuk dan sosok jin mungkin adalah bagian yang paling menarik untuk
kita ketahui. Meski Al-Qur’an tidak terlalu dalam membahas bagaimana sosok jin
itu sebenarnya, kita dapat menemukan berbagai kisah yang menjelaskan sosok jin
didalam hadis-hadis. Juga terdapat beberapa penjelasan dari sang penulis buku
ini yang menuangkan pengalaman spritualnya tentang jin yang selama ini yang
selalu diajaknya untuk berbicara. Berikut beberapa penjelasan mengenai bentuk
dan sosok jin :
Ular , Anjing, dan Kucing
Hitam
Pada beberapa hadis disebutkan bahwa ular adalah salah satu bentuk dari
jelmaan jin. Didalam sebuah shahih
Muslim, dikisahkan bahwa Abu as– Sa’ib
menuturkan sebuah cerita kepada Abu Sa’id Al-Khudri tentang sebuah rumah yang
ditempati seorang pemuda yang baru menikah dimasuki seekor ular. Ular besar itu
melingkar dibawah tempat tidurnya. Sang
pemuda lalu membidikkan tombaknya ke arah ular tersebut, dan mengenainya. Lalu
membiarkan ular yang terluka itu tetap berada di kamar. Tiba-tiba ular itu
menyerang, dan membelitnya. Mereka bergulat, dan entah siapa yang akan segera
mati. Pemuda itu ataukah ular.
Lalu kemudian kami mendatangi Nabi saw. dan menyampaikan berita tentang
pemuda itu. Nabi saw. berkata, “Sebaiknya kalian mohonkan ampunan kepada Allah
untuk dia. Di Madinah terdapat jin yang menyatakan diri telah masuk islam.
Kalau kalian melihat gelagat yang tidak baik dari mereka ( jin-jin lain ), maka
panggilah dia selama tiga hari. Kalau sesudah itu ternyata membangkang, maka
bunuhlah dia. Sebab, dia adalah setan.
“Rasulullah saw.
bersabda, “ Bunuhlah ular,
bunuhlah dzu athifyatayn ( ular yang memiliki 2
garis putih di punggungnya ), dan
al-abtar
( ular buntung—tidak berekor ), sebab ke dua binatang itu menyembur mata dan
menggugurkan kandungan wanita hamil.”
( HR. Al-Bukhari )
Dalam beberapa kisah, disebutkan bahwa ular putih adalah jelmaan jin
muslim dan dianjurkan agar tidak membunuh ular tersebut. Selain ular, jin dan
setan menjelma menjadi anjing dan kucing hitam. Bahkan dalam beberapa hadis
dikisahkan bahwa Rasulullah saw dan para sahabat bertemu dengan jin dan setan
dengan berbagai wujud. Seperti : gajah, binatang melata ( seperti lipan ), anjing hitam legam yang memiliki titik putih
diatas kedua matanya, bahkan orang tua renta.
“Jin bisa menampakkan
diri dalam wujud ular, anjing, dan kucing hitam.
Sebab, warna hitam dapat menghimpun kekuatan
setan
dibandingkan warna
lainnya, termasuk didalamnya kekuatan panas.”
( Imam Ibn Taimiyyah
)
Seorang Pemuda
Bentuk jin yang menjelma menjadi seorang pemuda bagi saya ini menarik
sekali. Sebab, para malaikat juga
mendatangi para nabi dan rasul dengan sosok seorang lelaki yang masih muda.
Kita dapat menemukannya pada kisah Nabi Luth as
yang kedatangan dua orang pemuda ke rumahnya, atau pada peristiwa
pembelahan dada Nabi Muhammad saw semasa kecil yang diajak oleh tiga orang
pemuda ke sebuah gunung.
Ibn Az-Zubair meriwayatkan bahwa suatu hari dia melihat seorang laki-laki mengenakan
pakaian yang biasa digunakan untuk bepergian. Tingginya satu jengkal. Lalu, Ibn
Az-Zubair bertanya, “Siapakah engkau ini?” Makhluk itu menjawab, “Aku ‘Izib.”
Ibn Az-Zubair berkata, “Appa ‘Izib itu?” Makhluk itu menjawab, “ ‘Izib, ya
‘Izib.” Karenanya Ibn Az-Zubair memukulnya dengan tongkat sampai makhluk itu
lari terbirit-birit.
Memiliki 2 Tanduk
“Janganlah kalian
mendekatkan shalat kalian
dengan waktu terbit
dan tenggelamnya matahari.
Sebab, ia terbit
diantara dua tanduk setan,
dan tenggelam
diantara dua tanduk setan pula.”
( H.R Bukhari )
Apakah setan dan sejenisnya benar-benar memiliki dua tanduk ?
Tentang pengertian “dua tanduk setan” ini, Imam An-Nawawi mengatakan, “Para ulama berpendapat tentang
pengertian lahiriah dan hakiki lafal tersebut. Yang dimaksudkan adalah bahwa
setan mengikutinya dengan kedua tanduknya ketika matahari terbenam. Demikian
pula ketika matahari terbit. Sebab, itu adalah waktu dimana orang-orang kafir
bersujud kepada matahari, padahal sesungguhnya mereka bersujud kepada setan.
Ada pula yang mengatakan kata
“tanduk” mengandung kiasan yang menunjukkan sifat iblis seperti kehebatan,
kesombongan, kekuasaan, kemampuan, dan sebagainya. Sedangkan menurut penulis
buku ini berdasarkan pembicaraannya dengan jin muslim tersebut, setiap jin
memiliki 2 tanduk. Akan tetapi, ukuran tanduk tersebut sangat kecil seperti
huruf “Nun”. Besar dan kecil ukuran
tanduk pada seorang jin tergantung ukuran tubuh mereka.
Memakai 1 Terompah di Kaki
Kirinya
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi saw. melarang berjalan dengan
satu terompah ( alas kaki ) bila terompah yang satunya lagi putus, sampai ia
diperbaiki.
Kenapa demikian?
Karena setan mengenakan satu terompah di kaki kirinya, sedangkan kaki
kanannya dibiarkan telanjang.
Rasulullah saw
bersabda,
”Janganlah salah
seorang diantaramu berjalan dengan satu terompah ( alas kaki ),
Sebab setan berjalan
dengan satu terompah pula.”
( H.R Abu Hurairah )
Demikian pula yang disampaikan oleh penulis, jin sama seperti setan
menggunakan satu terompah di kaki kirinya. Tetapi, jika jin tersebut adalah
muslim, ia akan mengenakan sepasang terompah pada kakinya. Terompah yang
dikenankan bangsa jin terbuat dari daun papirus, daun yang pada masa Fir’aun
digunakan sebagai alat tulis.
Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kiri
Nabi saw. bersabda,
“Apabila salah
seorang diantara kalian makan,
maka makanlah dengan
tangan kanannya,
jika minum, minumla
dengan tangan kanan pula.
Sebab, setan makan
dan minum dengan tangan kirinya.
( H.R Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi )
Begitu juga halnya dengan bangsa jin yang menggunakan tangan kiri
ketika makan dan minum.
Jin Tidak Memiliki Ekor
Penulis disini mengatakan bahwa jin sama sekali tidak memiliki ekor,
sedangkan iblis dan anak cucunya memiliki ekor. Namun, ekor setan tidaklah
sepanjang ekor kucing atau binatang lainnya, sebagaimana yang selama ini
digambarkan oleh manusia.
Menyukai Warna Merah, Kuning,
& Hitam
Sebagian besar jin menyukai warna merah, kuning, dan hitam, ini apa
yang dikatakan oleh penulis. Bangsa jin senang mengenakan pakaian yang berbeda-beda
dan indah-indah sama seperti manusia. Sedangkan warna kulit mereka tak berbeda
dari warna kulit manusia. Akan tetapi, jika kulit manusia berwarna hitam, maka
jin yang memiliki kulit berwarna hitam warna kulitnya jauh lebih pekat dan
gelap.
Organ-organ tubuh yang mereka miliki sama seperti manusia pula.
Sekalipun, mereka tidak membutuhkan oksigen untuk bernafas sebanyak manusia membutuhkannya.
Sisa-sisa pencernaan mereka keluar dari lubang-lubang pencernaan. Bedanya,
kotoran bangsa jin tidak berbentuk kasar, melainkan lebih mirip dengan uap yang
sangat pekat. Sedangkan air kencing mereka berbentuk gas yang sangat kuat
tekanannya tetapi sangat ringan.
Tempat Hidup Jin
“Sesungguhnya dia dan
pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari satu tempat
Yang kamu tidak dapat
melihat mereka”
( QS. Al-A’raf : 27 )
Jin lebih dahulu diciptakan dari manusia, ini berarti jin sudah lama
menjadi penghuni di bumi ini sebelum manusia itu sendiri. Seperti kita ketahui
bumi terdiri dari 72 % lautan dan sisanya berupa daratan. Konon, sebagian besar
kota-kota serta pusat pemerintahan bangsa jin berada di atas air. Akan tetapi,
selain di air dimanakah tempat bangsa jin lainnya tinggal ?
Berikut beberapa tempat yang
menjadi tempat tinggal bangsa jin :
Tempat Tidur
Setiap tempat tidur yang ditinggalkan berarti disodorkan kepada setan
untuk mereka tiduri. Rasulullah saw. mengatakan, “Apabila salah seorang
diantara kalian bangun dari tempat tidurnya, lalu hendak tidur lagi diatasnya,
hendaknya ia terlebih dahulu membersihkannya dengan sarungnya tiga kali. Sebab,
ia tidak tahu secara pasti apa yang terjadi di atasnya sesudah ditinggalkan.”
Patung / Gambar Makhluk
Bernyawa
Malaikat jibril as. pernah menolak untuk masuk ke rumah Rasulullah saw.
karena adanya patung kecil di rumah beliau. Hingga Jibril as. meminta
Rasulullah saw untuk memotong kepala patung itu sehingga bentuknya menjadi
seperti tunggul pohon.
Penulis buku ini pun mengatakan bahwa sahabatnya jin muslim itu
membenarkan ucapan Rasulullah saw. Patung-patung dan gambar bernyawa akan
menarik setan-setan seperti magnet menarik besi. Bahkan setan-setan itu
mengendusnya sebagaimana manusia mengendus suatu aroma harum/makanan lezat.
Tempat-Tempat Kotor
Setan dan jin sangat menyukai tempat-tempat yang penuh dengan kotoran
dan najis. Salah satunya adalah di lubang-lubang pembuangan kotoran / WC.
Dari Zaid bin Arqam, dari Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya semak-semak (
yang dijadikan tempat buang hajat ) ada penghuninya. Jadi, kalau seseorang
diantara kalian ke kamar kecil ( WC ), maka bacalah, “Aku berlindung kepada
Allah dari kejahatan setan laki-laki dan setan betina.”
Kita dianjurkan pula tidak
membuang air panas di lubang-lubang WC tanpa menyebut dan memohon perlindungan
kepada Allah swt. Dikarenakan, air tersebut dapat mematikan setan dan jin yang
menghuni lubang WC, sehingga keluarga mereka melakukan balas dendam terhadap
kita.
Selain tempat-tempat kotor, jin dan setan juga bertempat tinggal di
sumur, di tempat-tempat hiburan, di jalanan, di pasar, bahkan di kemaluan dan
rahim para penzina, pelacur dan kaum homoseks maupun lesbi.
“Dan sesungguhnya
kami mengetahui,
bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat
melepaskan diri ( dari kekuasaan ) Allah di muka bumi
dan tidak pula dapat
melepaskan diri dari-Nya dengan lari.”
(QS. Al - Jin : 12 )
***
Sekian dulu postingan saya, pada postingan selanjutnya saya akan
menulis tentang kehidupan jin, jenis-jenis jin, kemampuan jin, apakah kita
mempunyai jin pendamping?, perbedaan jin, iblis, dan setan, apakah manusia
dapat melakukan kontrak / kerja sama dengan jin, dan sebagainya. Semoga tulisan
ini dapat memberi manfaat serta ilmu kepada kita semua. Juga menambah keimanan
kita atas kekuasaan Allah swt., menjadi peringatan kepada kita agar selalu di
jalan yang benar. Aamiin.
Sumber :
Dawud, Muhammad
‘Isa.1996. Berdialog Dengan Jin,
Pengalaman Spritual ( Hiwar Shahafiy ma’a Jiniy Muslim ). Bandung : Pustaka
Hidayah
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.