Saturday, November 10, 2018

Mawar : Simbol Serta Maknanya Dalam Berbagai Budaya dan Agama





Simbolisme Mawar tidak hanya menggambarkan tentang cinta dan ketulusan. Dalam makna yang kuat, Mawar mengisyaratkan sesuatu yang lebih besar daripada cinta seseorang kepada manusia ataupun duniawi. Di kalangan sufi dan para imam agama lain, bunga Mawar mengisyaratkan hubungan besar antara manusia dan Tuhannya, semua ini tertulis dalam teks terdahulu dan puisi para sufi yang terkenal di abad pertengahan masehi.

Tuhan menciptakan ribuan bunga, namun Mawar tetap menjadi favorit sepanjang sejarah manusia dan telah diasumsikan dengan arti yang sangat berwarna-warni diantara budaya yang berbeda. Mengapa Mawar terlihat abadi dalam hati manusia ? mungkin karena manusia mampu mempertahankan ingatan mereka akan  Mawar yang ditemukan dalam jiwa. Mungkin juga puisi yang tak terlupakan, serta cerita cinta dan kebajikan yang melekat pada bunga ini. 


 Simbol Mawar mulai dikenal sejak 5000 tahun yang lalu, menurut beberapa pendapat sudah dikenal di Cina dari catatan fosil yang menjelaskan Mawar telah berkembang selama jutaan tahun. Di semua wilayah dunia, Mawar tumbuh dan menjadi simbol tertentu. Diantaranya cinta, kecantikan, kemewahan, kematian, bahkan perang dan politik, ada pula yang menggunakan bunga tersebut untuk mewakili tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah.

Ketika memasuki masa kekaisaran Romawi, Mawar berkembang di Timur Tengah. Aromanya yang wangi membuatnya dijadikan sebagai bahan utama pembuatan parfum. Aroma kuat dari bunga ini dianggap memiliki makna mistis yang mendalam. Akan tetapi, Mawar yang tumbuh di Cina tidak beraroma begitu wangi, dan hal inilah yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa simbol Mawar tidak begitu populer di Cina.

Dalam mitos Yunani kuno, bunga Mawar sering disebutkan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Sebagai contoh, Mawar putih melambangkan kemurnian dan kesucian bagi dewi Aphrodit, keinginan dan semangat ditujukan kepada dewi Adonis, sementara cinta yang terluka diwakili beberapa tetes darah yang merubah Mawar putih menjadi Mawar merah. Sedangkan didalam mitos orang Romawi, mereka menggunakan Mawar di pemakaman sebagai tanda kebangkitan. Beberapa pendapat mengatakan Flora sebagai dewi bunga dan musim semi, yang menciptakan bunga Mawar dan dewa Yunani lainnya membantu Flora memberikan kehidupan, aroma manis dan bentuk yang indah.

Mitos lain menyebutkan bahwa dewa Zeus menyebarkan bunga Mawar di tanah sebagai hadiah pernikahan Eros dan Psyche. Didalam naskah-naskah Gnostik dikatakan bahwa, tunas bunga Mawar pertama kali berasal dari darah Psyche, sang  Perawan, ketika ia terpikat pada Eros, simbol dari seksualitas. Sedangkan para sufi membicarakan tentang sebuah surga yang bernama “Gulistan  atau “Taman Mawar,” yang kata tersebut kemungkinan berasal dari  nama dewi Babilonia kuno, yaitu “Gula.”  

Surga yang diumpamakan sebagai  sebuah  taman ajaib milik ratu peri, surga yang berpusat pada “The Rose of Love” ( mawar cinta ), kata yang sama  digunakan untuk  alat kelamin wanita. Para penyair Prancis dahulu kala ( Troubadours )  juga mengadopsi simbol yang sama untuk puisi-puisi cinta mereka. Sekarang kata “la rose” adalah sebuah perumpamaan umum di Prancis yang berarti “maidenhead” ( perawan). Sedangkan puisi-puisi Arab berbicara tentang “mawar”  sebagai simbol seksualitas wanita dan rahasia-rahasia yang terhubung didalamnya. 

Agama Kristen menggunakan Mawar merah sebagai simbol semangat Yesus, kemartiran dan kebangkitan. Albertus Magnus menulis dalam bukunya, “Mawar menjadi merah disebabkan oleh darah Yesus dalam semangatnya.” Sedangkan, bunga Mawar putih ditujukan untuk Maria, Sang Perawan Suci sebagai simbol kemurnian. Dalam buku  puisi Wordsworth tahun 1807, menyebutkan, “ Maria dikelilingi dengan bunga Mawar” atau hujan kelopak mawar yang harum.  Rosary, tasbih yang digunakan oleh umat kristen  untuk beribadah pada  Maria, konon diambil dari kata Rose-wreath yang berarti “karangan bunga Mawar.” Hiasan jendela kaca pada gereja juga memperlihatkan gambar Maria sedang memegang Mawar.
Simbol Mawar telah digunakan dalam penulisan sastra sejak dahulu, contohnya dalam sastra Iliad, sebuah puisi epik Yunani kuno yang menyebutkan tubuhnya diolesi minyak Mawar. Jenis-jenis Mawar yang berbeda juga menjadi simbol-simbol pengetahuan mistis dari alkimia dan Hermetik.

Mawar dan Sufisme
Pada abad ke-7, Nabi Muhammad saw. dilambangkan dengan bunga Mawar, sehingga popularitas bunga ini meningkat seribu kali lipat setelah kedatangannya. Kepribadian sang Nabi yang menerangi sama seperti warna mawar yang cerah dan moralitas yang sempurna merupakan sumber aroma yang harum. Salah seorang penyair mistik sufi terbesar, Farid Ad-Din Attar menulis dalam bukunya “The Rose Garden” ( Taman Mawar ) sebagai berikut :

“ Di tempat tidur Mawar, misteri bersinar, rahasianya tersembunyi dalam Mawar.”

Hazrat Inayat Khan ( 1882-1927 ) seorang pendiri sufi mengatakan, “Mawar terdiri dari beberapa kelopak yang menyatu bersama-sama, sehingga jiwa sufi menunjukkan berbagai kualitas yang berbeda. Kualitas ini memancarkan aroma bentuk kepribadian spritual.”

Bunga Mawar memiliki struktur yang indah. Sufi memiliki struktur halus, sebuah cara berhubungan dengan orang lain melalui ucapan, tindakan, dan sebagainya. Sama seperti parfum mawar. Parfum yang menembus ruangan. Seorang sufi menembus masyarakat dan membantu menyelesaikan masalah.
Sedangkan didalam Al-Qur’an, pada salah satu ayatnya bunga Mawar juga disebutkan,

Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah Mawar seperti ( kilapan ) minyak,
alangkah dahsyat keadaannya.
 Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
( Q.S. Ar-Rahman  37-38 )

Mawar memiliki bentuk yang unik dan bunga tersebut diciptakan untuk alasan yang signifikan. Dalam tradisi Islam, mengenakan parfum merupakan makanan bagi jiwa dan roh. Salah satu hadist menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. sangat menyukai aroma yang baik, dan merupakan sebuah tradisi bagi kaum muslim untuk memakai wewangian murni dari  sari mawar, terutama sebelum shalat. Di kalangan sufi, Mawar menjadi simbol  spritual bagi hampir semua sufi dan para wali Allah, khususnya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam sebuah kisah, ketika beliau berada di kota Bagdad, ia didatangi oleh utusan para wali dan  utusan itu mengatakan kepadanya:

“Wahai Abdul Qadir Al-Jailani, Engkau tidak mempunyai tempat di kota Bagdad, karena kota ini telah dipenuhi oleh para Wali-Wali Allah.”
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan sambil menunjukkan gelas yang telah berisi air bening,
“Seperti inilah kota Bagdad itu, gelas adalah kota Bagdad, dan airnya adalah para Wali Allah.”
Lalu ia mengambil sekuntum Mawar merah dari langit, kemudian diletakkan ditengah air dalam gelas itu, sambil berkata,
“Dan Aku adalah Mawar diantara para Wali-Wali-Nya.”
Pada saat itu juga, wali utusan tersebut tersungkur lalu bersujud meminta ampun kepada Allah swt. atas kesombongannya.

Yahudi, Kristen, dan Islam memiliki simbolisme tersendiri akan bunga Mawar. Ketiga agama monoteistik ini terikat bersama-sama satu sama lain, dimana asal-usul ketiga agama tersebut mengarah ke Timur Tengah dan sekaligus tempat berkembangnya Syair Mawar. Beberapa budaya lain juga berkaitan dengan simbol Mawar, misalnya sekte yang berbeda dalam agama Hindu, dan didalam legenda Persia kuno mengisahkan burung Bulbul yang sangat mencintai Mawar putih dan  menggenggam erat. Genggamannya yang erat, menyebabkan duri Mawar menembus dadanya dan menyebabkan darah jatuh pada Mawar sehingga mengubah Mawar menjadi merah.
*****

Sekian postingan  dari saya, semoga menambah wawasan kita dan juga bermanfaat  ^^

Sumber :
Walker, Barbara G.1988.The Woman Dictionary of Symbols and Sacred Objects.New York : HarperOne

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.

Dabo Singkep

Welcome To Dabo Singkep Island

Sudah pernahkah kamu   mendengar sebuah pulau   bernama Dabo Singkep? Bagi yang sudah mendengarnya, mereka akan tahu dimana letak pu...