Dan sebagian diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya adalah
malam dan siang,
matahari, dan bulan.
Janganlah bersujud
kepada matahari dan janganlah pula kepada bulan,
tetapi bersujudlah kepada Allah yang
menciptakan semuanya,
jika hanya kepada-Nya
saja kamu menyembah.
( QS. Fuushilat 41 : 37
)
Lima kali dalam sehari umat islam menunaikan
kewajiban shalat. Dari sebelum matahari terbit hingga menjelang malam. Shalat
dapat diartikan sebagai menghadapkan hati kepada Tuhan sebagai bagian dari
ibadah dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
lalu diakhiri dengan salam. Gerakan-gerakan dari shalat
mengidentifikasikan seseorang yang beribadah dengan semua bentuk – bentuk lain dari penciptaan. Karena sikap-sikap tubuh
pada shalat tersebut dirancang untuk mengingatkan orang-orang yang melaksanakan
ibadah akan kefanaan dan traversal yang melalui berbagai tahap kehidupan.
Gerakan-gerakannya juga menyerupai kenaikan dan pengaturan dari
benda-benda langit seperti rotasi planet - planet, orbit bulan, dan matahari. Ini adalah tanda-tanda yang
menunjukkan sifat hirarki dari alam penciptaan dan ketundukannya pada peraturan
Ilahi di setiap tingkatan. Sebagaimana yang disebutkan didalam Al-Qur'an :
“
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah swt. bersujud apa yang ada di
langit,
di
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohon, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar dari pada manusia?”
( QS.Al Hajj 22 : 18 )
Gerakan dalam shalat terbagi dalam tiga
bagian utama yaitu : berdiri seperti Alif ( ۱ ),
duduk diantara dua sujud seperti
Dal ( د ), dan
bersujud seperti Mim ( م
) . Ketiga huruf tersebut jika dirangkai menjadi sebuah kata “Adam”. Dan
seperti kita ketahui Nabi Adam as. adalah bapak dari umat manusia. Namun, dari
semua gerakan dalam shalat yang menjadi
puncak dari ibadah tersebut
adalah sujud. Sebelum kita bertanya
mengapa sujud begitu penting dalam ibadah shalat, kita perlu mengetahui satu-persatu
makna dari gerakan-gerakan shalat.
Berdiri
Tegak Seperti Alif ( ۱ )
Sikap tubuh pada shalat merupakan
simbol hubungan manusia dengan Tuhan. Sikap tubuh berdiri tegak dalam shalat
menyatakan keberadaan dan kekuatan juga simbol kesatuan dari realita Ilahi ( Al-Haqq ). Posisi berdiri seperti huruf Alif adalah sebuah
simbol pendirian dari kesatuan umat
manusia yang memiliki sesuatu yang
berasal dari nama-nama dan sifat-sifat Ilahi, sebagaimana sabda Nabi Muhammad
saw,
“Sesungguhnya
Allah swt menciptakan Adam dalam gambaran-Nya.”
Alif
berarti lurus dan melambangkan surga-surga sebagai inti permulaan disana dan
sebuah permulaan dari penciptaan surga- Alif
( ALF ) membuka pada Alif, Lam ( kerajaan), dan Fa ( Fatiha ). Berdiri
menghadap kiblat menunjukkan arah
universal manusia dalam pencarian realitas Ilahi. Kita seperti elektron yang
sedang berkumpul di pusat inti nukleus,
dan berada di bawah kekuasaan dari 4
kekuatan atom / Adam, itu sebabnya didalam shalat kita melakukan
4 kali takbir. Nukleus adalah Ka’bah ( kiblat ) dan kita semua adalah
elektron.
Niat yang diucapkan didalam shalat
menunjukkan sebuah hubungan dari hati ke
arah ini. Dibuka dengan menyebut pujian
bagi kebesaran Tuhan (takbir) merupakan
indikasi bahwa kedekatan seorang hamba dengan sang Ilahi lebih besar dan lebih luas daripada apa
yang dapat diwujudkan oleh-Nya karena tidak ada satu pun yang dapat membatasi
perspektif-Nya.
Kemudian membaca surat Al-Fatihah
pada tiap-tiap raka’at shalat menunjukkan pengakuan akan kesempurnaan-Nya yang terdapat
dalam diri seorang manusia karena manusia merupakan awal dari penciptaan, Tuhan
memulai ciptaan-Nya ketika Ia menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Al-Jili
mengatakan, itu adalah cahaya Muhammad (
nur Muhammad ) yang disebut sebagai “ Pikiran
Pertama ( The First Mind ) ,” “ Manusia Universal,” dan “Mikrokosmos Dari Makrokosmos.”
Rukuk
Seperti Huruf Ha / Ha Al- Hayat ( ح )
Rukuk seperti huruf Ha adalah sebuah gerakan shalat
dengan badan membungkuk, kedua tangan memegang lutut lalu ditekankan antara
punggung dan kepala sama rata. Posisi rukuk yang gerakannya membungkukkan badan
mernunjukkan pengakuan bahwa ketiadaan dari segala penciptaan dibawah kekuataan
adanya pancaran dan sumber yang berasal dari Ilahi. ( Fana dan Hamd / Pujian ).
Kemudian berdiri tegak kembali dari rukuk ( I’tidal ) dengan mengangkat kedua belah
tangan sejajar telinga menunjukkan
sebuah pangkalan dari asal / sumber ( al-baqa
). Dilanjutkan dengan membaca : “
Sami’allaahu liman hamidah “( Allah mendengar orang yang memuji-Nya )
menunjukkan substansi bahwa seseorang yang beribadah adalah seorang hamba dari
realitas Ilahi. Melalui cara ini, Tuhan menghubungkan diri-Nya dengan diri-Nya lewat
mendengar kebenaran dari pujian yang diucapkan lewat ciptaan-Nya. ( Sang Nabi
adalah Li wal Hamd / bendera pujian )
Puncak dari
Shalat : Bersujud Seperti Huruf Mim (
م
)
Seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Nabi,
"Wahai Nabi Allah, doakanlah diriku agar
berada di bawah syafaatmu pada Hari Kiamat dan izinkan diriku untuk berada di Firdaus bersamamu."
Nabi
menjawab, "Aku akan melakukannya, tetapi bantulah aku dalam hal itu.”
”Laki-laki
itu bertanya,“ Bagaimana bisa ? ”
”Nabi
berkata,“ Dengan sering bersujud di hadapan Tuhan. ”
Bersujud dalam shalat dilakukan
dengan gerakan meletakkan dahi ke bumi. Rasa
hormat yang lebih besar ditampilkan dengan meletakkan wajah dalam sujud shalat,
yang mencerminkan ego dan kesadaran
seseorang yang begitu tinggi akan begitu
rendah sehingga menyentuh tanah di depan objek penghormatan ( Tuhan ).
Nabi Muhammad saw. bersabda, "Tidak ada yang membawa seorang hamba Tuhan
lebih dekat ke Hadirat Ilahi daripada melalui sujud rahasianya ( al-khafi
)."
Dalam sujud, tubuh seperti
sebuah tahta dan jiwa adalah tempat sang
Raja ( Tuhan ) duduk di titik tertinggi. Seseorang harus mengurangi kebanggaan
terhadap diri dan membuat diri sendiri bersujud, karena seseorang yang
benar-benar tunduk kepada Tuhannya tidak dapat lagi tunduk pada dirinya
sendiri. Begitu keadaan itu tercapai, sujud merupakan semata-mata demi Tuhan.
Al-Qur'an menceritakan kepada kita bahwa, setelah Allah swt. menciptakan
Adam, Dia memerintahkan para malaikat untuk bersujud di hadapan manusia
pertama.
“Dan ( ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada
malaikat,
“Sujudlah kamu kepada
Adam !”
Maka, sujudlah mereka
kecuali iblis.
Dia dari golongan jin,
lalu dia mendurhakai perintah Tuhannya.....”
( Q.S. Al – Kahfi : 50
)
Imam
al-Qurtubi, salah satu ahli tafsir Al-Qur'an yang begitu hebat, menulis dalam
tafsirannya, “At-Tadhkira”, bahwa
salah satu dari empat malaikat agung, yaitu malaikat Israfil ( Rafael/ Raphael
), telah memiliki seluruh isi Al-Qur'an yang tertulis di dahinya. Rafael dalam
bahasa Arab, berbeda dari nama Asirianya Israfil, yaitu Abdur-Rahman, artinya Pelayan Dari Sang Maha Pengasih. Tema
rahmat ini melingkupi pemikiran Islam, karena melalui rahmat Tuhan, Al-Qur'an
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang mengabarkan tentang siapa pemilik
karunia.
Ketika Tuhan memerintahkan para
malaikat untuk bersujud kepada Adam, malaikat Israfil ( Raphael ) yang pertama kali mematuhi perintah tersebut,
ia bersujud dan menempatkan dahinya, yang berisi seluruh isi Al-Qur'an
pada bumi, sebagai bentuk
penghormatannya dan juga untuk
menghormati Adam, karena ia merasakan seluruh Qur'an ditulis pada dahi Adam ( Nur
Muhammad saw ).
Tuhan telah memberikan pengetahuan kepada malaikat
Israfil ( Raphael ) tentang Al-Qur'an dan menulis semuanya diantara matanya,
dan ia adalah malaikat yang menorehkan takdir dari semua hal didalam “Meja Yang Dilindungi” sebelum segala sesuatu
itu diciptakan.
Penafsir Al-Qur’an lainnya mengatakan, para malaikat jatuh bersujud di
hadapan Adam karena mereka menganggap “Cahaya” ( Nur Nabi Muhammad saw. ) bersinar dari wujudnya
Adam. Pada kenyataannya tidak ada perbedaan disini, karena Tuhan berfirman
dalam Al-Qur'an:
Yaa siin. Demi Al- Qur’an yang
sungguh mulia
( QS. Yasin 36 : 1 - 2 )
Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa, Yasin surat
ke-36 dari Al-Qur'an merupakan salah satu dari nama-nama miliknya yang
diberkati, itu adalah jantung dari Al-Qur'an, yang setiap ayatnya dibawa Nabi
didalam dadanya. Jadi, cahaya yang bersinar dari Adam adalah Cahaya Nabi
Muhammad saw didalam dirinya, yang pada gilirannya menyala dengan Firman Tuhan.
Ibnu Abbas, sepupu Nabi Muhammad
saw. dan penafsir utama Al-Qur'an, berkata, “Ketika
Tuhan memerintahkan Adam untuk turun ke bumi, segera setelah tiba, dia
pergi bersujud, meminta pengampunan
Tuhan atas dosa yang ia telah perbuat.”
Allah swt. mengutus malaikat Jibril kepadanya setelah empat puluh tahun berlalu,
dan Jibril mendapati Adam masih bersujud. ”Dia
tidak mengangkat kepalanya selama empat puluh tahun dengan pertobatan yang
tulus di hadapan Allah swt.”
Nabi Muhammad saw. menceritakan
bahwa, pada Hari Kiamat kelak, ketika orang-orang mukmin dibangkitkan dari
kuburan mereka, para malaikat akan datang kepada mereka untuk menyikat debu
dari dahi mereka. Namun, terlepas dari usaha terbaik para malaikat, sebagian
dari debu itu akan tetap ada. Kedua-duanya, orang-orang mukmin yang
dibangkitkan dan para malaikat penolong
tersebut, mereka akan terkejut bahwa debu ini tidak dapat dihapus. Kemudian
sebuah suara akan terdengar memanggil,
"Tinggalkan debu itu dan jangan mencoba untuk menghapusnya, karena
itu adalah debu dari ceruk-ceruk sujud mereka, sehingga itu akan dikenal
didalam Surga bahwa mereka adalah hamba-hamba yang taat."
Nabi Muhammad saw. juga
bersabda, "Setiap mereka yang
melakukan sujud , akan dibangkitkan satu derajat oleh Tuhan." Mengenai
derajat ini diketahui bahwa itu bukan
sesuatu yang kecil, karena setiap surga terdiri dari derajat/tingkatan.
Tradisi Nabi ini menunjukkan nilai spiritual dari sujud orang-orang
mukmin, menjadikannya bahkan debu yang disentuh oleh dahi mereka disucikan.
Kekuatan doa memiliki efek yang sama pada tempat dari orang yang melakukannya
itu sendiri, seperti yang dicontohkan dalam kisah Maryam, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur'an:
Setiap kali Nabi Zakaria as.
pergi ke ceruk doa dimana Maryam berada, dia menemukan bahwa Maryam memiliki
makanan.
Dia berkata : “ Wahai Maryam!
Dari mana datang kepadamu ini (makanan)? “
Maryam menjawab : “ Itu berasal
dari Tuhan. Tuhan memberinya kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Disana, di tempat suci Maryam,
dimana Maryam biasanya menemukan bekal
sehari-hari dalam bentuk buah-buahan di luar musim, adalah tempat Nabi Zakaria as.
pergi untuk bersujud di hadapan Allah swt. dan memohon kepada-Nya untuk seorang
anak, dan disanalah Tuhan mengabulkan permintaannya.
Karena alasan-alasan ini, banyak
diantara orang saleh yang memperbanyak sujud melalui shalat-shalat sunah
setelah menyelesaikan shalat wajib mereka kepada Allah swt. Setiap kali mereka
menghadapi kesulitan, entah itu spiritual atau duniawi, mereka mencari
perlindungan pada Tuhan melalui sujud kepada-Nya.
Tempat-tempat dimana seorang
sufi bersujud akan menjadi saksi bagi ketaatan mereka pada Hari Kiamat. Karena
alasan inilah seseorang sering melihat para sufi berganti-ganti tempat dimana
mereka melakukan sujud ( shalat).
Kita diciptakan dalam gambaran
Tuhan dan diberikan penghormatan tertinggi dalam Hadirat Ilahi, semua yang
diminta dari penghormatan yang didapatkan oleh manusia adalah menundukkan kepala
kepada Ilahi yang merupakan cerminan
darimana kita terbentuk.
Duduk Diantara Dua Sujud Seperti
Huruf Dal ( د )
Duduk diantara dua sujud adalah sebuah indikasi memperoleh realita-realita dari nama-nama dan
sifat-sifat Ilahi. Karena duduk adalah
sebuah posisi yang menunjukkan keteguhan dalam sebuah tempat sebagaimana yang
dinyatakan dalam ayat Al-qur’an:
“Sesungguhnya
Sang Maha Pengasih berdiri diatas tahta-Nya”
Sujud yang kedua merupakan sebuah pangkalan dari
seorang hamba dan perjalanan kembali dari realitas Ilahi untuk menciptakan.
Bershalawat atas Nabi Muhammad saw. menunjukkan
pencapaian dari manusia yang sempurna, bagi seorang hamba merupakan sebuah
ekspresi pujian bagi Tuhan, Utusan-Nya dan hamba-Nya yang terpuji. Ini adalah
pangkalan dari kesempurnaan bagi sang utusan ( Nabi Muhammad saw. ) yang tidak
akan lengkap tanpa pencapaian dirinya dari realita-realita Ilahi, atas izin-Nya
lewat utusan-Nya dan semua hamba-hamba-Nya.
Dua bagian dari pernyataan keimanan yaitu La ilaha ill-Allah ( Tiada Tuhan Selain
Allah ) dan Muhammadun rasulullah (
dan Muhammad adalah utusan Allah ), menurut para ulama mengucapkan La ilaha ill-Allah menyimbolkan Sang Pencipta
dan Muhammadun rasulullah adalah simbol keseluruhan dari penciptaan. Mereka
yang beribadah terbagi menjadi dua komunikasi : satu diantaranya beribadah
kepada Tuhan dan yang kedua beribadah kepada sang utusan Tuhan, Nabi Muhammad
saw., pola dasar dari semua nabi dan
para utusan.
Dengan demikian, bagian pertama dari ibadah seorang hamba adalah
berkomunikasi dengan Ilahi yang berarti mengucapkan kata-kata suci kepada Tuhan
yang diwahyukan didalam Al-Qur’an lewat sujud dan duduk, memuji, mengagungkan,
dan memuliakan Tuhan.
Bagian yang lain, bershalawat atas Nabi saw.
menunjukkan seorang hamba mengalamatkan arah dan kepribadian sang Nabi sebagai
pemimpin dari peribadatan dan pemimpin umat, diikuti dengan memohon kepada
Tuhan untuk memberkati dirinya dan
keluarganya.
Dengan demikian para ulama menyatakan bahwa posisi
dari shalat menunjukkan pangkalan dari sang Nabi Muhammad saw, yang posisi
secara fisiknya mencerminkan sebuah bentuk dari nama surga sang Nabi, yaitu Ahmad, dimana huruf pertama Alif
melambangkan posisi berdiri, Ha melambangkan rukuk, Mim melambangkan bersujud,
dan Dal melambangkan duduk diantara dua sujud.
“ Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.”
( QS. Al-Baqarah : 153 )
***
Sekian
postingan dari saya dan semoga
bermanfaat...
Sumber : The Positions of Prayer oleh Syekh Hisham Kabbani http://www.nurmuhammad.com/pbuh/?p=1397
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.