Rupa
yang elok
Di manja jangan dimanja
Puja lah ia oh saja sekedar saja....
Di manja jangan dimanja
Puja lah ia oh saja sekedar saja....
( Lagu “Seroja”- S. Effendy)
Ketika orang-orang
berbicara tentang sejarah, sejarah tidak harus selalu dikaitkan dengan
geografi. Begitu pula ketika kita ingin mengkaji sejarah sebuah suku bangsa,
juga tak harus berkutat pada perubahan keadaan geografis di masa lalu. Memang,
tak bisa dipungkiri sejarah harus didukung bukti-bukti otentik dalam menggali
kebenarannya. Akan tetapi, masa lalu juga tak bisa direkontruksi kembali apa
yang terjadi sesungguhnya—karena semua telah terjadi pada waktu, tempat , dan
keadaan yang berbeda dari masa kini.
Beratus-ratus tahun atau
beribu-ribu tahun dahulu tidak ada yang dinamakan Malaysia, Indonesia, Brunei atau yang lainnya. Yang ada hanyalah
Alam Melayu atau Nusantara. Untuk membicarakan sejarah Melayu, kita sebaiknya
berpikir secara global atau lebih tepat secara Alam Melayu atau secara “Nusantara.”
Perkataan “Melayu” sudah diketahui oleh
bangsa-bangsa lain seperti yang terdapat dalam kitab-kitab Sansekerta, Tamil,
Persia, Cina dan Eropa menunjukkan bahwa bangsa ini telah lama ada. Sedangkan
perkataan “Nusantara” sampai saat
ini diketahui terdapat dalam Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah
Mada, seorang Mahapatih dari kerajaan
Majapahit (1334-1359). Gajah Mada
merupakan seorang negarawan hebat di Alam Melayu pada saat itu. Istilah Nusantara
yang disebut olehnya menunjukkan bahwa kata ini telah digunakan sejak sekian
lama di seluruh kepulauan Melayu.
Kata “Mala” ( Melayu ) adalah kata
yang diambil dari salah satu manuskrip kuno
yang menceritakan kehidupan, perjuangan untuk hidup, dan peperangan yang
terjadi di Nusantara beribu tahun dahulu. Mala sesungguhnya nama asli bangsa
ini. Bangsa Persia - Sumeria menggelari
bangsa Mala dengan nama Mala-Ur (
negeri Mala / kaum Mala). Tidaklah mengherankan jika para sarjana Tamil menamakan bangsa ini sebagai Malai-Ur atau Malayur. Karena, tentu mereka mengambil nama ini dari
manuskrip Sansekerta dan Avesta. Sebab,
bangsa Aryalah yang membawa budaya Veda dan warisan ilmu pengetahuan serta
kesusasteraan ke Benua Kecil India.
Kata Mala-Ur ini kemudian
berubah menjadi Melur ( salah satu
dari nama bunga ) di lidah orang Melayu. Para sarjana Cina menamakan pula bangsa ini Mo-Lo-Yue dan kata ini berasal dari
kata Ma-La-Yu. Sedangkan kata “Mala-Yu”
adalah nama yang diberikan oleh raja-raja Babilonia dan Asiria, karena “Yu” adalah akhiran ( suffix ) dalam
bahasa kuno Avesta yang merujuk kepada “budaya”,
pemikiran seterusnya kepada kaum itu sendiri. Dari suku kata “Mala”,
bangsa-bangsa kuno memberikan berbagai panggilan dengan penambahan akhiran yang
berbeda.
Bangsa Malai / Mala yang
mendominasi Nusantara pada waktu itu terdiri dari :
-Suku-suku Mala-Aborigine;
mereka biasanya berambut keriting, berkulit gelap, bertubuh pendek dan tinggal
di pinggir-pinggir hutan juga bukit. Sebagian besar mereka tinggal di kepulauan
Melayu hingga ke Pasifik seperti Hawai, Papua dan Easter.
-Suku-suku Kejawaan; mereka ini
berkulit sawo matang ( coklat cerah ) dan bertubuh tegap. Diantara mereka ada yang memiliki mata tak begitu
besar. Mereka adalah etnis Mala yang rajin dan suka mendominasi sesuatu.
-Suku Malai Polinesian yaitu
suku yang agak terbuka tentang identitas mereka.Warna kulit mereka bervariasi
dari yang gelap, coklat agak gelap, kuning langsat hingga cerah. Mereka ini
lebih terbuka dengan orang asing yang ingin mengenal mereka dan bersikap ramah.
Melayu Kedah ( termasuk suku semenanjung yang lain ), Aceh, Cham, Siam, Pattani
dan Bugis merupakan beberapa contoh suku-suku yang tergolong dalam kelompok
ini. Mereka begitu mementingkan kostum dan hiasan-hiasan pada tubuh mereka.
Mereka juga digelar kaum Tanah Besar karena
mayoritas mereka tinggal di Indo china hingga mencapai Yunani, dan
sebagian lain ada yang tinggal di
kepulauan seperti di Borneo dan Sulawesi.
Suku-suku tersebut merupakan
sebagian contoh kategori berdasarkan cara hidup dan perubahan geografi
yang mengubah suku-suku Mala ini di The
Land of The East. Hakikatnya mereka berasal dari rumpun yang sama yaitu NUSANTARA.
Bangsa
Mala yang tinggal di kepulauan seharusnya berasal dari Daratan juga, tetapi ada
tiga kemungkinan :
1.Apakah
mereka datang dari Tanah Kanaan, ke Himalaya, menyeberangi Sungai Mekong ke
Yunnan, kemudian turun ke Benua Siam (Indocina) dan berlayar ke Kepulauan
Melayu. ( Teori Ibrahim-Keturah )
2.Atau
dari Tanah Kanaan, mereka menuju ke laut dan berlayar ke kepulauan Melayu (Teori
Pelayaran Raja Mus )
3.Mereka
memang hidup di tanah Daratan tetapi perubahan geografis menyebabkan Tanah
Besar secara terpisah menyebabkan pulau-pulau tersebut. (Teori Lemuria dan
pencairan es di akhir Zaman Es dan Teori Hanyutan Benua)
Mala artinya
bunga atau wewangian. Mala merupakan kata dasar bagi nama bunga Melati dan Melur; dua bunga
yang menjadi lambang pemujaan dalam
mistik dan kesusasteraan Melayu. Orang Melayu adalah bangsa bunga dan wangi-wangian,
ini adalah karakter misteri yang sulit diselidiki oleh orang lain kecuali orang Melayu sendiri. Setiap
orang Melayu yang memahami rahasia bangsanya akan mengetahui rahasia ini. Hanya
orang Melayu yang mengenal rahasia Melayu.
Nama gadis-gadis Melayu dahulu kala sering kali
diberi nama Melati atau Melur, menunjukkan nama dua bunga ini adalah nama yang
tertua dan terkenal sekali di kalangan bangsa Mala. Gadis yang bernama Mala, Melur atau Melati
adalah lambang dari gadis suci yang penuh sopan-santun dan adat Melayu
ketimuran. Para gadisnya gemar menyelipkan bunga di celah telinga mereka
mengingatkan pada rahasia yang terpendam dalam sejarah bangsa Mala.
Lambang bunga juga dijadikan simbol kerajaan Melayu
kuno, serta menjadi motif bagi nisan para raja besar mereka. Pada pintu gerbang
kota terdapat lambang bunga, serta pada
senjata-senjata, seperti meriam-meriam kerajaan Melayu dahulu kala. Kegemaran
bangsa Melayu menjadikan bunga sebagai lambang kerajaan mereka diwarisi oleh
Indonesia yang menjadikan Bunga Melati sebagai bunga kebangsaan dan Malaysia memilih Bunga Raya sebagai bunga resmi
negara mereka.
Bunga mendapat tempat yang istimewa didalam
kehidupan orang Melayu baik dari segi budaya, sastra maupun mistik. Kita dapat menemukan sebuah kisah berjudul “Tun
Mamat di Gunung Ledang.” Selain tokoh
manusia didalam kisah itu, juga terdapat tokoh para bunga yang berbicara layaknya manusia,
bunga-bunga digunakan penulisnya untuk menerangkan suasana mistik yang
menyelimuti Tun Mamat ketika di Gunung Ledang.
Mandi bunga merupakan ritual orang Melayu tradisonal yang
mempunyai unsur-unsur yang sudah bercampur aduk antara kepercayaan Dinamisme,
Hinduisme dan Islam. Dinamisme adalah pemujaan terhadap
roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu,
seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu
sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Dalam bidang antropologi,
kekuatan ini disebut “mana”,
dengan meminjam istilah tersebut dari rumpun suku Polynesia.
Mana tersebut disebut “sahala” oleh orang Batak dan “kesakten” oleh orang Jawa. Sedangkan di
kalangan orang Melayu tradisional, ‘mana’ dikenali sebagai ‘semangat’ seperti yang dipahami oleh
mereka dalam insiden “lemah semangat”,
“kus semangat” dan sebagainya. Mana bagi golongan tertentu mempunyai
gelaran yang khusus. Mana bagi raja-raja dikenal sebagai “daulat” dan “tulah”. Sedangkan mana
bagi para ahli agama baik golongan pawang dan dukun pada zaman Dinamisme, sami
dan pandita pada zaman Hinduisme-Buddhisme, maupun alim ulama pada zaman Islam,
disebut sebagai “berkat” dan “keramat.”
Kebiasaan mandi bunga juga adalah salah satu rahasia
pengobatan orang Melayu kuno sebelum terapi bunga ditemukan oleh orang Barat.
Selain bunga melati yang mendapat tempat khusus
pada orang Melayu, bunga-bunga tertentu
juga sama istimewa dalam pandangan bangsa ini. Seperti, bunga Kamboja (Plumeria
acuminata, famili Apocynaceae ), adalah salah satu bunga kuno yang
dihormati bangsa Mala. Bunga Kamboja sering kita temukan di kuburan-kuburan orang
Melayu. Ini menunjukkan terdapat warisan ritual bunga-bungaan pada masa silam
yang masih melekat dalam masyarakat modern orang Melayu hingga hari ini. Kehadiran bunga Kamboja di areal pemakaman
orang Melayu amatlah mengundang perasaan aneh dan misteri. Bunga ini mungkin melambangkan
kematian atau kehidupan sesudah mati. Kebiasaan yang lazim menaburkan bunga di
pemakaman bukanlah hasil jiplakan dari budaya bangsa lain. Akan tetapi ini adalah budaya Melayu kuno yang telah ada
dari zaman ke zaman.
Di Hawai ( nenek moyang mereka adalah dari Proto
Mala), kalungan bunga Kamboja dipakai untuk menyambut tamu / orang asing. Nama
kerajaan kuno Melayu yang membangun Angkor Wat diambil dari nama bunga ini.
Sesungguhnya, Angkor Wat asalnya adalah istana kota bangsa Mala sebelum
diduduki oleh etnis Khmer dan kemudian
hari di ana sini mengikuti kepercayaan Buddha mereka.
Bunga Cempaka ( Allamanda
family Araceae) juga merupakan
bunga yang mendapat tempat pada budaya dan kesusasteraan Melayu kuno. Bunga ini
selalu digunakan di dalam seloka,
gurindam dan juga prosa Melayu dahulu kala. Manuskrip Melayu kuno dinamakan” Cempaka Sari” dan nama kerajaan kuno
Melayu dahulu kala juga diambil dari nama bunga ini. Bunga Teratai ( Nymphaea famili Nymphaeaceae ) dan Seroja ( Nelumbo nucifera famili Nelumbonaceae) selalu dipilih untuk menghiasi bagian atas
pada nisan raja-raja Melayu.
Kehidupan orang Melayu begitu dekat dengan bunga, mereka mengetahui
rahasia dan kekuatan setiap bunga-bunga tersebut. Pemandangan yang tak begitu
asing jika kita melihat rumah orang Melayu
di kampung-kampung terdapat berbagai jenis bunga yang biasanya ditanam di
halaman rumah. Gadis-gadis Melayu secara alami memiliki naluri untuk menanam
bunga di halaman rumah ketika telah menikah meskipun mereka tinggal di sebuah
rumah atau lahan yang sempit.
Karena itu, apabila seorang gadis dari Nusantara
telah dipersunting oleh seorang lelaki terhormat dari Tanah
Kanaan,sumber-sumber Yudeo-Sumeria menyebutkan
gadis itu akan digelari “Keturah” ( kemenyan
/ wangi-wangian ) dalam bahasa Ibrani, menunjukkan nama sebenarnya gadis
itu kemungkinan adalah Melur, Melati
atau Damar wangi dalam sebutan Nusantara.
Lambang ritual masyarakat Melayu adalah Kemenyan ( Styrax benzoin Dryand ). Dunia perdukunan orang Melayu tidak sah jika tidak menyertakan
wangi-wangian ini. Selain dijadikan alat perdukunan, kemenyan digunakan di istana-istana
raja sebagai pewangi dan selalu dibakar
didalam tempat dupa berukir yang indah.
Oleh karena itu, para Firaun secara rahasia mendatangkan
rempah-rempah dan kemenyan dari Kepulauan Melayu. Di Kuil Hatshepshut, terukir kisah-kisah pelayaran delegasi Firaun
ke Nusantara, dan terdapat ukiran pohon-pohon besar yang amat rindang seperti,
pohon Jati. Pohon-pohon besar ini juga ada yang dibawa ke Mesir untuk di tanam
disana. Rempah adalah satu bahan yang penting dalam kehidupan mistik didalam
istana Firaun dan rahib-rahib Yudea Kuno. Para ahli sihir Firaun adakalanya
menaburkan rempah-rempah didalam persembahan sihir mereka. Karena bau
rempah-rempah yang harum dan beraroma ini menimbulkan sensasi dan ilusi; serta
membantu dalam pekerjaan sihir mereka.
Rempah-ratus juga digunakan untuk upacara
pengawetan mayat. Mumi-mumi Firaun diawet dengan menggunakan segala rempah – rempah ini terutama kapur
barus, dipercaya didatangkan melalui pelabuhan yang terletak di Barus, Sumatera
Utara. Kemenyan juga dicatat penggunaannya didalam budaya Yahudi Kuno pada ritual-ritual
mereka termasuk menyambut kelahiran bayi.
Kemenyan dalam bahasa Inggris adalah Benzoin Resin, dan resin artinya damar
atau getah kemenyan. Perkataan “Benzoin”
( Banjawin, Benjamin ) berasal dari
bahasa Arab yaitu Lubban Jawi. Perkataan “Jawi”
adalah nama tempat kemenyan itu diambil yaitu Tanah Jawi/Jawa, dan ini adalah
fakta bahwa para pedagang Arab menyadari
darimana kemenyan berasal.
Sebagai
contoh kemenyan dari Sumatra ( S.Benzoin - Sumatra benzoin ), kemenyan
dari Benua Siam ( S. tonkinensis - Siam
benzoin ) dan kemenyan Jawa ( Javan
frankincense ). Namun kemenyan dari Jawa ini adalah yang terbaik dan memiliki kasta
tertinggi, kerap dijual dengan harga yang mahal. Karena wangian kemenyan tersebut
bukan berasal dari bunga tetapi getah resin (damar) asli yang berbau wangi.
Kemenyan merupakan pohon yang biasanya ditemui di Kepulauan Melayu dan segala
rempah kemenyan ini hanya dapat ditemukan di Nusantara.
Kebiasaan membakar asap dalam agama Hindu sebenarnya
berasal dari Nusantara. Sebab pedagang
India mendapatkan kemenyan terbaik dari
Nusantara. Ini tidaklah mengherankan jika pembaca memahami hubungan rahasia
orang Melayu dengan budaya Weda, Brahmin
dan agama Ibrahim yang di bawa ke Benua India beribu tahun dahulu.
Mengapa kerajaan-kerajaan Eropa
berlomba-lomba ingin menguasai Selat Melaka? faktor terbesar ialah untuk
menguasai perdagangan rempah. Rempah - rempah adalah bahan yang penting
untuk menghangatkan tubuh, sebagai obat-obatan dan rempah untuk masakan. Dan
perdagangan rempah sebenarnya telah dikuasai oleh pelabuhan-pelabuhan Melayu.
Mengapa ? Pada zaman dahulu ketika para pedagang Eropa mendapat perbekalan rempah dari pedagang
India dan Arab, mereka tertanya-tanya dari manakah para pedagang Arab dan India
ini memperoleh rempah tersebut dalam
jumlah yang banyak? Ini membuat mereka berusaha untuk mengetahui sumber segala rempah ini dan berharap dapat menguasai tempat dimana
rempah-rempah ini berasal.
Bangsa misteri ini telah sekian
lama menghasilkan wangi-wangian untuk tujuan pengobatan, mistik atau mengawetkan
sesuatu. Bangsa Melayu selain menggunakan bunga-bungaan,sering juga menggunakan
rempah-rempah untuk mewangikan ruangan rumah atau balai. Bunga, haruman dan
wangi-wangian adalah salah satu kode rahasia bangsa misteri. Jika kita ingin mengenali bangsa ini, kita perlu mengetahui apa lambang bunga dan wangi-wangian
bangsa Melayu.
Patah tumbuh hilang berganti
Tak melayu hilang di bumi ....
***
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua....
Sumber :
-Rahsia bangsa Bunga dan Wangian
-Ekspedisi para Firaun
-Bangsa mistik bunga-bungaan
-Apa yang dipelajari oleh para Firaun dari mistik bangsa bunga?
-Kemenyan,Keturah dan Qathura
-Teori Ibnu Athir
-Gadis Suci Wangi-wangian
-Seroja dan Kemboja
-Emperor Cambyses dan Iran Kuno
-Ke manakah saudara-saudara Mala yang lain?
-Scythia dan Madayu
-Puteri Bunga dari Timur Jauh
-Ramayana dan Mahabharata
-Peperangan di antara raja-raja Babilon dan Mala
-Budaya Vedic di Benua Kecil
-Kerajaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
-Negarakota-negarakota Bangsa Mala
-Empayar-empayar Melayu di The Land of Gods
-Warisan dari Emperor agung
-Brahman dan Saraswathy
-Petunjuk ke-7 dan ke-13 dari bunga dan wangi-wangian
-Wasiat Terakhir Abraham
-Pencarian Tanah Wangi-wangian
-The Guardian of The Promised Land
-Amuhia,puteri Madayu atau Malayu?
-Sekuntum bunga buat Emperor purba di Babylon
-Cinta Gadis Misteri
-Ekspedisi para Firaun
-Bangsa mistik bunga-bungaan
-Apa yang dipelajari oleh para Firaun dari mistik bangsa bunga?
-Kemenyan,Keturah dan Qathura
-Teori Ibnu Athir
-Gadis Suci Wangi-wangian
-Seroja dan Kemboja
-Emperor Cambyses dan Iran Kuno
-Ke manakah saudara-saudara Mala yang lain?
-Scythia dan Madayu
-Puteri Bunga dari Timur Jauh
-Ramayana dan Mahabharata
-Peperangan di antara raja-raja Babilon dan Mala
-Budaya Vedic di Benua Kecil
-Kerajaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
-Negarakota-negarakota Bangsa Mala
-Empayar-empayar Melayu di The Land of Gods
-Warisan dari Emperor agung
-Brahman dan Saraswathy
-Petunjuk ke-7 dan ke-13 dari bunga dan wangi-wangian
-Wasiat Terakhir Abraham
-Pencarian Tanah Wangi-wangian
-The Guardian of The Promised Land
-Amuhia,puteri Madayu atau Malayu?
-Sekuntum bunga buat Emperor purba di Babylon
-Cinta Gadis Misteri
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.