Thursday, January 24, 2019

MELAYU : Sebuah Legenda Tentang Bangsa Bunga




Mari menyusun seroja, Bunga seroja
Hiasan sanggul remaja, Puteri remaja
Rupa yang elok
Di manja jangan dimanja
Puja lah ia oh saja sekedar saja....
( Lagu “Seroja”- S. Effendy)

Ketika orang-orang berbicara tentang sejarah, sejarah tidak harus selalu dikaitkan dengan geografi. Begitu pula ketika kita ingin mengkaji sejarah sebuah suku bangsa, juga tak harus berkutat pada perubahan keadaan geografis di masa lalu. Memang, tak bisa dipungkiri sejarah harus didukung bukti-bukti otentik dalam menggali kebenarannya. Akan tetapi, masa lalu juga tak bisa direkontruksi kembali apa yang terjadi sesungguhnya—karena semua telah terjadi pada waktu, tempat , dan keadaan yang berbeda dari masa kini.  

Beratus-ratus tahun atau beribu-ribu tahun dahulu tidak ada yang dinamakan Malaysia, Indonesia,  Brunei atau yang lainnya. Yang ada hanyalah Alam Melayu atau Nusantara. Untuk membicarakan sejarah Melayu, kita sebaiknya berpikir secara global atau lebih tepat secara Alam Melayu atau secara “Nusantara.” 

Perkataan “Melayu sudah diketahui oleh bangsa-bangsa lain seperti yang terdapat dalam kitab-kitab Sansekerta, Tamil, Persia, Cina dan Eropa menunjukkan bahwa bangsa ini telah lama ada. Sedangkan perkataan “Nusantara  sampai saat  ini diketahui terdapat dalam Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada, seorang Mahapatih  dari kerajaan Majapahit (1334-1359). Gajah Mada merupakan seorang negarawan hebat di Alam Melayu pada saat itu. Istilah Nusantara yang disebut olehnya menunjukkan bahwa kata ini telah digunakan sejak sekian lama di seluruh kepulauan Melayu. 

Kata “Mala” ( Melayu )  adalah kata yang diambil dari salah satu manuskrip kuno  yang menceritakan kehidupan, perjuangan untuk hidup, dan peperangan yang terjadi di Nusantara beribu tahun dahulu. Mala sesungguhnya nama asli bangsa ini. Bangsa Persia - Sumeria menggelari bangsa Mala dengan nama Mala-Ur ( negeri Mala / kaum Mala). Tidaklah  mengherankan jika para sarjana Tamil  menamakan bangsa ini sebagai Malai-Ur atau Malayur.  Karena,  tentu mereka mengambil nama ini dari manuskrip Sansekerta dan Avesta.  Sebab, bangsa Aryalah yang membawa budaya Veda dan warisan ilmu pengetahuan serta kesusasteraan ke Benua Kecil India.

Kata Mala-Ur ini kemudian berubah menjadi Melur ( salah satu dari nama bunga ) di lidah orang Melayu. Para sarjana Cina  menamakan pula bangsa ini Mo-Lo-Yue dan kata ini berasal dari kata Ma-La-Yu. Sedangkan kata “Mala-Yu” adalah nama yang diberikan oleh raja-raja Babilonia dan Asiria, karena “Yu” adalah akhiran ( suffix ) dalam bahasa kuno Avesta yang merujuk kepada “budaya”, pemikiran seterusnya kepada kaum itu sendiri. Dari suku kata “Mala”, bangsa-bangsa kuno memberikan berbagai panggilan dengan penambahan akhiran yang berbeda.

Bangsa Malai / Mala yang mendominasi Nusantara pada waktu itu terdiri dari : 

-Suku-suku Mala-Aborigine; mereka biasanya berambut keriting, berkulit gelap, bertubuh pendek dan tinggal di pinggir-pinggir hutan juga bukit. Sebagian besar mereka tinggal di kepulauan Melayu hingga ke Pasifik seperti Hawai, Papua dan Easter. 

-Suku-suku Kejawaan; mereka ini berkulit sawo matang ( coklat cerah ) dan bertubuh tegap. Diantara  mereka ada yang memiliki mata tak begitu besar. Mereka adalah etnis Mala yang rajin dan suka mendominasi sesuatu. 

-Suku Malai Polinesian yaitu suku yang agak terbuka tentang identitas mereka.Warna kulit mereka bervariasi dari yang gelap, coklat agak gelap, kuning langsat hingga cerah. Mereka ini lebih terbuka dengan orang asing yang ingin mengenal mereka dan bersikap ramah. Melayu Kedah ( termasuk suku semenanjung yang lain ), Aceh, Cham, Siam, Pattani dan Bugis merupakan beberapa contoh suku-suku yang tergolong dalam kelompok ini. Mereka begitu mementingkan kostum dan hiasan-hiasan pada tubuh mereka. Mereka juga digelar kaum Tanah Besar karena mayoritas  mereka tinggal di  Indo china hingga mencapai Yunani, dan sebagian  lain ada yang tinggal di kepulauan seperti di Borneo dan Sulawesi.

Suku-suku tersebut merupakan sebagian contoh  kategori  berdasarkan cara hidup dan perubahan geografi yang mengubah suku-suku  Mala ini di The Land of The East. Hakikatnya mereka berasal dari rumpun yang sama yaitu NUSANTARA.

Bangsa Mala yang tinggal di kepulauan seharusnya berasal dari Daratan juga, tetapi ada tiga kemungkinan :
1.Apakah mereka datang dari Tanah Kanaan, ke Himalaya, menyeberangi Sungai Mekong ke Yunnan, kemudian turun ke Benua Siam (Indocina) dan berlayar ke Kepulauan Melayu. ( Teori Ibrahim-Keturah )
2.Atau dari Tanah Kanaan, mereka menuju ke laut dan berlayar ke kepulauan Melayu (Teori Pelayaran Raja Mus )
3.Mereka memang hidup di tanah Daratan tetapi perubahan geografis menyebabkan Tanah Besar secara terpisah menyebabkan pulau-pulau tersebut. (Teori Lemuria dan pencairan es di akhir Zaman Es dan Teori Hanyutan Benua) 

Mala  artinya  bunga atau wewangian. Mala merupakan kata dasar  bagi nama bunga Melati dan Melur; dua bunga yang menjadi lambang pemujaan  dalam mistik dan kesusasteraan Melayu. Orang Melayu adalah bangsa bunga dan wangi-wangian, ini adalah karakter misteri yang sulit diselidiki  oleh orang lain kecuali orang Melayu sendiri. Setiap orang Melayu yang memahami rahasia bangsanya akan mengetahui rahasia ini. Hanya orang Melayu yang mengenal rahasia Melayu. 

Nama gadis-gadis Melayu dahulu kala sering kali diberi nama Melati atau Melur, menunjukkan nama dua bunga ini adalah nama yang tertua dan terkenal sekali di kalangan bangsa Mala.  Gadis yang bernama Mala, Melur atau Melati adalah lambang dari gadis suci yang penuh sopan-santun dan adat Melayu ketimuran. Para gadisnya gemar menyelipkan bunga di celah telinga mereka mengingatkan pada rahasia yang terpendam dalam sejarah bangsa Mala. 

Lambang bunga juga dijadikan simbol kerajaan Melayu kuno, serta menjadi motif bagi nisan para raja besar mereka. Pada pintu gerbang kota  terdapat lambang bunga, serta pada senjata-senjata, seperti meriam-meriam kerajaan Melayu dahulu kala. Kegemaran bangsa Melayu menjadikan bunga sebagai lambang kerajaan mereka diwarisi oleh Indonesia yang menjadikan Bunga Melati sebagai bunga kebangsaan dan  Malaysia memilih Bunga Raya sebagai bunga resmi negara mereka.

Bunga  mendapat tempat yang istimewa didalam kehidupan orang Melayu baik dari segi budaya, sastra maupun mistik.  Kita dapat menemukan sebuah kisah  berjudul “Tun Mamat di Gunung Ledang.”  Selain tokoh manusia didalam kisah itu, juga terdapat tokoh  para bunga yang berbicara layaknya manusia, bunga-bunga digunakan penulisnya untuk menerangkan suasana mistik yang menyelimuti Tun Mamat ketika di Gunung Ledang. 

Mandi bunga  merupakan ritual orang Melayu tradisonal yang mempunyai unsur-unsur yang sudah bercampur aduk antara kepercayaan Dinamisme, Hinduisme dan  Islam. Dinamisme adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Dalam bidang antropologi, kekuatan  ini  disebut “mana”, dengan meminjam istilah tersebut dari  rumpun suku Polynesia. 

Mana tersebut disebut “sahala” oleh orang Batak dan “kesakten” oleh orang Jawa. Sedangkan di kalangan orang Melayu tradisional, ‘mana’ dikenali sebagai ‘semangat’ seperti yang dipahami oleh mereka dalam insiden “lemah semangat”, “kus semangat” dan sebagainya. Mana bagi golongan tertentu mempunyai gelaran yang khusus. Mana  bagi raja-raja dikenal sebagai “daulat” dan “tulah”. Sedangkan mana bagi para ahli agama baik golongan pawang dan dukun pada zaman Dinamisme, sami dan pandita pada zaman Hinduisme-Buddhisme, maupun alim ulama pada zaman Islam, disebut sebagai “berkat” dan “keramat.”
Kebiasaan  mandi bunga juga adalah salah satu rahasia pengobatan orang Melayu kuno sebelum terapi bunga ditemukan oleh orang Barat.

Selain bunga melati yang mendapat tempat khusus pada orang Melayu, bunga-bunga  tertentu juga sama istimewa dalam pandangan bangsa ini. Seperti, bunga Kamboja  (Plumeria acuminata, famili Apocynaceae ), adalah salah satu bunga kuno yang dihormati bangsa Mala. Bunga Kamboja  sering kita temukan di kuburan-kuburan orang Melayu. Ini menunjukkan terdapat warisan ritual bunga-bungaan pada masa silam yang masih melekat dalam masyarakat modern orang Melayu hingga hari  ini. Kehadiran bunga Kamboja di areal pemakaman orang Melayu amatlah mengundang perasaan aneh dan misteri. Bunga ini mungkin melambangkan kematian atau kehidupan sesudah mati. Kebiasaan yang lazim menaburkan bunga di pemakaman bukanlah hasil jiplakan dari budaya bangsa lain. Akan tetapi  ini adalah budaya Melayu kuno yang telah ada dari zaman ke zaman.

Di Hawai ( nenek moyang mereka adalah dari Proto Mala), kalungan bunga Kamboja dipakai untuk menyambut tamu / orang asing. Nama kerajaan kuno Melayu yang membangun Angkor Wat diambil dari nama bunga ini. Sesungguhnya, Angkor Wat asalnya adalah istana kota bangsa Mala sebelum diduduki oleh etnis Khmer dan kemudian hari di ana sini mengikuti kepercayaan Buddha mereka.

Bunga Cempaka ( Allamanda family Araceae)   juga merupakan bunga yang mendapat tempat pada budaya dan kesusasteraan Melayu kuno. Bunga ini selalu  digunakan di dalam seloka, gurindam dan juga prosa Melayu dahulu kala. Manuskrip Melayu kuno dinamakan” Cempaka Sari” dan nama kerajaan kuno Melayu dahulu kala juga diambil dari nama bunga ini.  Bunga Teratai ( Nymphaea famili Nymphaeaceae ) dan Seroja ( Nelumbo nucifera famili Nelumbonaceae)  selalu dipilih untuk menghiasi bagian atas pada nisan raja-raja Melayu.

Kehidupan orang Melayu  begitu dekat dengan bunga, mereka mengetahui rahasia dan kekuatan setiap bunga-bunga tersebut. Pemandangan yang tak begitu asing jika kita melihat  rumah orang Melayu di kampung-kampung terdapat berbagai jenis bunga yang biasanya ditanam di halaman rumah. Gadis-gadis Melayu secara alami memiliki naluri untuk menanam bunga di halaman rumah ketika telah menikah meskipun mereka tinggal di sebuah rumah atau lahan yang sempit.  

Karena itu, apabila seorang gadis dari Nusantara telah dipersunting oleh seorang lelaki terhormat dari Tanah Kanaan,sumber-sumber Yudeo-Sumeria menyebutkan gadis itu akan digelari “Keturah” ( kemenyan / wangi-wangian ) dalam bahasa Ibrani, menunjukkan nama sebenarnya gadis itu kemungkinan adalah Melur, Melati  atau Damar wangi dalam sebutan Nusantara. 

Lambang ritual masyarakat Melayu  adalah Kemenyan ( Styrax benzoin Dryand ). Dunia perdukunan orang  Melayu tidak sah jika tidak menyertakan wangi-wangian ini. Selain dijadikan alat perdukunan, kemenyan digunakan di istana-istana raja sebagai pewangi dan  selalu dibakar didalam tempat dupa  berukir yang indah.   
Oleh karena itu, para Firaun secara rahasia mendatangkan rempah-rempah dan kemenyan dari Kepulauan Melayu. Di Kuil Hatshepshut,  terukir kisah-kisah pelayaran delegasi Firaun ke Nusantara, dan terdapat ukiran pohon-pohon besar yang amat rindang seperti, pohon Jati. Pohon-pohon besar ini juga ada yang dibawa ke Mesir untuk di tanam disana. Rempah adalah satu bahan yang penting dalam kehidupan mistik didalam istana Firaun dan rahib-rahib Yudea Kuno. Para ahli sihir Firaun adakalanya menaburkan rempah-rempah didalam persembahan sihir mereka. Karena bau rempah-rempah yang harum dan beraroma ini menimbulkan sensasi dan ilusi; serta membantu dalam pekerjaan sihir mereka. 

Rempah-ratus juga digunakan untuk upacara pengawetan mayat. Mumi-mumi Firaun diawet dengan menggunakan  segala rempah – rempah ini terutama kapur barus, dipercaya didatangkan melalui pelabuhan yang terletak di Barus, Sumatera Utara. Kemenyan juga dicatat penggunaannya didalam budaya Yahudi Kuno pada ritual-ritual mereka termasuk menyambut kelahiran bayi. 

Kemenyan dalam bahasa Inggris adalah Benzoin Resin, dan resin artinya damar atau getah kemenyan. Perkataan “Benzoin” ( Banjawin, Benjamin ) berasal dari bahasa Arab yaitu Lubban Jawi. Perkataan “Jawi” adalah nama tempat kemenyan itu diambil yaitu Tanah Jawi/Jawa, dan ini adalah fakta bahwa para pedagang Arab menyadari  darimana kemenyan berasal.
Sebagai  contoh  kemenyan dari Sumatra ( S.Benzoin - Sumatra benzoin ), kemenyan dari Benua Siam ( S. tonkinensis - Siam benzoin ) dan kemenyan Jawa ( Javan frankincense ). Namun kemenyan dari Jawa  ini adalah yang terbaik dan memiliki kasta tertinggi, kerap dijual dengan harga yang mahal. Karena wangian kemenyan tersebut bukan berasal dari bunga tetapi getah resin (damar) asli yang berbau wangi. Kemenyan merupakan pohon yang biasanya ditemui di Kepulauan Melayu dan segala rempah kemenyan ini hanya dapat ditemukan di Nusantara. 

Kebiasaan membakar asap dalam agama Hindu sebenarnya berasal dari Nusantara. Sebab  pedagang India mendapatkan  kemenyan terbaik dari Nusantara. Ini tidaklah mengherankan jika pembaca memahami hubungan rahasia orang Melayu dengan budaya Weda, Brahmin dan agama Ibrahim yang di bawa ke Benua India beribu tahun dahulu. 

Mengapa kerajaan-kerajaan Eropa berlomba-lomba ingin menguasai Selat Melaka? faktor terbesar ialah untuk menguasai perdagangan rempah. Rempah - rempah  adalah bahan yang penting untuk menghangatkan tubuh, sebagai obat-obatan dan rempah untuk masakan. Dan perdagangan rempah sebenarnya telah dikuasai oleh pelabuhan-pelabuhan Melayu. Mengapa ? Pada zaman dahulu ketika para pedagang Eropa  mendapat perbekalan rempah dari pedagang India dan Arab, mereka tertanya-tanya dari manakah para pedagang Arab dan India ini memperoleh  rempah tersebut dalam jumlah yang banyak? Ini membuat mereka berusaha untuk mengetahui sumber segala rempah  ini dan berharap dapat menguasai tempat dimana rempah-rempah ini berasal.

Bangsa misteri ini telah sekian lama menghasilkan wangi-wangian untuk tujuan pengobatan, mistik atau mengawetkan sesuatu. Bangsa Melayu selain menggunakan bunga-bungaan,sering juga menggunakan rempah-rempah untuk mewangikan ruangan rumah atau balai. Bunga, haruman dan wangi-wangian adalah salah satu kode rahasia bangsa misteri. Jika kita ingin mengenali bangsa ini, kita perlu mengetahui apa lambang bunga dan wangi-wangian bangsa Melayu.

Patah tumbuh hilang berganti
Tak melayu hilang di bumi ....
                                                                                    ***

 Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua....

Sumber :
-Rahsia bangsa Bunga dan Wangian
-Ekspedisi para Firaun
-Bangsa mistik bunga-bungaan
-Apa yang dipelajari oleh para Firaun dari mistik bangsa bunga?
-Kemenyan,Keturah dan Qathura
-Teori Ibnu Athir
-Gadis Suci Wangi-wangian
-Seroja dan Kemboja
-Emperor Cambyses dan Iran Kuno
-Ke manakah saudara-saudara Mala yang lain?
-Scythia dan Madayu
-Puteri Bunga dari Timur Jauh
-Ramayana dan Mahabharata
-Peperangan di antara raja-raja Babilon dan Mala
-Budaya Vedic di Benua Kecil
-Kerajaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
-Negarakota-negarakota Bangsa Mala
-Empayar-empayar Melayu di The Land of Gods
-Warisan dari Emperor agung
-Brahman dan Saraswathy
-Petunjuk ke-7 dan ke-13 dari bunga dan wangi-wangian
-Wasiat Terakhir Abraham
-Pencarian Tanah Wangi-wangian
-The Guardian of The Promised Land
-Amuhia,puteri Madayu atau Malayu?
-Sekuntum bunga buat Emperor purba di Babylon
-Cinta Gadis Misteri
 


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Silahkan tinggalkan komentar anda yang berhubungan dengan artikel.
No sara / pornografi.

Dabo Singkep

Welcome To Dabo Singkep Island

Sudah pernahkah kamu   mendengar sebuah pulau   bernama Dabo Singkep? Bagi yang sudah mendengarnya, mereka akan tahu dimana letak pu...