Bahasa Burung, Language of The Birds

 

Bahasa burung adalah bahasa yang namanya didapatkan dari gagasan kuno bahwa ada sebuah bahasa ajaib yang digunakan oleh burung-burung untuk berkomunikasi dengan manusia & para dewa. Dalam mitologi Eropa, Abrahamik, okultisme, dan kesusastraan abad pertengahan, bahasa burung dianggap sebagai sesuatu yang gaib, bahasa ilahi yang sempurna, bahasa Adamik, Enochian, bahasa malaikat, bahasa sihir yang digunakan oleh burung-burung untuk berkomunikasi dengan mereka yang tercerahkan. 

Sebagai contoh dalam mitologi Nordik, Odin memiliki 2 ekor gagak bernama Hugin & Muninn. Sedangkan dalam kisah nabi Sulaiman as, burung Hudhud ( latin: Upupa ) dikenal sebagai pembawa surat. Burung Hudhud juga menjadi penunjuk bagi nabi Sulaiman as, karena burung ini dapat menemukan air dibawah tanah. Leluhur kita memandang burung sebagai lambang pikiran & ingatan. 

Menariknya, tulisan Mesir kuno juga terkadang disebut dengan "Alfabet Burung-Burung." Tidak satu pun yang tahu sejak kapan bahasa burung berganti dengan bahasa simbolis tertulis, bagaimanapun sebagian besar para sejarawan magi pada abad pertengahan seperti troubadour (para pemusik yang menampilkan lirik-lirik puitis Occitan kuno) mulai menggunakan bahasa ini sebagai bahasa rahasia ketika berhubungan dengan tarot. 

Banyak tulisan yang pada waktu itu dikenal sebagai "Teks-Teks Bahasa Hijau" mulai menggunakan simbologi tersembunyi. Rosikrusian, Freemason, & para alkemis, faktanya memasukkan bahasa ini kedalam ide serta tulisan mereka. Dalam alkemis, bahasa tersebut lebih sulit dimengerti dengan simbol-simbol yang sungguh artistik dalam aliran Hermetik. Para calon anggota perkumpulan rahasia di abad pertengahan berkomunikasi menggunakan bahasa burung atau yang mereka sebut sebagai "Bahasa Hijau." 

Bahasa Hijau dapat ditemukan dalam berbagai karya seperti : Midsummer Night's Dream (Shakespeare), The Chymical Wedding of Christian Rosencruz, Nostradamus Quatrain's, dan teks-teks alkimia. 

Bahasa burung juga disebutkan dalam teks-teks sufi dan karya lainnya. Fariduddin Attar ( 1146-1121) seorang penyair sufi Persia menulis puisi yang terkesan berjudul Mantiqu't-Thair. Puisi ini lalu diterjemahkan kedalam bahasa inggris menjadi The Conference of Birds (Musyawarah Burung). Puisi tersebut memiliki watak mistis religius terdiri lebih dari 500 baris puisi alegoris yang menyoroti perjuangan manusia untuk mencapai pencerahan. Puisi diawali dengan sebuah sambutan terperinci dari tiap burung. 

Banyak penyair islam terutama sekali para penyair sufi meminjam gagasan dari bahasa burung atau "logika" burung-burung sebagai sebuah cara berkomunikasi yang mampu menyampaikan banyak hal dan sebagai bentuk kesatuan dari pengetahuan yang media lain tak bisa melakukannya. 

Meskipun bahasa burung digunakan berabad-abad setelahnya, namun itu tidak memberikan dampak penting bagi para alkemis hingga akhir abad ke-19 sampai alkemis Prancis, Fulcanelli hadir. Sangat sedikit penulis yang dapat menjelaskan bahasa ini. 

Ia memiliki karakter & kehidupannya begitu misterius. Faktanya, nama Fulcanelli sendiri merupakan nama samaran yang ia gunakan untuk karya-karyanya. Ia sering dipanggil dengan nama master alkemis / alkemis terakhir. Tradisi alkemis abad pertengahan kemudian hilang bersama dirinya. 

Fulcanelli

Bahasa burung memiliki sistem & cara-cara yang beragam selama ribuan tahun. Pada waktu berdirinya kota Roma tahun 753 SM, Romulus & Remus dikatakan telah sepakat di bukit mana untuk mendirikan bangunan pertama kali, menggunakan Augury. Augury adalah sebuah bentuk ramalan dengan burung. Formasi terbang, suara, & jenis burung (sebuah bahasa burung) dipercaya menyatakan keinginan Tuhan/dewa. Romulus melihat lebih banyak burung daripada Remus, yang berarti kemenangan, & mendirikan bangunan di sekitar bukit Palatine. Dari mitos ini, bahasa burung dikenal sebagai komunikasi dari "Kehendak yang di atas."